Slyvera's POV
Aku dan adikku Slyvia sedang dalam perjalanan menuju kamarnya Elvi. Tadi kami ber-2 sempat berpapasan dengan murid baru itu bersama dengan Joshua. Ketika kami ber-2 melewatinya, entah kenapa tekanan Mana miliknya selalu Familiar bagiku. Tapi aku sama sekali tidak bisa mengingat dimana dan kapan aku pernah bertemu dengannya.
"Nee, Onee-san. Tadi yang lewat itu murid baru kan. Kalau tidak salah namanya Akira Novious." Ucap Slyvia kepadaku. Sementara aku sendiri hanya mengangguk.
"Entah ini perasaanku saja atau bagaimana, tapi kenapa tekanan Mana miliknya itu serasa pernah merasakannya. Tapi aku lupa dimana ya."
Sudah ku duga ternyata Slyvia merasakannya juga. Lebih baik aku menyuruhnya untuk tidak terlalu memikirkannya.
"Sudahlah, Slyvia. Jangan terlalu dipikirkan, bukankah kau sendiri untuk jangan terlalu memikirkannya dan kau akan menemukan jawabannya nanti." Ucapku mengulang perkataannya saat di kelas tadi.
"Oh iya, aku baru ingat. Hehehe, Gomen Nee-san." Ucapnya sambil tertawa kecil. Sementara aku sendiri hanya tersenyum menanggapinya.
Memang benar bahwa sebenarnya untuk apa juga memikirkan murid baru itu? Mungkin dia bisa menjadi terkenal karena mengalahkan Komandan Merit itu sendiri. Tapi menurutku mereka terlalu berlebihan menggangap dia sebagai bintang utama di Akademi ini. Sebenarnya masih banyak orang di luar sana yang lebih kuat dari dirinya dan mungkin bisa mengalahkan komandan Merit dengan begitu mudahnya. Yah....seperti yang ku bilang tadi, jangan terlalu dipikirkan karena yang sedang dalam pikiranku hanya satu, yaitu pangeranku The White Lightning. Hanya dialah orang yang boleh berada di dalam pikiranku dan muncul di dalam mimpiku. Bahkan aku siap memberikan keperawananku kepadanya agar aku bisa menjadi miliknya untuk selamanya.
"Nee-san, kita sudah sampai."
Ucapan Slyvia menyadarkanku dari lamunanku. Kemudian aku melihat sebuah pintu berwarna coklat dengan tulisan....
"Name: Elveria De Slyvie Von Garlanion"
"Number of The Room: 25"
"Class: I"
"Category Class: Magic"
"Sub-Class: S""Baiklah. Ayo kita ketuk pintunya terlebih dahulu." Ucapku sambil mengetuk pintu kamar Elvi.
"Tok....tok....tok...."
"Masuklah. Pintunya tidak dikunci."
Terdengar suara Elvi dari dalam kamar. Aku kemudian membuka pintu kamar Elvi dan masuk ke dalam bersama Slyvia.
.........................
.........................Sesampainya kami ber-2 di dalam kamar Elvi, aku melihat ternyata Emily juga sudah tiba. Dia berdiri bersama Elvi dengan bola berwarna biru di kasur Elvi.
"Emily, kamu telah tiba lebih dulu ya." Ucapku
"Seperti yang kamu lihat sendiri, Slyvera. Aku sama sekali tidak ingin kehilangan kesempatan ini makanya aku datang lebih dulu ke kamar Elvi." Jawabnya.
"Bodoh. Padahal aku baru saja mandi kamu sudah berada di kasurku." Ucap Elvi dengan wajah cemberutnya.
"Itu salahmu karena tidak mengunci pintu kamar." Balas Emily sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Lupakanlah tentang itu. Apakah bola ini menunjukkan reaksi apapun?" Tanyaku sambil berjalan mendekati bola itu dan berdiri di samping Elvi. Sementara Adikku berdiri di samping Emily.
"Belum. Sudah lama aku dengan Emily menunggu bola ini bereaksi, tapi tidak menunjukkan apapun. Apa yang sebenarnya dilakukan oleh Sensei?" Ucap Elvi sambil memegang keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai Kara No Atarashī Shiroi Inazuma [HIATUS]
ФэнтезиSheiro Akira, Pemuda 16 tahun yang hidup dengan damai dan tenang kini berubah drastis. Dia tiba-tiba saja mendapatkan panggilan untuk menyelamatkan sebuah dunia lain yang ternyata ditemukan fakta yang selama ini tidak pernah ia pikirkan sebelumnya...