22 : tidak hadir

313 54 3
                                    

Rissa menatap langit-langit kamarnya dengan bosan sembari berbaring di tempat tidur, Aulia tengah memasukan satu per satu pakaian Rissa ke dalam koper. Ingin sekali Rissa menolak dan menangis, namun ia sudah lelah. Apapun yang terjadi nantinya, Rissa memilih untuk menerima saja.

"Lo bawa ini?" tanya Aulia menunjukan sebuah topi yang sudah usang, bahkan ada sobekan. Rissa melihat topi itu.

"Nenek, Rissa mau pergi main juga," ucap Rissa kecil menghampiri Neneknya sembari menunjuk Aulia kecil yang tengah bermain dengan Wildan.

"Pake topi dulu kayak kakak ya," ucap Nenek menunjukan sebuah topi berwarna biru.

"Enggak mau," ucap Rissa memegang kepalanya.

"Ini dari Mama, loh." Nenek berucap, mata Rissa berbinar mendengar itu, ia tersenyum lebar kemudian mengambil topi itu dari tangan Neneknya kemudian memakainya.

"Udah, Rissa pergi main dulu, Nek." Rissa berucap kemudian memeluk Neneknya.

"Kakak, tungguin!" teriak Rissa.

"Rissa," panggil Aulia, membuyarkan Rissa dari lamunannya. Ia mendudukan tubuhnya kemudian mengambil topi itu dari tangan Aulia.

"Iya, gue bawa," ucap Rissa memakai topinya. Aulia mengangguk kemudian menutup resleting koper itu, lalu meletakannya di lantai. Aulia ikut berbaring di samping Rissa.

"Gue nggak mau," ucap Rissa, menoleh menatap Kakaknya itu. Aulia tersenyum pahit ikut menatap Rissa.

"Gue juga nggak mau, tapi kita nggak bisa ngelakuin apapun, Rissa." Aulia berucap, Rissa menghela napas, ia memejamkan matanya.

"Kak, gue nggak mau sekolah hari ini," ucap Rissa. Aulia menguba posisinya menjadi berbaring menyamping, dan memeluk Rissa.

Harun tengah duduk di kursinya sembari melihat ke dalam tasnya, ada sebuah buket bunya di sana, juga sebuah origami yang berbentuk bangau. Cowok itu melihat sekeliling, hanya ada dirinya di dalam kelas, yang lain belum datang.

Cowok itu berfikir bagaimana memberikan bunga itu pada teman sebangkunya yang ia sukai itu, Rissa. Harun menghela napas kembali menutup resleting tasnya. Cowok itu mengusap tangan kanannya yang masih terbalut perban, namun perbannya tidak sebanyak biasanya, juga tanpa gendongan tangan.

Mungkin satu atau dua minggu lagi, Harun bisa membuka perbannya dan bisa kembali menggunakan tangan kanannya.  Harun menyandarkan tubuhnya di punggung kursi.

Apa gue letak di laci mejanya aja? pikir Harun.

Cowok itu kembali membuka tasnya, mengeluarkan buket bunga dan origami itu, memasukannya ke dalam laci meja Rissa. Setelah selesai melakukannya Harun menghela napas, ia kembali bersandar di kursinya, merapikan rambutnya sebentar sebelum tanpa sadar melukis sebuah senyuman di bibirnya.

HARISSA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang