Happy reading
"Apa maksudmu?" tanya Kyungsoo tak mengerti.
Chanyeol buru-buru menghentikan keinginannya untuk menyalurkan segala emosi tentang Lukas. Ia bersyukur mulutnya dapat diajak kerja sama kali ini, kalau tidak apa yang ditakutkan—seperti yang ada di dalam benaknya tadi akan menjadi kenyataan. Loey sudah lama menginvasi tubuhnya, dan ia belum tahu apa saja yang dilakukan pria berengsek itu selama ini. Ia harus menahan diri.
"Tidak ada, Kyung," ucap Chanyeol, "banyaknya masalah membuat bibirku kadang mengatakan hal random. Lupakan. Aku tiba-tiba saja merasa lelah. Boleh aku tidur di sini?" pintanya.
"Boleh," Kyungsoo mengangguk, "aku akan membereskan kamar untukmu dulu,"
Chanyeol menahan lengan Kyungsoo agar tidak pergi. "Apa lagi?" tanya wanita itu.
"Aku tidak butuh kamar atau ruangan luas lainnya. Cukup di sofa,"
Alis Kyungsoo menukik ke atas.
"Kalau begitu biar aku ambil bantal dulu," ucapnya lagi.
"Untuk apa bantal kalau ada yang lebih empuk di sini?"
"Maaf?" Kyungsoo mendelik tak suka. Kenyataan kalau masih ada Seohyun membuat dirinya harus membuat batas lebar dengan tingkah impulsif Chanyeol.
"Aku hanya ingin meminjam pahamu, Kyung. Seperti biasa. Apa tidak boleh?"
Uugh! Kyungsoo benci wajah memelas Chanyeol. Dia jadi sulit untuk menolak permintaan pria jangkung itu.
Kyungsoo tak berbicara apa-apa tentang keinginan Chanyeol, namun dia berjalan ke sofa dan duduk dengan wajah merengut kesal.
"Apalagi yang kau tunggu?" tanyanya ketus. Chanyeol sedari tadi hanya berdiri sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Boleh?" tanya Chanyeol ingin memastikan.
Kyungsoo memalingkan wajahnya yang memerah, lalu menepuk pahanya, memberi isyarat kalau Chanyeol bisa meminjam pahanya. "Cepat, selagi aku belum berubah pikiran," kata Kyungsoo.
"Terimakasih," Chanyeol berjalan riang dan berbaring dengan menggunakan paha Kyungsoo sebagai alas. "Ah... leganya," gumam pria itu, "rasanya seperti aku kembali ke rumah,"
Kaki Chanyeol yang panjang tidak dapat tertampung semua di atas sofa dan membuat Kyungsoo sedikit khawatir. "Apa kau yakin mau tidur di sini? Kakimu bisa pegal nantinya,"
"Kau tahu Kyung," mata Chanyeol terpejam, "terkadang aku tidak mengerti kenapa Tuhan memberikan seseorang sepertimu di dalam hidupku. I dont deserve you."
Tangan Kyungsoo yang sedari tadi mengelus pucuk kepala Chanyeol tiba-tiba saja berhenti saat mendengar ucapan Chanyeol. Kedua mata bulat wanita itu memanas.
"Seandainya Seohyun tidak pernah ada di dalam hidup kita, apakah kau dan aku... kita... bisa?"
Kyungsoo menggeleng. "Kata 'seandainya' tidak pernah berpihak pada kita."
****
Baekhyun segera datang saat Sehun meneleponnya dan memberitahu soal keadaan Seohyun. Seohyun adalah wanita yang paling ingin Baekhyun hindari di sepanjang hidupnya, akan tetapi ketika Sehun menceritakan bagaimana terguncang dan tidak fokusnya Seohyun saat menemaninya, membuat sisa kepedulian Baekhyun untuk Seohyun terusik.
Semenyebalkan apapun seorang wanita, dia tetaplah wanita. Lebih rapuh, senyum tegarnya terlihat tidak sungguh. Dia tetap butuh pelukan dan rasa tenang. Dia dan semua wanita jahat di dunia ini tetaplah membutuhkan cinta. Atau setidaknya kata-kata penghiburan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Park Sehun
Fiksi PenggemarPark Sehun, melakukan perjalanan waktu, demi satu tujuan, menemukan kembali kebahagiaan sang papa.