BAB 15

277 22 24
                                    

Happy reading ❤

Kring kring kring

Tanda istirahat untuk seluruh siswa di SMA Bina Nusa pun sudah berbunyi sangat nyaring.

Seluruh siswa pun sudah keluar dari kelasnya masing - masing. Termasuk Lea dan teman - temannya.

" Le kantin yuk " ajak Iren yang sudah bersama Wanda dan Windy.

" Duluan aja gue mau beresin ini dulu " sahut Lea yang masih membereskan beberapa cat warna yang tercecer karena ulahnya tadi.

" Yaudah kita duluan ya, mau nitip pesenan nggak ? " tawar Windy.

" Nggak deh Win, ntar gue pesen sendiri aja " sahut Lea lagi.

" Ok, bye Lea " sahut Wanda.

" Woy Raf, lo juga bantuin dong " ucap Lea kesal.

" Sendiri napa sih Le ini gue baru ngeringin seragam gue " sahut Rafa yang sibuk mengeringkan seragamnya menggunakan hairdrayer yang dia dapatkan dari lemari tempat menyimpan barang - barang.

" Itu baju lo bisa kering kalo lo tinggal bantuin gue " Kesal Lea sambil melempar botol cat warna ke arah Rafa.

" Aww sakit Le " rintih Rafa.

" Makanya sini bantuin gue" teriak Lea kesal.

" Iya dah iya galak amat sih " sahut Rafa yang langsung membantu Lea.

Setelah selesai membereskan beberapa cat warna dan kuas, Lea dan Rafa menyimpannya di loker mereka.

Tiba - tiba saja Pak Boy datang dan mengunci pintu ruangan senibudaya.

Pikir Pak Boy sudah tidak ada siswa lagi karena Lea dan Rafa tertutupi oleh tinggi dan lebarnya loker itu.

" Akhirnya selesai juga " ucap Lea sambil menepukam kedua tangannya.

" Le sragam gue gimana ? " tanya Rafa.

" Itu mah urusan lo, sekarang gue mau ke kantin bye "sahut Lea acuh.

Lea di kejutkan dengan pintu yang sudah tertutup rapi, dengan perasaan yang sudah campur aduk, dia berjalan dengan cepat ke arah pintu dan langsung membukanya.

Ternyata benar dugaan Lea pintunya sudah terkunci. Lea terus berusaha membuka pintu itu tapi tidak bisa.

" Kenapa sih Le ? " tanya Rafa heran.

" Raf pintunya udah di kunci " jawab Lea panik.

" Lo nya aja yang nggak bisa buka, sini biar gue aja " sahut Rafa berjalan ke arah Lea.

Rafa langsung mencoba membuka pintu ruang senibudaya tetap saja nihil hasilnya.

" Tuhkan udah gue bilang, pintunya udah kekunci " ujar Lea ngegas.

Rafa terus mencoba membuka pintunya bahkan sampai mendobraknya tapi tetap saja hasilnya nihil.

" Lo bawa hp kan Le ? " tanya Rafa.

" Ada " sahut Lea langsung merogoh handphone yang ada di sakunya.

Lea pun langsung memanggil Iren.

Sudah puluhan kali Lea menelfon Iren tapi tidak di angkat.

" Kayaknya Iren gak bawa handphone deh " keluh Lea.

" Yang lainnya dong " suruh Rafa.

Saat Lea akan menelpon yang lainnya tiba - tiba saja handphonenya sudah mati.

" Aduh handphone gue mati lagi " ucap Lea panik.

" Tenang Le, jangan panik inget lo harus kontrol detak jantung lo tarik nafas pelan - pelan tahan dan buang perlahan " ucap Rafa yang langsung di ikuti oleh Lea.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SuperesseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang