Rissa tengah mengusap-usap buku Sejarahnya yang terbuka, kemudian menepukannya ke kepala. Rissa bergumam tidak jelas kemudian meletakan bukunya yang terbuka di atas kepalanya.
"Lo ngapain?" tanya Harun, tangannya masih memegang buku.
"Sshht!" Rissa memejamkan matanya, menempelkan telunjuknya di bibir. Mengisyaratkan Harun untuk diam.
Cowok itu menghela napas kemudian menutup bukunya, ia menopang dagunya dengan tangan kirinya sembari memperhatikan Rissa.
"Lo mau mindahin isi bukunya ke kepala lo?" tanya Harun. Rissa mengangguk, matanya masih tertutup.
Kemudian Harun mengambil buku yang ada di kepala Rissa, meletakkannya di atas meja. Rissa memegang kepalanya dengan panik, tidak mendapati bukunya di sana. Namun cewek itu tidak membuka matanya.
Harun menghela napas kemudian menempelkan telunjuknya di kening Rissa dan jempolnya di bawah mata Rissa, menariknya pelan agar mata cewek itu terbuka.
Rissa segera menepis tangan cowok itu, kemudian bergeser menjauh dari Harun. Harun menunjuk buku Rissa.
"Baca bukunya," ucap Harun.
"Jangan karena lo udah beliin gue susu coklat kemaren, jadi lo bisa nyuruh-nyuruh gue sekarang!" kata Rissa menunjuk Harun.
Harun menautkan alisnya kemudian kembali fokus membaca bukunya sendiri.
"Lo baca sebanyak ini udah ada yang lengket belom?" tanya Rissa. Cowok itu mengangguk.
"Banyak enggak?" tanya Rissa lagi. Harun menunjukan 'sedikit' dengan jari telunjuk dan jempolnya.
Rissa mendengus, kemudian meniru Harun menunjukan jarinya. "Segini?" tanya Rissa.
"Dikit," jawab Harun.
Baiklah, Harun bersikap seakan ia hanya paham sedikit dari yang ia baca. Tapi Rissa tidak percaya, sedikit bagi cowok itu sama dengan menghafal semuanya bagi Rissa. Jadi Rissa tidak akan merasa satu tingkatan dengan Harun meski cowok itu berkata begitu.
Rissa menggeser kursinya mendekati Emma, kemudian mengerjapkan matanya kaget melihat Emma yang menghafal begitu serius bahkan sampai menutup matanya dan tangannya bergerak-gerak. Rissa merasa menjadi satu-satunya yang tidak berguna sekarang.
Cewek itu kembali menggeser kursinya ke tempat duduknya semula, kemudian menghela nafas gusar mengacak rambutnya sampai berantakan. Ia melihat sekeliling, pandangannya bertemu dengan Gibran. Cowok itu denga santainya mengamati teman-teman yang menghafal sementara ia tidak melakukan apapun.
Ketua kelas tidak berguna. Baiklah, sekarang Rissa baru bisa menyetujui jika bukan dirinya satu-satunya yang tidak berguna saat ini. Apa boleh buat? Rissa bersumpah ia tidak bisa belajar dengan suasana terdesak seperti saat ini. Ini juga salah Rissa karena bukannya belajar, semalam Rissa malah menonton film.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARISSA✔️
Teen FictionPenulis : Ohdaraa (darainbxws) p.s : Cerita ini hanya fiktif belaka dari imajinasiku. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan -- Rissa adalah cewek yang ceria, dan jug...