Kembali lagi ke hari Senin yang menyebalkan bagi Rissa, setelah sabtu dan Minggu kemarin ia menghabiskan waktu yang menyenangkan dengan Emma dan Aulia. Ia mendudukan tubuhnya di kursi kemudian mengipas tubuhnya dengan topi upacara. Harun duduk di sebelahnya, melepas topinya dan bersandar di kursi.
"Bagi minum dong, Harun." Rissa mengulurkan tangannya pada Harun. Cowok itu mengambil botol minumnya dan memberikannya pada Rissa. Cewek itu meminum air dengan cepat dan banyak.
"Duh, tinggal dikit? Ntar gue ganti deh," ucap Rissa mengembalikan botol minum Harun. Cowok itu hanya diam.
"Oh, hari ini gue bawa buku catatan lengkap. Nggak ada yang ketinggalan." Rissa menunjukan tasnya yang penuh pada Harun. Harun melirik sedikit kemudian mengangguk.
"Jangan ngangguk mulu lo!" ucap Rissa kemudian memukul bahu Harun. Cowok itu bergeser menjauh dari Rissa kemudian mengangguk lagi. Rissa menghela napas melihat itu.
Kemudian bel masuk berbunyi, guru sejarah mereka masuk ke kelas, Gibran menyiapkan kelas.
Rissa segera mengeluarkan buku pelajaran Sejarahnya, Rissa tidak berbohong saat mengatakan ia membawa bukunya dengan lengkap.
"Nih, lo liat sendiri," ucap Rissa pada Harun. Harun menoleh melihat buku-buku di atas meja Rissa kemudian mengangguk.
"Kasih jempol dulu!" Rissa menarik dagu Harun agar kembali menoleh padanya. Cowok itu menepis tangan Rissa kemudian mengacungkan jempol kirinya.
"Rissa, berhenti mengobrol!" ucap guru Sejarahnya. Rissa meringis kemudian menunduk fokus pada buku-bukunya.
Kemudian gurunya menerangkan pelajaran, sementara Rissa malah mengantuk dan memejamkan matanya. Harun menyikut Rissa, cewek itu berdecak kesal menatap tidak suka pada Harun, Harun menghela napas kemudian bicara.
"Catat," ucap Harun. Rissa melirik ke papan tulis, Amel, temannya terlihat mencatat sedikit materi di kelas sembari gurunya menerangkan.
"Amel belum selesai tuh nyatatnya," ucap Rissa. Harun menarik rambut Rissa pelan, agar Rissa duduk. Cewek itu meringis kemudian memukul tangan kiri Harun.
"Gue patahin juga tangan kiri lo ya!" ucap Rissa kesal. Harun mengambil buku catatan Rissa kemudian memberikannya pada cewek itu.
"Catat!"
Rissa memutar bola matanya kemudian mulai mencatat dengan cepat, tulisan Rissa jelek, membuat Harun menahan tangan Rissa agar berhenti menulis.
"Heh?! Modus lo?" Rissa menepis tangan Harun darinya. Harun menghela napas.
"Nggak, tulisan lo jelek. Tulis pelan-pelan," ucap Harun. Rissa mendengus kesal kemudian menggeser buku catatannya pada Harun.
"Kalau gitu lo yang nyatat," ucap Rissa. Harun menggeser kembali bukunya pada Rissa.
"Gue nggak bisa," ucap Harun.
"Nah! Udah tau gitu malah sok-sok an komen tulisan gue," ucap Rissa kembali mengambil bukunya dan mulai mencatat.
Harun memperhatikan gurunya menjelaskan sesekali melirik Rissa, memastikan cewek itu mencatat pelajarannya. Harun tidak tahu lagi harus meminta catatan pada siapa lagi jika bukan pada Rissa, teman sebangkunya itu.
"Udah siap tuh, gue mau bobok," ucap Rissa memberikan catatannya pada Harun kemudian membenamkan kepalanya di lipatan tangannya.
Harun membuka catatan cewek itu, kemudian menghela napas. Mau bagaiman lagi, Harun akan tetap membaca catatan cewek ini nantinya, walau lumayan sulit untuk dibaca.
Bel pergantian pelajaran sudah berbunyi, guru Sejarahnya sudah keluar dan Rissa sudah bangun dan bahkan sudah mengobrol dengan Emma.
"Lo ngerti nggak tadi?" tanya Rissa sembari tersenyum lebar. Emma mengangguk, membuat Rissa kehilangan senyumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARISSA✔️
Fiksi RemajaPenulis : Ohdaraa (darainbxws) p.s : Cerita ini hanya fiktif belaka dari imajinasiku. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan -- Rissa adalah cewek yang ceria, dan jug...