Melody masih mengingat dengan jelas apa yang Papa katakan tadi. Cerita masa lalu yang dia lupakan sampai detik ini. Semua telah di jelaskan Papanya. Melody tidak menyangka, berawal dari sebuah buku album terkuaklah apa yang selama ini Papa sembunyikan darinya, semua kebenaran, semua kenangan yang dia lupakan.
Lima belas tahun yang lalu Yasmin, Mama Melody, melahirkan bayi kembar yang berjenis kelamin perempuan. Anak pertama diberi nama Nada Lovega dan berselang lima menit kemudian lahirlah anak kedua yang diberi nama Melody Lovelsa. Papa Mama bahagia atas kehadiran bayi yang mereka tunggu-tunggu. Papa merasa keluarganya sudah lengkap, dikelilingi orang yang dicintainya dan mencintainya.
Saat itu bunda Alia dan ayah Agil masih bertetangga dengan kami, mereka adalah sahabat Papa dan Mama.
Hari demi hari berjalan baik, sahabat Papa setiap hari berkunjung karena rumah yang bersebelahan. Papa bahagia menjadi seorang ayah untuk putri-putrinya yang cantik. Bunda Alia juga bahagia karena anaknya Aqil bisa menjadi Abang untuk putri-putri sahabatnya.
Tapi, perlahan Papa mulai khawatir dengan keadaan Mama. Setelah melahirkan, Mama jadi sering sakit-sakitan, padahal sudah di rujuk ke rumah sakit dan ditangani oleh dokter yang baik. Mama tak kunjung membaik, malah keadaan Mama semakin memburuk. Dokter bilang, imunitas tubuh Mama memburuk, tidak bisa melawan penyakit di dalam tubuh dengan baik, Mama juga mengidap Anemia.
Mama adalah wanita yang kuat, itu kata Papa. Disaat Mama sakit, Mama masih sempat mengkhawatirkan putri-putrinya, menyusui, dan merawat kami dengan baik. Mama selalu meminta maaf pada Papa karena belum bisa menjadi istri sekaligus ibu yang baik. Berulang kali Papa meyakinkan Mama kalau Mama adalah wanita yang hebat, istri yang hebat dan juga ibu yang hebat. Papa selalu bilang Mama pasti bisa sehat. Tapi, Mama sudah mulai menyerah saat diagnosa dokter yang mengatakan Mama semakin buruk dengan Hb darah yang rendah juga Anemia yang Mama alami. Hari-hari Mama di lalui di rumah sakit dengan jarum yang menusuk tangan Mama di kanan dan kiri. Mama harus melakukan transfusi darah di tiap bulannya.
Disaat Mama sakit, Bunda dan Ayah lah yang menjaga kami_Nada dan Melody_ jadi tidak heran jika keluarga kami sedekat itu dan mengaggap Aqil adalah Abang dari kami berdua.
Mama terus berjuang melawan penyakitnya dan Papa terus menemani Mama berjuang. Setelah pulang bekerja, Papa selalu langsung menemani Mama. Hingga tiga bulan setelah Mama melahirkan, Mama di jemput Tuhan. Mama pergi meninggalkan Papa dengan sejuta kenangan yang manis maupun pahit. Mama meninggalkan Papa dan juga putri-putrinya. Tahun itu adalah tahun dimana duka dan bahagia diturunkan secara bersamaan.
Setelah Mama wafat, Papa terus mengurung diri hingga melupakan putri-putrinya yang harus diurus. Ayah dan Bunda lah yang terus menguatkan Papa, menyadarkan Papa jika masih ada yang harus Papa jaga, masih ada kebahagian lain. Disitulah Papa mulai bangkit, Papa mulai berusaha menjadi Papa yang bisa diandalkan, menjadi Papa yang siap siaga untuk keluarganya. Papa adalah sosok yang tegar, Hero untuk keluarganya.
Melody juga baru tahu ternyata Zena adalah sepupu dari Aqil yang menjadi anak angkat Bunda di umur tiga tahun karena orangtuanya wafat. Hari demi hari dilalui Papa dengan perjuangan untuk membesarkan putri-putrinya. Kami juga menjadi dekat dengan Aqil dan Zena yang sudah dianggap Papa anaknya sendiri. Setiap hari, sepulang sekolah selalu bareng. Dengan perbedaan usia tiga tahun dari Aqil dan Zena jadi Papa, Ayah dan Bunda selalu menasihati mereka berdua untuk menjaga dan menjadi Abang yang baik untuk kami.
Sampai pada saat kami berusia sepuluh tahun, keluarga Ayah Agil pindah ke kota Jakarta. Tidak lama dari itu sekitar sebulan kemudian Papa juga menyusul mereka ke kota Jakarta. Papa memutuskan untuk pindah ke kota itu dan mencari rumah yang bersebelahan dengan Ayah Agil seperti dulu. Kamipun memasuki SMP yang sama dengan Aqil. Pada saat itu Papa bilang Zena sudah pindah ke Singapura tinggal di rumah kakek dan neneknya.
Hari demi hari tinggal di kota baru mulai berjalan lancar seperti biasanya. Hingga peristiwa itu terjadi. Peristiwa yang membuat Papa marah sekali.
Saat itu kami kelas satu SMP memasuki semester dua. Saat pulang sekolah seperti biasa menunggu bus di halte. Saat itu baru saja selesai mengikuti ekstra kulikuler di sekolah. Langit sudah mulai menggelap karena mendung, jalanan sepi karena petir yang mulai menyambar kesana-kemari, sebuah mobil berhenti didepan kami dan menarik Nada tiba-tiba untuk dimasukkan kedalam mobil itu. Tentu saja Melody tidak tinggal diam melihat Nada yang berteriak dan berusaha melepaskan diri. Melody berusaha menyelamatkan Nada yang berakhir mereka berdua ditangkap dan diculik oleh bapak-bapak. Mereka berusaha melawan hingga berhasil terlepas, penculik itu mengejar kami yang berlari mencari tempat yang ramai hingga saat menyebrang jalan kami berdua tertabrak mobil yang melaju kencang.
Kata Papa, Aqil lah yang pertama kali menemukan kami dan meminta tolong guru untuk membawa ke rumah sakit. Akibat peristiwa itu, Melody mengalami koma selama satu Minggu dan Nada ... dia tewas ditempat. Untuk kesekian kalinya Papa kehilangan orang yang dicintainya. Papa kalap, membanting semua barang hingga Ayah dan Bunda kewalahan. Papa melaporkan kejadian ini kemeja hijau hingga menemukan kenyataan bahwa putri-putrinya mengalami percobaan penculikan dan tabrak lari. Saat polisi menemukan pelaku Papa kalap memukuli mereka hingga Ayah yang bingung menenangkan Papa.
Semenjak kejadian itu semua pelaku mendapat hukuman yang menurut Papa tidak setimpal. Mereka ... orang-orang jahat yang membuat putrinya tewas dan terluka hanya mendapatkan hukuman yang menurut Papa tidak seberapa dengan apa yang di alami putri-putri Papa.
Satu Minggu Melody koma dan saat sadar tidak mengingat apapun hingga saat ini. Karena hal itu dan kesedihan Papa yang mendalam, Papa memutuskan untuk menyembunyikan semua kenangan lama. Papa merasa dia adalah orang yang gagal. Dia adalah suami yang gagal dan ayah yang gagal. Papa yang kecewa pada dirinya sendiri menjadikan Papa sosok yang dingin dan pemarah pada orang lain selain keluarganya. Maka dari itu ketika Papa melihat Melody yang menemukan album foto begitu kaget dan mengingatkannya pada luka lama serta kekecewaan yang besar pada dirinya sendiri. Seharusnya dari dulu Alif memutuskan menjauhkan barang-barang yang berhubungan dengan masa lalunya dari Melody sampai tidak bisa di temukan.
Pantas saja dirumahnya tidak ada foto yang terpajang. Sekarang Melody tahu alasan mengapa di rumah tidak ada foto yang terpajang. Sekarang Melody sudah mengetahui semuanya. Semua kenangan yang dia lupakan hingga saat ini. Bahkan saat Melody bertanya bagaimana rupa Mama, Papa hanya menunjukkan foto yang selalu terpajang dinakas Papa. Hanya satu foto itu, tidak ada yang lain. Mungkin Papa tak mau merasakan sakitnya mengingat itu semua.
Sekarang Melody bertanya, kenapa Papa menyembunyikan semua ini? Kenapa Papa tidak jujur saja? Supaya Melody tahu dan bisa mulai mengingatnya. Mungkin, jika saja Papa jujur dari dulu pasti saat ini Melody mengingat semuanya. Dengan banyaknya clue yang Papa kasih pasti perlahan Melody mulai mengingatnya. Sebegitu kecewa kah Papa pada diri sendiri. Padahal semua itu bukan salah Papa.
Dan juga kenapa semuanya diam saja? Ayah, bunda, Aqil, Zena juga! Kenapa semuanya kompak diam saja seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa? Melody juga berhak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaquille
Random"Kamu tau Ametis?" tanya Aqil kepada gadis yang tengah ia pandangi di sampingnya ini. "Enggak, emang itu apa?" Love menggelengkan kepalanya dan membalas tatapan Aqil. "Ametis itu batu permata yang dapat tembus cahaya, warna cahaya yang dihasilka...