Chapter 6

198 35 3
                                    

Happy reading!

.


Kai's POV

Aku mengamati langit-langit kamarku sambil berbaring di atas kasur. Entah mengapa, aku tidak bisa tidur meski sudah mencoba untuk memejamkan mataku. Namun tetap saja, hasilnya nihil. Aku tetap tidak bisa tidur.

"Apa yang salah dengan diriku?"gumamku sembari beranjak dari tempat tidurku dan menghela napas.

Aku memilih untuk meninggalkan kamarku dan berjalan menuju dapur yang ada di samping kamarku. Enthalah, aku juga tidak mengerti mengapa aku ada di sini. Aku hanya mengikuti langkah kakiku yang membawaku kemari.

"Aku tidak bisa tidur!" gerutuku lagi sembari mengacak-acak rambutku karena kesal. Kemudian aku menghela napas sebelum mengisi gelas di tanganku dengan air putih, lalu menghabiskannya dalam sekali teguk.

"ARGHHH!"

Tiba-tiba terdengar sebuah teriakan yang membuatku terdiam sejenak karena kaget. Jantungku berdetak kencang ketika menyadari suara tadi berasal dari kamar si pangeran. Aku segera melangkahkan kakiku dengan cepat ke arah kamar tersebut, kemudian menggedor pintu tersebut.

"Pangeran Sehun?!"

Pintu menjeblak terbuka, dan aku mendapati sang pangeran dalam keadaan yang menyedihkan; tubuhnya terikat, mulutnya ditutup oleh lakban, serta air mata yang membasahi kedua pipinya.

"Hey, apa yang kau lakukan?!" ujarku sambil berteriak pada lelaki asing yang berdiri di samping si pangeran. Ia terlihat kaget ketika melihat keberadaanku di sini sebelum berlari ke arahku.

Kepalan tangannya bisa saja mengenaiku jika aku tidak segera menghindar. Kemudian aku menarik tangannya dan kemudian mendorongnya dengan keras.

Lelaki tadi memandangku dengan alis bertaut yang sarat akan kemarahan. Ia tampak tak gentar, dan kini ia berlari ke arahku dan kali ini, kepalan tangannya berhasil mendarat di wajahku. Aku mendesis sembari memegangi wajahku yang mulai terasa sakit.

Ia memberikan sebuah seringai kepuasan ke arahaku. Aku mengambil kesempatan ketika ia sedang lengah untuk memukulnya dan segera mengunci kedua lengannya.

"Apa yang kau lakukan di sini?!" tanyaku dan menatapnya dengan tajam.

"L...Lepaskan aku!" serunya tanpa menjawab pertanyaanku. Ia mencoba untuk melepaskan cengkramanku pada tangannya, namun sebelum aku sempat mengatakan sepatah kata pun, pintu kamar ini tiba-tiba terbuka lebar.

Mataku melebar ketika melihat seorang pria dengan wajah tegasnya yang diiringi oleh beberapa penjaga di depan pintu. Pria itu menatapku dengan heran sebelum pandangannya beralih pada Sehun.

"Sehun?!" serunya sembari berlari menuju sang pangeran dan melepaskan tali yang mengikat tubuhnya. Tubuhnya tampak bergetar sesudahnya, aku dapat melihatnya.

"A...Appa ... " gumamnya pelan, matanya masih basah oleh air mata.

Aku melepaskan lelaki yang tangannya baru saja kucekal ketika penjaga-penjaga tadi berjalan ke arahku dan mengambil alih si lelaki sialan tersebut. Aku hanya bisa berdiri di sana, tak tahu harus apa sebelum salah satu dari penjaga tadi juga turut menyeretku pergi.

'Eomma, tolong aku!' semoga semuanya akan baik-baik saja. Semoga.

Mereka menyeretku ke sebuah aula yang sangat besar. Kalau aku boleh menebak, ini adalah ruangan kerajaan atau semcamnya—aku tak terlalu mengerti tentang hal-hal yang berbau kerajaan begini.

Tubuhku diseret ke tengah-tengah aula, dan aku disuruh—atau dipaksa—untuk berlutut. Aku ingin protes, tapi tatapan mengerikan para penjaga itu membuatku terdiam.

Apa yang akan terjadi padaku sekarang? Pertanyaan itu terus berputar di kepalaku. Aku mencoba menenangkan diri sembari mengamati keadaan di sekelilingku. Beragam pikiran buruk memenuhi kepalaku.

Apakah mereka akan membunuhku?

Apakah aku akan dihukum?

Atau mereka mengira bahwa aku yang mencelakai si pangeran? Oh tidak. Aku benar-benar ketakutan sekarang ini.

Ketika aku masih larut dalam pikiranku, seorang priadengan wajah tegasnya memasukki aula ini. Aku melihat semua orang membungkukkan badannya. Sepertinya pria inilah pemimpin dari kerajaan ini.

Di belakangnya, aku melihat si pangeran bersama dengan pria lainnya yang memiliki fitur wajah lebih lembut. Dia pasti ratunya, 'kan? Pangeran Sehun masih menangis di dalam pelukan sang ratu.

Sesaat kemudian, aku bisa merasakan tatapan tajam sang raja yang mengarah kepadaku; menatapku dengan tatapan menyelidik sembari melangkah mendekatiku. Tubuhku bergetar ketakutan karenanya. Tanpa menunggu sang raja mengeluarkan sepatah kata pun, aku segera menundukkan badanku padanya.

"Y...Yang Mulia, aku tidak tahu mengapa aku dibawa kemari, namun percayalah padaku, aku tidak melakukan apa-apa, Yang Mulia." Tepat setelah aku berkata demikian, seluruh aula menjadi hening.

Aku menghela napasku dalam-dalam, gugup tentu saja. Namun sesudah itu terdengar suara tawa yang membuatku terkejut. Aku mengangkat kepalaku dan mendapati sang raja sedang tertawa padaku.

"Anak muda, tenanglah. Kau memang tidak melakukan kesalahan seperti apa yang telah kau sebutkan tadi." ujarnya dengan tenang dan penuh wibawa. Hal itu membuatku kebingungan.

"Lalu, kenapa aku dibawa kemari?" tanyaku berhati-hati.

"Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih kepadamu. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada putraku jika saja kau tidak ada di sana." ujarnya sembari menatap ke arah Sehun yang masih bersama dengan ibunya.

"Sama-sama, Yang Mulia." ujarku seraya membungkukkan badan.

"Hanya saja... aku marah karena Sehun mempekerjakan seorang koki pribadi untuknya tanpa seperizinanku." lanjutnya, masih menatap ke arahku. Mata elangnya yang menatap tajam kepadaku membuatku kembali gemetar.

"Dan sebagai hukumannya, aku ingin kau menikahi Sehun!"

A...Apa? Menikahi Sehun, si pangeran?

Ini gila! Ini pasti cuma mimpi, 'kan?

Apa yang harus aku lakukan sekarang?

.

.

To be continued


Thanks for reading 'till here. See you on Monday! <3<3

• Royal Chef | Translated Fic | Kaihun •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang