"Lo degdegan?" tanya Harun, ikut mengepalkan jemarinya di dadanya sendiri. Rissa mendengus kemudian melipat kedua tangannya di depan dada.
"Gue males ulang-ulang ah." Rissa menjawab kemudian menarik kursinya mendekati meja.
Harun terdiam, masih mengepalkan jemarinya di dada. Diam-diam mendenguskan tawanya, ucapan Rissa seperti tidak masuk akal. Mungkin karena Rissa yang mengucapkannya.
Kemudian seseorang mengetuk pintu kelas mereka, seisi kelas yang tadinya berisik sekarang mendadak diam menatap pintu kelas yang diketuk. Gibran selaku ketua kelas dan juga duduk di depan berinisiatif untuk membuka pintu dan berdecak mendapati Rafael di sana.
"Lo ternyata," ucap Gibran. Seisi kelas merasa lega kemudian kembali melakukan aktifitas yang terganggu tadi.
"Ngapain lo?" tanya Gibran, Rafael melirik ke dalam kemudian menunjuk Rissa.
"Gue mau ngomong sama Rissa," jawab Rafael. Gibran menoleh kepada Rissa yang tengah merobek-robek kertas.
"Rissa, Rafael mau ngomong," ucap Gibran. Rissa terdiam, berhenti merobek-robek kertas. Ia mendongak dan mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum berdiri dan berjalan menghampiri Rafael.
"Kenapa?" tanya Rissa, Rafael tersenyum.
"Nanti mau temenin gue latihan?" tanya Rafael, Rissa menautkan alisnya.
"Oh, lo masih ikut futsal?" tanya Rissa, Rafael menggeleng.
"Bukan futsal, tapi gitar," ucap Rafael. Rissa ber'oh' ria kemudian mengangguk.
"Boleh, tapi enggak lama kan?" tanya Rissa.
"Enggak kok, bentar doang. Kayak biasa," jawab Rafael. Rissa mendengus kemudian menggeleng.
"Itu udah lama, bukan biasa lagi," ucap Rissa. Rafael berdecak kemudian menggeleng.
"Duh, nggak. Kita kan udah biasa gitu, lo temenin gue main gitar habis itu Kita pulang bareng," ucap Rafael, Rissa tersenyum kemudian mengangguk.
"Tapi ..."
"No, lo mulai ngambek-ngambekan nya baru beberapa bulan yang lalu. Sekarang kita balik lagi seperti biasa," ucap Rafael. Rissa tersenyum kemudian mengangguk.
"Tapi bedanya, gue nggak pulang bareng elo kalau sekarang," kata Rissa, Rafael mendenguskan tawanya.
"Lo mau pulang bareng?" tanya Rafael. Rissa hampir saja mengiyakan jika tidak teringat pada Harun.
"No, gue harus anterin Harun pulang," jawab Rissa, mengedikan bahunya.
"You're such a good friend," puji Harun. Rissa mendengus kemudian mengangguk.
Friend. Kata itu berputar-putar di kepalanya sekarang.
"Ok, gue pergi dulu. Lo tunggu aja di kelas, nanti gue ke sini," ucap Rafael, Rissa mengangguk kemudian cowok itu berjalan pergi dan Rissa segera masuk ke kelas.
Cewek itu menghela napas, mendudukan tubuhnya di kursi. Rissa terdiam sebentar kemudian perlahan senyuman terlukis di bibirnya. Cewek itu menopang dagunya dengan kedua tangan.
"Are you ok?" tanya Emma. Rissa menoleh perlahan pada Emma, kemudian mengangguk.
"Well, you're not," ucap Emma, menggelengkan kepalanya.
Rissa mendengus mendengar itu kemudian menggeserkan kursinya pada Emma. Cewek itu menyikut Emma.
"Ok, gue nggak baik-baik aja. Gue degdegan banget!" ucap Rissa, mengepalkan jemarinya di dadanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/227295566-288-k131032.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HARISSA✔️
Novela JuvenilPenulis : Ohdaraa (darainbxws) p.s : Cerita ini hanya fiktif belaka dari imajinasiku. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan -- Rissa adalah cewek yang ceria, dan jug...