Only you

1.5K 348 198
                                    

Nyari judul lebih susah dari isi ceritanya :D

Happy reading

Jangan sampai terlihat....

Aku adalah kau, dan kau adalah aku....

Aku akan ada saat kau tak ada, pun kau harus begitu....

Chanyeol terbangun dan mendapati dirinya ada di atas kasur, yang memiliki ukuran setengah dari tubuhnya. Tungkai panjang pria itu bahkan harus terjuntai keluar. Ruangan ini bukan apartemen miliknya, bukan pula kamar yang biasa ia tempati di kediaman Park.

Ada di mana ia sekarang?

Chanyeol bangkit berdiri dan memindai setiap sudut ruangan. Tempat ini terasa asing baginya. Atau... setidaknya ia merasa begitu. Dinding yang bernuansa hitam ini cukup terlihat suram. Melihat dari isi dan warna kamarnya, tidak berlebihan rasanya jika Chanyeol mengira kalau si penghuni memiliki kehidupan yang kelam, dan hampir tidak pernah merasakan kebahagiaan. Satu-satunya benda yang jadi penghias di dinding adalah lukisan burung kecil yang sayapnya patah, dan kakinya tenggelam di rawa-rawa, burung itu terlihat ingin terbang menuju ke langit biru.

Saat ia sedang berusaha menikmati lukisan itu, sepasang kaki kecil dan gemuk berlari, masuk ke dalam kamar. Pria yang memiliki tubuh gempal itu berulang kali membetulkan letak kacamatanya yang hampir melorot. Keringat sebesar jagung timbul di dahinya. Matanya melirik gelisah, ketakutan, seperti sedang dikejar sesuatu atau seseorang.

"Hei!" Chanyeol mengangkat tangan, berusaha ingin menyapa, namun suaranya tertahan di ujung lidah. Pria bertelinga caplang itu reflek memegang tenggorokannya, dan mencoba ber-dehem dengan suara keras—namun itu sia-sia. Ia tidak bisa berbicara. Sesuatu yang tidak kasat mata menghalangi pita suaranya untuk bekerja.

Chanyeol hanya berdiri dan menatap si kecil dengan tubuh kaku.

"Dia datang," bisik si kecil

"Siapa?" meskipun Chanyeol tahu si kecil berbicara pada dirinya sendiri, ia tidak tahan untuk tidak bertanya.

Tubuh gempal itu berlari, dan hampir menabrak tubuh Chanyeol—untungnya Chanyeol sempat menghindari di detik-detik terakhir. Meski, setelah itu Chanyeol menjadi menyesal—mendadak ia ingin tahu apakah saat mereka bertubrukan, keduanya akan jatuh, atau anak kecil itu akan menembus tubuhnya. Di antara mereka siapa sebenarnya yang tidak nyata.

Lemari adalah tempat tujuan si kaca mata bersembunyi—entah dari apapun itu.

Belum sempat Chanyeol bertanya lagi, sebuah langkah kaki mendekat ke arah mereka. Anak itu tidak terlihat karena dinding lemari menyembunyikannya dari pandangan Chanyeol.

"Richard? Oooh Richard?" seseorang dengan suara yang terlalu dilembutkan memanggilnya, saat suara dan langkah kaki mendekat, getaran di tubuh si kecil semakin hebat. Pria gembul itu memegang kedua dengkulnya. "Where are you?"

"Pergi! Pergi!" si gembul berteriak dari dalam lemari.

"Kenapa kau bersembunyi, Richard? Mari kita bermain, Mama dan papa tidak ada di rumah. Kakek sibuk di kantor, hanya kita berdua. Tidak akan ada yang mau bermain dengan kita. Ayo Richard, bermainlah denganku,"

"Tidaaak! A-aku lelah! A-aku mau tidur! Jangan ganggu aku!"

"Kenapa kau jahat sekali, Richard? Aku kan temanmu, kita berdua saling memiliki. Kau ingat itu, 'kan?"

"Pergi, Loey!"

"Kenapa kau berubah, Richard? Sejak kau berteman dengan anak itu. Siapa namanya? Ungi?"

Si gembul terkesiap di dalam lemari.

"Apa aku harus mengajak Ungi bermain bersama kita? Bagaimana Richard? Ungi anak yang manis, aku suka Ungi."

Diary Park SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang