Rissa tengah memanaskan minyak, sementara Emma tengah memotong wortel dan sayur lainnya. Emma dengan iseng menunjukan wortel itu pada Rissa, membuat Rissa menghela napas.
"Gue nggak mau makan wortel, Emma." Rissa berucap, Emma tidak peduli, ia justru memotong lebih banyak wortel.
"Lo udah janji ya, jadi lo harus makan," kata Emma. Rissa berdecak kemudian mengambil bawang merah yg sudah dicincang lalu menumisnya sebentar.
"Oke, gue bakal makan. Tapi enggak sebanyak itu, Emma." Rissa berucap, Emma mengangguk kemudian tersenyum.
"Amel suka wortel, ya kan Mel?" ucap Emma, Amel yang tengah melihat-lihat isi kulkas Harun mengangguk.
"Gue mau bales dendam," kata Rissa, kemudian memasukan bahan lainnya ke kuali.
"Hah? Bales dendam ke siapa? Gue?" tanya Emma, tersenyum penuh maksud.
"Iya lah," jawab Rissa. "Lo suka sama Julio?" tanya Rissa, Emma berfikir sebentar kemudian mengedikan bahunya.
"Gue rasa sih enggak," jawab Emma. "Oh! Lo mau jadiin itu sebagai bahan buat taruhan lain, no, nggak bakal bisa."
Rissa diam saja kemudian merebus mie di dalam kuali, dan menutupnya. "Lo nyebelin banget ah, Emma. Gue mau pergi ini besok, lo malah kasih kesan menyebalkan," kata Rissa melipat kedua tangannya di depan dada.
"No, gue nggak kasih kesan buruk tau. Ini memang sudah perjanjian kita," kata Emma mencubit pipi Rissa. "Lagipula, elo yang lebih nyebelin, Rissa. Bisa-bisanya nggak ngabarin kalau mau pindah."
Rissa menghela napas, "Gue nggak kasih tau, karena gue masih berharap kalau semuanya gabakal terjadi dan gue nggak bakalan pindah," ucap Rissa. "Tapi ternyata iya, gue beneran pindah."
"Mending gue sama Kak Aulia aja serius, gue nggak ngerasa sedih sama sekali." Rissa berucap, kemudian duduk di meja makan.
Emma menepuk punggung Rissa, "Lo kan masih bisa ketemu kak Aulia juga, dan lo bisa tinggal bareng Papa lo, ya kan?" kata Emma. Rissa menoleh menatap Emma.
"Gue seneng bakal tinggal sama Papa, tapi nggak sama istrinya itu. Gue nggak mau," kata Rissa, matanya berkaca-kaca. Emma memeluknya.
"Eh, udah matang belum? Laper ini," kata Gibran yang tiba-tiba masuk ke dapur bersama dengan Harun dan juga Julio.
"Ngapain lo peluk-peluk Rissa?" tanya Julio pada Emma, Emma memutar bola matanya mendengar itu.
"Kenapa emang? Mau gue peluk juga?" tanya Emma, Julio mengedikan bahunya.
"Terserah sih," kata Julio dengam menyebalkan sembari berjalan menuju kuali, ia membuka tutup kuali dan melihat mie di dalamnya sudah matang.
"Eh, udah matang ini, ayolah makan," kata Julio, cowok itu mematikan kompornya.
Sementara itu, Harun duduk di hadapan Rissa, menendang pelan kaki Rissa yang ada di bawah meja. Cewek itu menoleh pada Harun. "Kenapa?" tanya Harun, Rissa menggeleng.
Emma berdiri kemudian menepuk bahu Rissa, "Sebentar aja, untuk hari ini, lo bisa lupain semuanya dulu. Bikin diri lo bahagia sekarang," ucap Emma. Rissa mengangguk kemudian ikut membantu yang lain membawa makanan ke halaman belakang rumah Harun.
"Lo suka banget lipat-lipat origami ya?" tanya Gibran pada Harun saat melihat kertas origami yang sudah dilipat menjadi bentuk burung bangau yang tergantung di atap.
"Iya," jawab Harun.
"Ajarin dong," kata Julio menyikut Harun yang duduk di sebelahnya. Harun tersenyum kemudian mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARISSA✔️
Dla nastolatkówPenulis : Ohdaraa (darainbxws) p.s : Cerita ini hanya fiktif belaka dari imajinasiku. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan -- Rissa adalah cewek yang ceria, dan jug...