12. Maaf

673 39 0
                                    

Selamat membaca sahabat!

"Maafin gue, Kak."

Permintaan maaf itu terlontar dari mulut Shana. Gadis itu menunduk, memainkan jari jemarinya.

Kedua alis Geovano menyatu, "Kenapa minta maaf?" tanyanya.

"Ini salah gue. Gue denger dari Kak Dhito dan anak-anak Asgar lainnya, kalo lo berantem sama Kak Eca. Dan, komentar kiriman instagram juga pada tag Kak Eca. Gue ngerasa jadi orang ketiga," jelas Shana, sedetik kemudian air matanya menetes. Gadis itu, menangis.

"Eh, kok nangis sih, Na?" tanya Geovano mulai panik. Matanya melihat ke semua penjuru taman.

Sekarang, mereka memang sedang berada di taman belakang sekolah. Tadi, saat Geovano baru sampai di kelas, Shana datang memanggilnya.

Saat mereka sampai di taman belakang sekolah, bel masuk berbunyi. Otomatis di taman belakang sekolah hanya ada mereka berdua.

"Na, lo enggak salah. Ini salah gue. Lagian, kenapa lo manggil Eca kakak? Dia itu setingkat sama lo," ucap Geovano sambil mengelus bahu Shana, berharap Shana berhenti menangis.

"Tapi, kalau gue dari awal enggak ngajak lo pura-pura pacaran, situasinya enggak bakalan kayak gini," lirihnya kemudian terisak.

Shana sangat takut dengan orang-orang dunia maya yang sekarang mulai ramai mengomentari kiriman instagramnya.

Kalau tahu jadinya akan seperti ini, Shana lebih baik tetap bersama Aldi meskipun pemuda itu selalu kasar, daripada merusak hubungan Geovano, pikir Shana.

"Shana," panggil Geovano pelan. "Untuk apa gue nyalahin orang lain atas kesalahan yang gue buat sendiri? Hubungan jarak jauh itu harus saling terbuka satu sama lain. Salahnya gue; gue enggak terbuka sama Eca," papar Geovano.

Shana bergeming, tangisnya mulai menjadi. Lebih baik dia dibentak dan dicaci maki oleh Geovano, daripada melihat Geovano menyalahkan dirinya sendiri, itu membuat Shana semakin merasa bersalah.

Tangan Geovano bergerak untuk mendekap Shana. Cara yang biasa ia lakukan untuk menenangkan Gevania, disaat adiknya menangis.

"Udah. Semuanya udah terjadi. Jangan nyalahin diri lo sendiri," cetus Geovano sambil mengusap rambut panjang Shana.

"Heh! Kalian! Bukannya masuk kelas, malah pacaran. Mana peluk-pelukan lagi! Geovano, mau ibu aduin ke Papa kamu?"

***

"Akhirnya ... " Geovano menghembuskan nafasnya lega. Kemudian menyimpan alat pengepel lantai secara asal.

Well, tadi Geovano dan Shana terciduk Bu Pratiwi-Guru BK SMA Galasta, mereka dituduh bolos dengan alasan berpacaran. Karena tak bisa membantah, akhirnya mereka dihukum mengepel aula sekolah yang begitu besarnya.

Guru-guru di SMA Galasta memang tidak pilih-pilih kalau soal hukum menghukum, apalagi kalau muridnya salah.

Meskipun Geovano anak pemilik yayasan sekolah, Sandi memang sudah menyuruh guru-guru agar berprilaku adil jika anaknya melakukan kesalahan.

"Na, kantin kuy?" ajak Geovano yang melihat wajah pucat Shana. Bisa dipastikan, gadis itu belum sarapan sama sekali dan langsung dihukum untuk mengepel lantai Aula seluas ini.

Shana merespon dengan anggukan. Kemudian mereka berdua berjalan menuju kantin untuk mengisi perut kosong mereka.

Geovano memilih kursi yang berada paling pojok, dan terhalang oleh sekumpulan gadis yang sedang makan di sana, guna menghindari teman-temannya yang akan menggodanya jika bersama Shana.

GeovanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang