14. Seseorang

633 41 2
                                    

Gak mau tahu, maunya tempe/eh?
Ramein komennya:<

Selamat membaca sahabat!

***

Seorang gadis sebaya dengan rambut panjang berwarna cokelat membuat Nesha yakin, bahwa tak hanya shampo yang membuat rambutnya berkilau. Pasti, gadis itu sering pergi ke salon untuk merawat rambutnya.

Tak lupa, polesan make up tipis di wajahnya semakin mempercantik gadis itu.

Nesha menghembuskan nafas pelan. Jika dibandingkan dengannya, mungkin Nesha tidak ada apa-apanya. Huft, ia merasa menjadi gadis cupu yang kucel.

Gadis itu tersenyum ke arah Nesha, kemudian meminum jus storberi yang telah dipesankannya.

"Hai! Lo pasti, Nesha, kan?" sapa gadis itu hangat setelah meminum sedikit jus stroberinya, ia memulai percakapan.

Point tambahan, ramah. Nesha semakin tenggelam melihat betapa sempurna gadis di hadapannya ini.

Nesha mengangguk, ia bersikap sebaik mungkin.

"Iya. Gue Nesha, Lo pasti ... " balas Nesha menggantungkan kalimatnya.

Shana mengulas senyum, "Shana Zahary, panggil gue Shana."

Nesha mengangguk-anggukan kepalanya.

"Akhem," deham Shana kemudian mengubah posisi duduknya menjadi tegak. "Gue minta maaf, ya?"

Nesha mengerutkan keningnya, sedetik kemudian ia teringat. Shana, gadis yang mengunggah foto dengan pacarnya—Geovano.

"Enggak papa, kok."

"Gue ngerasa enggak enak banget, tahu," ujar Shana kemudian menundukkan kepalanya.

"Gak papa. Udah terjadi juga, kan? Lagian ... lo pantes kok sama Gepan."

Shana tertohok mendengar jawaban dari Nesha. Kenapa bisa-bisanya, Nesha berkata seperti itu?

"Nesha, gue bener-bener enggak bermaksud. Kak Vano udah ceritain semuanya, kan, sama lo?"

Nesha tersenyum, kemudian mengangguk. Memang, Geovano sudah menjelaskan semuanya lewat pesan yang hanya ia baca.

"Lo tahu? Kak Vano itu bener-bener sayang sama lo. Dia bener-bener tulus sama lo. Maaf, bukan gue mau campurin hubungan kalian. Tapi, gue peduli sama Kak Vano," papar Shana dengan sorot mata sendu, berharap Nesha bisa mengerti akan penjelasannya.

"I know."

"Terus, kenapa lo enggak mau ketemu sama Kak Vano?"

"Gue belum si—"

Shana memotong ucapan Nesha cepat, "Kenapa?"

"Karena gue jelek. Gue jerawatan. Gue dek—"

"STOP!" Nada bicara Shana naik satu oktaf. Baru sebentar saja, Shana sudah kesal mendengar Nesha yang menjelek-jelekkan dirinya sendiri. Apalagi, Geovano?

Beruntung, mereka memesan tempat dengan ruangan khusus. Jadi, mereka tak akan menjadi sorotan orang-orang.

"Lo mau sampai kapan kayak gini terus, Nes? Mau sampai kapan insecure terus? Lo gak lihat? Kak Vano itu bener-bener-tulus-sama-lo," imbuhnya menekankan kalimat terakhir.

Nesha menggeleng cepat, matanya mulai berkaca-kaca. "Lo enggak akan ngerti, gimana rasanya; ngerasa paling jelek, paling cupu, paling dekil, paling bawah, ngerasa minder—Ah!" Nesha mengangkat kedua tangannya, tak mampu meneruskan. "Karena lo cantik. Lo enggak bakalan paham sama apa yang dirasain  orang jelek kayak gue." Bulir bening menghiasi air mata Nesha. Ia menumpahkan semua kata-kata yang selalu mengganjal di dalam hatinya.

GeovanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang