Rissa menempelkan keningnya ke atas meja yang dingin dengan bosan. Harun duduk di sebelahnya, tengah membaca buku. Perasaannya benar-benar gusar sekarang, bagaimana tidak? Rissa berusaha keras untuk keluar dari permasalahannya ini. Belum lagi ia harus memilih, dan apapun pilihannya, ia akan tetap terpisah dari Aulia.
"Harun," panggil Rissa, cewek itu mendudukan tubuhnya kemudian menoleh pada Harun yang juga menatapnya.
"Lo nggak butuh bantuan apa-apa?" tanya Rissa, ia ingin melakukan sesuatu agar bisa mengalihkan pikirannya.
"Enggak," jawab Harun menggelengkan kepalanya. Rissa tersenyum kemudian mengangguk, ia kembali menempelkan keningnya ke atas meja.
"Bilang sesuatu," ucap Rissa. Harun menautkan alisnya bingung.
"Apa?" tanya Harun.
"Apa aja," jawab Rissa, "yang bikin gue mikir."
Harun berfikir sebentar, sepertinya ia pernah melihat sebuah postingan di media sosial yang membuatnya juga berfikir dengan keras.
"Kalau sepatu kaca itu muat di kaki Cinderella, kenapa bisa copot saat di pesta itu?"
Rissa mendudukan tubuhnya, menoleh pada Harun dengan alis yang tertaut, Harun mengedikan bahunya, sepertinya ia sukses membuat Rissa memikirkan hal lain.
"Gue rasa pernah denger ada yang bilang itu, apa ada di Instagram ya?" tanya Rissa, Harun mengangguk.
"Instagram," ucap Harun, "gue rasa pernah liat di Instagram."
Rissa mendenguskan tawanya, "Bener. Serius, itu bikin gue jadi ikutan mikir," ucap Rissa. Harun ikut tersenyum.
Tidak ada pembicaraan untuk sesaat, dan itu sedikit membuat Rissa merasa canggung. Ia menatap Harun kemudian menautkan alisnya.
"Harun, gimana soal 5 orang teman lo?" tanya Rissa, Harun mengangkat alisnya kemudian mengambil sesuatu di dalam tasnya. Selembar kertas dan sebuah pulpen.
"Untuk apa ini?" tanya Rissa, Harun menunjuk kertasnya.
"Tulis nama lo, trus tanda tangan." Harun menjawab, Rissa menaikan sebelah alisnya kemudian melihat kertas kosong itu dan menuliskan sesuatu.
"5 orang teman Harun," ucap Rissa membaca tulisannya, Harun hanya diam menatap Rissa. Cewek itu tersenyum kemudian menuliskan namanya dan juga tanda tangan.
"Udah," ucap Rissa memberikan kertas itu kembali pada Harun.
"Seharusnya gue enggak masuk hitungan, tapi ya udah deh." Rissa berucap, Harun menyimpan kertas itu di dalam tasnya lagi.
"Lo temen gue," ucap Harun, Rissa menaikan alisnya mendengar itu kemudian menoleh ke arah lain.
"Gue pikir, lo suka sama gue," ucap Rissa, Harun menautkan alisnya.
"Iya, gue suka." Harun berucap, Rissa mendengus kemudian menyembunyikan wajahnya pada lipatan tangannya di atas meja.
"Are you ok?" tanya Harun menepuk bahu Rissa dengan pulpen. Rissa menoleh pada cowok itu kemudian mengangguk. Harun mengedikan bahunya kemudian kembali membaca buku.
Sementara itu, Rissa mendudukan tubuhnya dengan baik kemudian menggeser kursinya mendekati Emma. Cewek itu segera merangkul Rissa yang terlihat murung.
"Kenapa?" tanya Emma, Rissa menggeleng.
"Enggak kenapa-napa," jawab Rissa, Emma menatap Rissa penuh selidik kemudian melipat kedua tangannya di depan dada.
"Hm, lo bohong. Lo jelas banyak pikiran," ucap Emma. Rissa mengangkat alisnya kemudian menggeleng.
"Enggak, sotoy lo," ucap Rissa. Emma menggeleng kemudian menunjuk kepala Rissa.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARISSA✔️
Novela JuvenilPenulis : Ohdaraa (darainbxws) p.s : Cerita ini hanya fiktif belaka dari imajinasiku. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan -- Rissa adalah cewek yang ceria, dan jug...