" Hati-hati Jaem."
Jaemin mengangguk dan dengan perlahan membaringkan tubuhnya di atas bed King size dominan hitam putih itu. Tangan Renjun reflek menggapai sudut pinggang Jaemin ketika di lihatnya pemuda Park itu terlihat susah payah memperbaiki posisi tidurnya.
" Sekarang sudah nyamankan?" Tanya Renjun saat melihat wajah rileks Jaemin. Jaemin menatapnya sekilas lalu mengangguk.
Renjun meraih remote lalu menekan benda canggih itu, gorden tebal itu terbuka membuat cahaya dari luar perlahan merambat masuk meskipun matahari bulan januari tidak terlihat. Renjun juga mematikan lampu lalu mengatur suhu ruangan agar lebih hangat.
Tangan Renjun kini telah bekerja membuka syal yang melilit leher Jaemin ketika pemuda itu terlihat kesusahan menggerakkan tangannya.
" Kamu ingin ku masak kan apa?" Tanya Renjun masih dengan syal tangannya.
" Apa saja." Jawab Jaemin dengan suara pelan. Wajahnya menyiratkan jika ia sedang tidak bergairah.
" Aku akan memasak untukmu sebelum aku pergi."
Jaemin menoleh, wajah lecet dan lebamnya itu mengernyit menatapnya.
" Kemana?" Tanyanya.
" Aku ada urusan. Sekalian mengambil barangku di rumah dan membeli segala sesuatunya untukmu."
" Apa?--- Tapi---"
Jaemin terlihat bingung. Renjun yang telah duduk di pinggiran ranjang itu tersenyum.
" Kamu siap untuk bertanggung jawab bukan?"
" T-tentu Renjun-ah. Tapi---"
" Tapi apa?"
" Aku tidak punya apapun untuk menghidupimu."
Jaemin tertunduk. Dadanya sesak memikirkan keadaannya sekarang. Renjun kembali tersenyum lantas menggenggam tangan Jaemin.
" Kalau begitu kamu harus bekerja untukku."
Jaemin mengangkat wajahnya, menatap Renjun ragu-ragu.
" Bekerja? Tentu saja aku mau. Tapi pekerjaan apa yang bisa ku dapatkan jika tidak punya ijazah atau kartu pengenal Renjunie."
" Petugas kebersihan?" Celetuk Renjun, tapi di akhir kalimat ia tertawa. Jaemin menatap Renjun tidak paham, apakah Renjun benar-benar serius menginginkannya menjadi petugas kebersihan?
" Tentu saja tidak Jaemin-ah. Meskipun aku tidak lagi berada dalam kekuasaan keluarga Huang, tapi aku masih mempunyai bekal untuk hidup ke depannya bersamamu. Aku mempunyai restoran atas namaku. Meskipun restoran sederhana dan tidak sebesar restoran Huang lainnya."
Jaemin tampak begitu tertarik, ia mendudukan dirinya susah payah. Renjun dengan cepat membantunya.
" Benarkah?" Tanya Jaemin, sekarang nada suaranya telah kembali. Renjun mengangguk.
" Tentu saja aku tidak berbohong. Seluruh aset, tempat dan pekerja restoran itu ada di bawah pengawasanku. Tapi biasanya bahan mentah restoran selalu di sediakan perusahaan, sekarang kita yang harus membeli bahan mentah itu sendiri."
" Aku tidak punya uang." Ujar Jaemin sembari menatap Renjun yang ada di depannya.
" Jika itu untuk restoran, aku tentu saja punya. Uang penghasilan dari restoran masuk ke rekeningku karna aku pemiliknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy | Jaemren ✔
FanfictionWelcome to : 11th My Jaemren fanfict ' Musuh ' Keluarga Huang dan Keluarga Park yang saling bermusuhan dan anak keluarga itu, Park Jaemin dan Huang Renjun juga harus terlibat dalam dendam lama tersebut. Start : jum'at 29 mei 2020 Finish : 4 Agustus...