16. Pengamat

19 5 0
                                    

Hepi riding gaiys :)

Gue memang seorang pengamat.
Tapi, gue juga mau jadi objek yang di amati
-Gue Si Pengamat-

Cekrek

Melody menoleh keasal suara,  dia mendengar suara kamera yang sedang memotret. Dilihatnya,  Zena berdiri di sebelah kanan tak jauh darinya sedang mengarahkan kamera ke arahnya. Zena menunduk, melihat hasil gambar yang dipotretnya. Lalu menoleh kearahnya. Zena tersenyum yang otomatis dia balas dengan senyuman juga. Zena pun mendekat kearah dirinya sekarang yang trngah duduk dibatas bangku kayu memanjang.

"Hai," sapa Zena.

"Hai," Melody membalas seraya tersenyum.

"Tumben masih di sekolah? belum dijemput ya?" Melody menoleh, kata 'tumben masih sekolah' membuat Melody menaikkan alisnya, bingung.  Kata itu mengambarkan seolah-olah Zena sering melihatnya dalam artian memperhatikan,  apakah dia saja yang kegeeran ya? Ahhh iya dia saja yang ke geeran!

"Ah, lagi nunggu Akil karena pulang bareng Akil." tadi Melody memilih menunggu di taman sambil membaca komik dari pada di kolam renang indoor. Pasalnya cuaca hari ini berawan Melody menyukainya, matahari tidak terik-teriknya.

"Oh gitu." Zena menganguk-anggukkan kepalanya. "Suka baca komik ya?"

"Ha? Oh iya,  suka."

Selanjutnya terjadi keheningan,  Melody bingung mau ngobrol apa dan Zena tengah fokus dengan kameranya membidik pemandangan di sana-sini. Sesekali dia menunduk melihat hasil bidikannya dan setiap kali melihat hasil bidikannya, kerap kali Zena tersenyum.  Melody akui senyuman Zena itu membuat dirinya deg-degan, ternyata Zena ganteng kalau dilihat dari dekat, apalagi dari samping seperti ini. Alisnya,  ahhh bagaimana bisa alisnya begitu rapi? Bulu mata yang Zena miliki tidak lentik namun panjang,  hidungnya jelas mancung dan bibirnya ... bibirnya ... bibirnya merah,  boleh Melody katakan kalau bibir Zena begitu bagus? Bibir zena berwarna pink, jenis pink apa ya?  pokoknya bagus karena kulit Zena yang putih untuk ukuran seorang cowok.

Suar deheman mengagetkan Melody sekaligus membuyarkan pikirannya yang sedang mendeskripsikan makhluk Tuhan di hadapannya ini.

"Kenapa lihatinnya gitu sih? Ada yang aneh ya dimuka gue?" Melody membelalakkan matanya. Jadi,  Zena sadar kalau dia memperhatikan wajahnya? Aih malu!

"Ahhh bukan,  emm maksudnya gak ada apa-apa," Melody menjelaskan sambil melambaikan tangannya di depan dada. Dia menggigit bibirnya karena ketahuan sedang memperhatikan Zena. Pasti Zena risih.

"Jadi kenapa lihatin gue sampai segitunya?"

"Ahh hahaha, alis Zena bagus, Melody suka." Mendengar itu Zena mengangkat sebelah alisnya yang malah terlihat keren juga ganteng.  Ahhh mau pegang alisnya!!

Zena tersenyum lalu menggigit bibirnya. Gila! Sumpah,  ganteng banget!  Pingin pegang bibir Zena!!

Zena mengangguk-anggukkan kepalanya lalu mengangkat kamera ke depan, membidik gambar. Melody belum mengalihkan pandangannya dari wajah Zena, tiba-tiba saja kamera itu mengarah ke hadapannya lalu zena memotret dirinya yang tengah terkejut karena itu.

"Ihh kok di foto?" Melodykan jadi malu!

"Jangan lihatin aja,  gue malu." Tanpa rasa berasalah Zena meninggalkan Melody
sendiri dengan ke terkejutannya. Apa katanya tadi? Malu? Zena malu karena terus dia lihatin? Kok lucu ya?

***

"Yuk pulang." Suara Aqil yang tiba-tiba mengejutkan Melody yang sedang bermain game.

"Iss ngejutin aja!"

ShaquilleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang