Selamat membaca, Sahabat!
Jangan lupa komentar, biar gak sepi kayak kuburan:(
***
"Den! Mobil di halaman rumah, ada yang bakar!"
Geovano terperanjat mendengar informasi yang diberikan Mang Ivan. Tanpa bertanya lagi, ia langsung berlari menuju halaman depan rumahnya.
"Sejak kapan rumah ini jadi gede banget?" gumam Geovano disela-sela berlarinya. Ia merutuki Sandi, yang membangun rumah terlalu besar. Coba saja kalau Papanya membangun rumah yang lebih kecil sedikit, pasti ia cepat sampai menuju halaman depan.
Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 7 menit, Geovano akhirnya sampai di halaman depan, di mana mobilnya terparkir.
Semua asisten keluarganya sibuk memasang selang air dan menyiram air agar api padam, diikuti Daralia dengan wajah yang pucat pasi. Terlihat jelas bahwa ia benar-benar shock.
Saat Geovano berada tepat di belakang Daralia, wanita itu pingsan. Seketika, keadaan yang semula heboh semakin tambah heboh dan panik.
Geovano langsung mengangkat Mamanya dibantu oleh Bi Imin menuju ke kamar Mamanya.
"Telepon pemadam kebakaran, Mang," ucapnya kepada Mang Denok selaku satpam disela-sela langkahnya.
"Sudah, Den. Pemadam kebakarannya sedang menuju ke sini," balas Mang Denok kemudian melanjutkan kegiatannya untuk mengecilkan api.
Geovano dan Bi Imin langsung mempercepat langkahnya. Beberapa menit kemudian, mereka sampai di kamar Daralia. Geovano langsung membaringkan Mamanya.
"Bi, tolong ambilin minum, ya?" ucapnya yang langsung diangguki oleh Bi Imin.
Geovano duduk di samping ranjang, mengusap lengan Mamanya. Sekarang keadaan semakin panik. Ia menduga, insiden kebakaran ini pasti ada kaitannya dengan si pelaku teror.
ARGH! geramnya dalam hati. Ia benar-benar sangat gemas kepada si pelaku. Awas saja, ya! Kalau orangnya ketemu, pasti tak akan ia beri ampun!
"Vano," panggil Daralia, suaranya terdengar lemah.
Geovano menoleh, "Iya, Ma? Sebentar ya, Bi Inem lagi bawain air minum," balas Geovano diiringi senyuman.
"Papa mana?"
"Papa lagi di jalan, katanya."
"Vania?"
***
Tok, tok, tok ...
"Non Vania," panggil Bi Ira, salah satu asisten keluarganya yang bertugas membersihkan ruang tamu.
"Buka aja, Bi. Enggak dikunci, kok."
Pintu kamarnya mulai terbuka sedikit demi sedikit, menampilkan wajah lelah diiringi keringat dan nafas yang memburu.
"Bi Ira kenapa?" tanya Gevania bingung, pasalnya ini kali pertama bagi Gevania, melihat kondisi Bi Ira yang bisa dikatakan berantakan.
"Non Vania jangan keluar, ya? Di luar banyak asap. Gak baik kalau Non keluar," pesan Bi Ira, membuat kedua alis Gevania dan Shana menyatu.
"Lho, kenapa, Bi? Emangnya ada apa?" tanya Shana diikuti anggukan tak mengerti Gevania.
Tangan Bi Ira menunjuk ke arah halaman depan rumah, "Mobil yang terparkir di halaman rumah, ada yang bakar, Non," jelas Bi Ira membuat jantung Gevania berdegup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geovano
Teen FictionGeovano Albara Sandi atau yang akrab disapa Opan. Dia tampan dan tajir. Salah satu anggota geng Asgar yang terkenal pecicilan dan sering membuat para gadis histeris. Ciri khasnya yang mencolok sebenarnya hanya untuk mengikis rasa rindunya terhadap s...