"Aqil tau tapi kenapa gak ngasih tau?"
Pulang sekolah tadi, Melody segera datang ke kelas Aqil dan sekarang disinilah mereka berdua, di taman belakang lab biologi. Duduk berdua dengan beralaskan rumput ditengah kesunyian yang ikut meramaikan.
"Kenapa ... kalian semua gak ngasih tau Melody?"
Aqil menoleh ke Melody dengan kening berkerut yang tepat duduk disebelahnya. "Maksudnya? Gue gak ngerti."
Melody tersenyum kecut mendengarnya. "Tentang Nada dulu ... dan semuanya."
Aqil membelalakkan mata mendengarnya, tidak menyangka Melody membahas hal yang paling Aqil benci seumur hidupnya. Hal yang paling tidak mau Aqil ingat selama hidupnya, hal yang membuat dia menangis kehilangan cinta pertamanya.
"Lo ... lo udah ingat?" Aqil terbata-bata mengucapkannya serta memandang nanar Melody yang dari tadi sama sekali tak melihatnya, namun dia tahu gadis itu sedang menahan tangisnya.
Melody menggeleng, lalu menundukkan kepalanya. "Om Alif?"
Melody mengangguk membenarkan. Melody menangis, tetapi tidak mengeluarkan isakannya yang membuat dadanya sakit serta sesak.
"Semalam sore, Ody nemu album foto di laci ruang keluarga." Melody menatap pohon didepan sana, isaknya mulai keluar, lirih sekali. "Banyak foto keluarga termasuk kak Nada." lanjut Melody seraya tersenyum kecut mengingat banyak sekali foto dirinya dengan kembarannya. "Terus pas Papa pulang, Ody tanya dan Papa ceritain semuanya." Melody menatap Aqil dengan segala sendu dimatanya. "Kenapa ... baru sekarang ... Melody taunya?" Melody mengalihkan pandangannya, menatap lurus rumput di genggamannya sekarang ini. "Kenapa ... kalian jahat? Kenapa harus di sembunyikan!" Melody menatap Aqil benci dengan air mata yang terus tumpah serta isakan tangis yang semakin terdengar jelas. Melody memegang dadanya yang sesak.
"Lov ..."
"Kamu gak taukan, gimana rasanya, saat kita baru tau ... ternyata kita punya saudara kembar, dan ternyata ... kembaran kita udah mati! Udah mati Kil! Mati!" Melody terisak-isak. Dia merutuki dirinya yang sama sekali tidak mengingat masa kecilnya. Dia ingin sekali memaki orang-orang yang menyembunyikan fakta tentang dirinya dan kembarannya dengan alasan apapun itu.
"Lov... saat itu semuanya sedang berduka Lov." Aqil mencoba membuat Melody tenang yang berakhir sia-sia.
"Trus?! Dengan alasan itu kalian semua menyembunyikannya dari Melody gitu?! Ha?! Iya?!" Melody menatap Aqil bengis. "Lagian saat itu Ody lagi koma kan?" ucap Melody lirih saat menunduk. "Saat sadar, kenapa gak dikasih tau?"
"Itu demi kebaikan kamu Love."
"Kebaikan apanya?! Kebaikan yang sampai saat ini jadi buat aku gak ingat kakak aku gitu?! Gak ingat sama sekali Kil!" Melody menatap geram Aqil. "Coba aja ... coba aja, waktu itu kalian kasih tau semuanya. Mungkin, aku bisa berusaha mengingatnya ... dan mungkin aja saat ini aku ingat semuanya!"
"Kondisi lo gak setabil waktu itu!"
"Hhh!" Melody menghembuskan nafasnya kasar, lalu menatap Aqil dengan pandangan dan senyuman meremehkan. "Terus aja kalian beralasan ini itu! Ada waktunya aku sehatkan?! Kenapa belum juga kalian kasih tau?! Kalian sengaja mau ngelupain semuanya gitu aja?! Iya?! Kalian semua tuh jahat ya!"
"Lo kok egois sih Love?!" Aqil mengetatkan rahangnya menahan geram seraya menatap tajam Melody.
"Egois?" tanya Melody tidak menyangka. "Yang egois itu siapa? Kalian semua atau aku?" Melody menatap Aqil tidak percaya. "Kalian yang dengan rasa sakit itu mau melupakan Nada atau aku kembarannya yang mau ingat Nada? Aku cuma mau ingat kembaran ku! Tapi, dengan mudahnya kalian lupain dia gitu aja. Apa mungkin kalian juga jarang berkunjung ke makamnya juga?" Melody menghapus air matanya. "Jadi ... disini, siapa yang egois? Aku ... atau kalian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaquille
Random"Kamu tau Ametis?" tanya Aqil kepada gadis yang tengah ia pandangi di sampingnya ini. "Enggak, emang itu apa?" Love menggelengkan kepalanya dan membalas tatapan Aqil. "Ametis itu batu permata yang dapat tembus cahaya, warna cahaya yang dihasilka...