BAGIAN 25 || PERSONA

71 13 57
                                    

Happy Reading!
(Now playing surrender- Natalie Taylor)

"Ini yang bikin gua ga suka asal percaya sama orang, mereka terlalu meremehkan omongan sehingga omongan yang mereka buat menjadi boomerang buat mereka sendiri"- Lofa.

🍑🍑🍑

Langkah kaki Lofa memasuki gerbang SMA Kemang yang dulu ia impikan, SMA yang gedung IPS dan IPA nya di pisah membuat Lofa bisa lebih leluasa kesana kesini. Tanpa, harus takut ada yang menggangu dari gedung sebelah.

Lofa berjalan dengan wajah yang teramat datar. Hari ini semester baru dimulai yang menandakan semua kelas 12 sibuk mempersiapkan berbagai ujian. Oh, ya seminggu dirumah kemarin membuat nya seperti berada di neraka. Tangan Lofa bergerak memegang leher nya yang tertutup hansaplast kecil untuk menutupi luka nya, mungkin orang lain bakal mengira yang tidak tidak.

Lofa membayangkan nya saja ingin menangis, membayangkan saat kejadian hari itu dimana dirinya merintih memohon ampun dari sang ayah.

Flashback.

"Lofa sialan bangun, Lo!!" teriak bapak dari bawah.

Lofa merasa terusik di tidur tenang nya. Matanya mengerjap pelan mengumpulkan nyawa yang masih di ambang.

"Bener bener anak itu, nyusahin banget si bisa nya!" omel bapak di bawah. "LOFA TURUN, LU ANJING!!" teriak bapak diikuti umpatan nya.

mata Lofa langsung terbuka lebar nyawa nya yang tadi masih mengumpul seolah langsung menyatu membangunkan dirinya. Lofa turun dengan wajah kusut nya karna dibangunkan di pagi buta ini.

"Lu jadi anak coba si gausah nyusahin? Gabisa emang nya?" tanya Bapak sinis.

Lofa meremas baju nya sendiri menahan air mata yang siap meleleh.

Terkadang omongan tentang 'Jangan ketawa terus, nantinya nangis.' ternyata itu benar,

"Mamah pingsan, lu tau ga?!" tanya bapak.

Mata Lofa melotot mendengar nya hati nya terasa ngilu mendengar perkataan nya barusan.

"Itu, tuh salah lu! Karna, lu dari kemaren kerjaan nya cuma tidur sama makan!! Udah gede,tapi otak sama sekali ga punya!!"

Air mata Lofa benar benar meluncur turun menahan tangis agar tak keluar lagi rasanya sulit. Dirinya menangis dalam diam,

"Gausah nangis!! Gabakal sudi gua meluk lu juga." ujar Bapak jijik.

Lofa benar benar butuh benda itu untuk memenangkan dirinya, Lofa butuh itu.

"Buatin teh sana, jadi anak berguna sedikit kek!" suruh Bapak.

Lofa berjalan ke arah dapur dengan mata yang masih bergenangan air mata. Tangan nya dengan cekatan mengambil gelas membuat teh hangat untuk sang mamah. Matanya melirik kesana kemari takut takut nanti dirinya terlihat saat melakukan hal ini.

Tangan nya mengambil pisau yang tak jauh dari nya menggenggam keras pisau itu agar membuat tangan nya berdarah. Tapi, ini tidak seperti yang diharapkan nya dirinya malah menyenggol gelas yang sudah berisi teh yang masih mengebul itu tumpah mengenai kaki nya.

PERSONA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang