Hari ini Melody mengajak Zena untuk bertemu para sahabatnya. Melody memasuki cafe, menatap sekeliling dan dia menemukan mereka dipojok kanan cafe. Melody melambaikan tangan ke sekumpulan remaja yang asik berbincang itu. Dia berlari kecil menghampiri mereka sedangkan Zena tertinggal dibelakang, dia berjalan dengan malas-malasan lantaran dia mengantuk.
Melody dengan gembiranya memeluk mereka satu-persatu.
"Kangen," ucap Melody ketika memeluk Lutfi dan Bian. Mereka sudah lama tidak bertemu dikarenakan Lutfi yang melanjutkan kuliah disalah satu universitas yang ada di Bandung sedangkan Bian di Yogyakarta.
"Hehehe, ya jelas kangen dong! Gue tuh memang dimana-mana ngangenin orangnya." Lutfi memberi cengirannya.
"Bacot Lo Pik!" Bian menoyor kepala Lutfi. "Duduk Dy, jangan berdiri aja." Melody mengangguk lalu duduk di sebelah Irena.
"Gak kangen gue Dy?" tanya Irena.
"Kitakan sering ketemu bego!" ucap Felia. Melody tertawa mendengar pertanyaan guyonan dari Irena.
"Aduh, jodoh gue jangan ngomong kasar gitu dong. Gak bagus!" Felia mendelik mendengar ucapan Bian.
"Gimana kabar lo Zen? Masih baik tuh hati?" tanya Lutfi.
"Berjuangnya capek hati gak?" ucap Bian menyambung dan juga mengkode gebetan didepannya yang tak kunjung menerima cintanya.
"Berisik lo pada!" Zena risih setiap kali ditanya mengenai segala macam pertanyaan yang berhubungan dengan hubungan dia dan Melody. "Lagian kenapa ngajak ketemuannya malam sih? Kenapa gak tadi siang aja?"
"O YA JELASLAH JALAN BARENG PACAR! EMANG SITU YANG MERATAPI NASIB MULU!" ucap Lutfi sengaja menyindir Zena.
"Betul tuh kata Lupik! Gue tadi siang ke rumah camer, ya kak sayang?" Bian menaik turunkan alisnya menatap Felia yang dihadiahi tendangan maut dibawah meja.
"Adaw! Jangan kasar gitu dong sayang." Bian mengelus bekas tendangan di tulang keringnya.
"Makan tuh sayang!"
"Iya ini aku makan kok! Perhatian banget sih." Felia menatap jijik Bian yang sedang cengar-cengir didepannya.
"Kalian ribut mulu, pacarannya kapan?" celetuk Melody tiba-tiba.
"Aduduh, sakit banget Yan. Kalau gue yang ditanya gitu udah nangis Yan!" ucap Lutfi dramatis memegang dadanya, mengejek Bian.
Bian mengumpat dalam hati mendengar pertanyaan polos dari Melody. Tapi memang dasar Bian yang tidak tahu malu, dengan entengnya dia menjawab.
"Gue gak mau pacaran-pacaran. Dosa kata bapak ustadz. Gue mau langsung nikah aja. Kan lebih gentle," ucap Bian mengangkat dagu membanggakan diri.
Felia meringis miris mendengar ucapan Bian yang pedenya kebangetan. Irena menyikut lengan Felia sembari tertawa ngakak.
"Halah! Cangkem mu itu, kang, kang" Lutfi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Sok-sokan gak mau pacaran, bilang aja gak dilirik gebetan!." Bian menggeplak kepala Lutfi yang omongannya benar adanya dan nyelekit di hati.
Beginilah jika mereka bertemu. Pasti ada saja yang bisa dijadikan bahan ejekan. Melody sangat merindukan momentum ini.
***
Melody memejamkan mata, dia menyenderkan kepalanya di bahu Zena. Setelah bersua dengan sahabat-sahabatnya, melepas rindu serta menanyakan kabar, disinilah mereka berdua. Di taman depan kompleks rumahnya yang lumayan sepi dikarenakan cuaca yang mendung. Angin dan sepi ikut meramaikan suasana taman.
Melody menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya. Dengan angin yang berhembus kencang seperti ini Melody menjadi mengantuk. Malam ini pasti hujan akan turun dengan derasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaquille
Random"Kamu tau Ametis?" tanya Aqil kepada gadis yang tengah ia pandangi di sampingnya ini. "Enggak, emang itu apa?" Love menggelengkan kepalanya dan membalas tatapan Aqil. "Ametis itu batu permata yang dapat tembus cahaya, warna cahaya yang dihasilka...