Rissa berdiri sembari menghentak-hentakan kakinya di lantai dengan tidak nyaman, sekarang sudah hampir pukul tujuh dan Rissa masih berada di rumahnya menunggu teman sebangkunya menjawab panggilannya. Rissa juga tidak akan menelfon cowok itu jika buku PR nya bisa ia temukan, tapi buku PR nya hilang. Rissa harus memastikan jika buku itu ada pada Harun atau tidak.
"Halo! Harun sialan, buku PR Kimia gue ada di elo nggak?" tanya Rissa.
"Nggak," jawab Harun.
"Hah?! Trus dimana dong buku gue-" ucapan Rissa tertahan karena Harun mengakhiri panggilannya secara sepihak. Benar-benar menyebalkan, cowok itu tidak peduli pada Rissa sedikitpun.
Rissa mengepal tangannya dengan penuh amarah kemudian mengambil tasnya. Ia akan pergi sekolah sekarang, dengan atau tanpa buku PR sekalipun. Rissa tidak akan melewatkan pelajaran olahraga, karena itu satu-satunya pelajaran yang Rissa sukai. Cewek itu berlari menuju motornya, kemudian segera berangkat pergi.
Tolong ingatkan Rissa untuk mencubit Harun empat kali nanti.
Awalnya Rissa pikir dengan duduk bersama Harun ia akan bisa terbantu oleh cowok itu dalam hal belajar. Tapi tidak, cowok itu sama sekali tidak peduli padanya, benar-benar cuek dan menyebalkan. Pernah di suatu hari di kelas 10, mereka harus berpasangan dalam pengambilan nilai olahraga basket. Harun melempar bola tepat mengenai kepala Rissa dengan begitu keras. Dan tebak apa, tidak ada permintaan maaf! Rissa masih bisa mengingat kejadian itu dengan jelas di kepalanya.
Setelah melalui perjalanan yang macet, Rissa akhirnya sampai di sekolah. Terlambat tentu saja, Rissa segera memarkirkan motornya kemudian berjalan masuk dengan tenang. Jika dilihat dari wajah para guru yang bertugas piket, sepertinya mereka ingin meneriaki Rissa. Ia tidak akan membiarkan itu terjadi. Rissa segera ikut dalam barisan siswa siswi yang terlambat, cewek itu melihat jam tangannya, kemudian menghela nafas, masih ada satu jam sebelum pelajaran olahraga.
Kemudian tanpa sengaja Rissa melihat seseorang yang super duper menyebalkan tengah berjalan dengan minuman dingin di tangannya. Rissa mengepal tangannya kemudian memanggil cowok itu.
"Harun!" Panggil Rissa. Tidak menoleh. Cowok itu tidak menoleh padanya sama sekali, entah karena Harun tidak mendengarnya, atau pura-pura tidak dengar.
"Harun!" panggil Rissa sekali lagi, cowok itu masih saja tidak peduli.
"HARUN SIALAN BUDEK YA LO!" teriak Rissa, membuat semua orang yang ada di sana melihatnya heran. Rissa tidak peduli sama sekali, yang ia pedulikan sekarang adalah Harun sudah menoleh padanya.
"Sini lo!" kata Rissa, kali ini tanpa berteriak. Cowok itu berjalan menghampirinya, Rissa mencubit lengan Harun, membuat cowok itu meringis dan menarik tangan Rissa agar tidak mencubitnya lagi.
"Apaan sih?" tanya Harun, mengusap lengannya.
"Itu baru sekali ya, masih ada tiga kali lagi," ucap Rissa, Harun menatap tak percaya pada cewek itu.
"Emangnya gue salah apa?" tanya Harun.
"Lo nggak angkat telfon gue berkali-kali, gue sibuk nyari buku PR gue sampai gue telat kayak gini. Lo harus tanggung jawab," jawab Rissa, Harun menaikan sebelah alisnya.
"Itu kan buku PR lo, jadi bukan urusan gue." Harun berucap, Rissa berdecak kesal kemudian merengek.
"Tapi kan elo teman sebangku gue, Harun. Bisa aja kan bukunya nggak sengaja lo bawa," kata Rissa. Harun mengedikan bahunya.
"Nggak ada di gue," ucap Harun kemudian berbalik dan berjalan menuju kelas. Rissa berdecak kesal, sekarang Rissa harus membersihkan taman sebagai sangsi karena terlambat.
![](https://img.wattpad.com/cover/227295566-288-k131032.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HARISSA✔️
Ficção AdolescentePenulis : Ohdaraa (darainbxws) p.s : Cerita ini hanya fiktif belaka dari imajinasiku. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan -- Rissa adalah cewek yang ceria, dan jug...