Rissa menghela napas, menoleh pada kursi Harun yang kosong. Cowok itu tidak sekolah hari ini, pasti karena jatuh kemarin. Rissa benar-benar takut jika Harun benar-benar akan diamputasi. Ia benar-benar merasa bersalah.
"Emma," rengek Rissa mendekatkan kursinya pada Emma. Cewek itu menoleh pada Rissa.
"Kenapa?" tanya Emma khawatir.
"Tangan Harun mau diamputasi!" jawab Rissa, Emma melotot mendengar itu, begitupun Julio.
"Yang bener lo? Jangan asal ngomong!" ucap Julio panik, Rissa kembali merengek menggenggam tangan Emma.
"Rissa, terakhir kali lo ngomong sembarangan soal Harun, itu kejadian beneran." Emma berucap menepuk pipi Rissa pelan. "Tarik napas dulu, tenang."
Rissa mengikuti ucapan Emma, kemudian menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Ia berusaha tenang walau pikirannya masih pada Harun.
"Darimana lo tau?" tanya Emma saat melihat Rissa sudah terlihat tenang.
"Kemarin, sebelum pulang dia bilang ke gue," jawab Rissa. Emma menghela napas kemudian menepuk pipi Rissa.
"Duh, dia pasti asal ngomong aja. Dia ngerasa kesakitan jadi ngomong gitu," ucap Emma, Rissa mendongak menatap Emma penuh harap.
"Ha? Beneran?" tanya Rissa panik. Emma memilih untuk mengangguk.
Kemudian Rissa terlihat tenang mengusap dadanya. Ia mendenguskan tawanya, "Gue takut banget sumpah."
Emma menatap penuh selidik pada Rissa, kemudian tersenyum penuh maksud, "Jadi, lo suka sama dia?" tanya Emma.
Rissa kehilangan senyumannya menoleh pada Emma, "Harun?" tanya Rissa, Emma mengangguk. "Enggak," ucap Rissa.
"Trus kenapa lo khwatirin dia segitunya banget?" tanya Emma.
"Karena gue yang dorong dia," jawab Rissa melipat kedua tangannya di depan dada.
"Lo yang dorong?" tanya Emma tak percaya, Rissa menghela napas kemudian mengangguk.
"Iya, tapi enggak sengaja! Beneran," kata Rissa.
Rissa melirik ke kursi Harun, "Selain itu, gue mau temenan sama dia," ucap Rissa, Emma tersenyum lebar karena itu kemudian menunjukan jempolnya.
"Oke, enggak perlu pacaran. Teman tapi mesra aja," ucap Emma. Rissa mendengus menatap cewek itu.
"Lo selalu aja bahas begitu ih," ucap Rissa hendak menggeser kursinya menjauh, namun Emma langsung menahanya.
"Maaf. Habisnya, lo keliatan cocok sama Harun," ucap Emma, tersenyum lebar.
"Cocok apanya, Emma? Kami sering berantem enggak jelas, akhir-akhir ini doang mulai saling ngomong," kata Rissa tidak mengerti.
Emma berdehem, "Gue lihat ada aura di antara kalian berdua. Aura belahan jiwa," ucap Emma.
"Well, itu enggak masuk akal soal lo bisa lihat aura begitu," kata Rissa, Emma menggeleng.
"Masuk akal tau, kalian itu kalau sekalinya akrab, terlihat sangat romantis," ucap Emma senang, sementara Rissa mendengus mendengar itu.
"Romantis apanya? Dia sering cuekin gue juga, dia jahat." Rissa berucap.
"Tapi enggak sejahat elo yang dorong dia," ucap Emma, kemudian buru-buru menyesali ucapannya melihat reaksi Rissa yang terlihat sedih. Rissa menoleh pada Emma kemudian merengek keras-keras, membuat Emma harus menutup telinganya.
✨
Rissa dan teman-temannya segera pergi ke Rumah Sakit saat pulang sekolah. Rissa buru-buru berjalan dengan cepat menuju kamar yang Harun tempati, dan menghela napas melihat tangan cowok itu yang diperban.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARISSA✔️
أدب المراهقينPenulis : Ohdaraa (darainbxws) p.s : Cerita ini hanya fiktif belaka dari imajinasiku. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan -- Rissa adalah cewek yang ceria, dan jug...