Prolog

4.8K 479 210
                                    

"Up hair? Down hair?"  Cermin memantulkan wajah pria kecil, dengan tangan menggantung di udara, ia bingung menentukan akan seperti apa dandanannya untuk pergi ke sekolah hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Up hair? Down hair?" Cermin memantulkan wajah pria kecil, dengan tangan menggantung di udara, ia bingung menentukan akan seperti apa dandanannya untuk pergi ke sekolah hari ini.

"Butuh saran?"

Pria lain masuk ke dalam kamarnya, ia terlihat lebih tinggi dan besar, namun sama-sama tampan.

"Boleh," jawab si kecil.

Pria yang lebih besar menunduk, berusaha menyamakan tinggi dengan sang anak, lalu berujar lembut, "Kamu adalah putra Park Chanyeol, gaya apapun cocok untukmu,"

Si kecil memutar mata ke samping, "Satu-satu nya yang dad wariskan sama Sehun cuma tahi lalat di punggung. Selebihnya sah milik Sehun!" pungkas nya.

"Hahaha," pria yang di panggil dad itu tertawa sampai memukul pundak si kecil.

"Aduh! Ini sakit dad," mata Sehun memicing tajam, ia kesal, kebiasaan dad nya tidak berubah.

Tertawa sampai jatuh berguling-guling kelantai, atau memukul orang di sebelahnya.

"Ehm," Park Chanyeol berusaha menetralkan suara akibat banyak tertawa, "Coba kamu tengok di cermin, wajah tampan kamu itu warisan dad loh," ia masih bersikeras tak mau mengalah.

"Tampan?" Mulut Sehun terbuka lebar, "Sehun bingung atas definisi tampan yang dad bilang. Kuping lebar mirip penyihir rumah, mata bulat seperti Anabele. Tampan dari mana, coba?"

Chanyeol mengusak surai Sehun yang tadinya sudah rapi. "Untung kamu anak dad, kalau tidak pasti kamu udah dad daftarkan ke situs pembelanjaan. 'Dijual anak yang Akhlak-less', dad akan tulis dideskripsinya,"

Sehun sudah ingin membalas saat Chanyeol pergi berlari keluar kamar.

"Dasar dad jelek! Katanya mau ngasih saran,  huh!" dumel si kecil dala

"Cermin, cermin, siapa pria paling tampan di muka bumi ini?"

***

"Ingat nanti untuk jemput Sehun." kata si kecil saat mereka telah sampai di depan sekolahnya. "Tepat waktu. Jangan lupa beli bunga lili juga, ingat loh, Lili, bukan yang lain,"

"Aye! Aye Captain! Dad kerja dulu." jawab Chanyeol dengan senyum lebar.

"Bye dad jelek...," Sehun melambaikan tangannya, "kerja yang benar, jangan lirik wanita lain, entar mama marah,"

Ahh, Chanyeol menahan dongkol dalam hati, keinginannya untuk menjual sang anak semakin besar.

"Tanpa sadar aku telah menghasilkan seorang bandit,"

Pertengkaran-pertengkaran kecil seperti ini sering terjadi, hampir tak pernah absen bahkan frekuensinya cenderung bertambah seiring Sehun bertambah besar.

Diary Park SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang