Selamat membaca, Sahabat!
Dhitonjok : Pan, lo jadi pergi ke tempat itu?
Aksareboba : Kalau jadi, kita ikut, ya?
Agantong : Iya, Pan! Biar gue hajar, tuh penculiknya
Ganesaha : Gue juga mau ikut
Alzetan : Semuanya ikut aja, kt hajar bareng2
Rayhantu : Gue kasih rumus fisika aja udah langsung KO tu penjahat
Ragafucek : Noh. Jadi ... biarin kt ikut, ya?
Geovano tersenyum samar membaca chat teman-temannya, hatinya merasa menghangat melihat betapa pedulinya mereka. Kemarin, setelah ia bercerita tentang perkembangan kasus Gevania hilang itu, teman-temannya langsung mengabari Geovano kalau mereka ingin ikut ke tempat di mana Gevania diculik.
Iya, Geovano tahu betul kalau teman-temannya sangat ingin membantunya, tapi ia tidak ingin terjadi sesuatu terhadap adiknya.
Tanpa membalas chat dari teman-temannya, Geovano langsung menutup aplikasi whatsapp-nya dan berpamitan kepada orang-orang di rumahnya.
Oh iya, semalam Sandi langsung meminta menghentikan proses pencarian putri satu-satunya kepada pihak polisi.
Banyak wartawan, polisi, dan juga detektif yang membantu mencari Gevania bertanya-tanya. Kenapa harus dihentikan begitu saja, sedangkan Gevania saja belum ditemukan? Namun, tanpa penjelasan yang lebih detail, Sandi kekeh meminta kasus itu dihentikan. Mungkin, kalian juga tahu alasannya kenapa.
"Kak Vano, gue ikut, ya?" rengek Shana sambil menarik-narik lengan baju Geovano bak anak kecil yang meminta digendong.
Geovano menggelengkan kepalanya. "Enggak! Lo diem aja di sini, jaga nyokap gue, oke?" tolak Geovano sambil melepaskan tarikan Shana, membuat gadis itu mengercutkan bibirnya sambil mengangguk.
Setelah berpamitan, mereka segera menyalakan mobil dengan uang senilai 10M di sebuah koper yang Sandi pegang.
Seperti yang dijanjikan kemarin, yang berangkat sekarang adalah Sandi, Daffa, dan Geovano tentunya. Mereka melajukan mobilnya menuju sebuah gudang di dekat lautan. Persis seperti di film-film yang sering ia tonton, pikirnya.
Beberapa jam kemudian, mereka sampai di tempat yang dituju. Mereka memarkirkan mobilnya di sebuah halaman yang sangat luas. Kemudian mereka turun dari mobil.
Mereka berjalan lurus, sampai sebuah belokan mengharuskan mereka berbelok. Saat sedang berjalan, mendadak seorang pria di depan mereka memberikan sebuah isyarat, menandakan mereka harus mengikuti pria itu.
Suasana hening, tak ada yang berani memulai pembicaraan. Mungkin, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Termasuk Geovano yang sekarang sedang memikirkan adiknya. Kira-kira ... adiknya baik-baik saja tidak, ya?
BRAK
Suara dobrakan pintu mengagetkan mereka. Geovano tersadar akan lamunannya. Ah, ternyata mereka sudah sampai.
Bangunan tua yang begitu luas, dilengkapi barang-barang yang berantakan dan juga pencahayaan yang minim. Geovano, Sandi, dan Daffa lantas masuk ke dalam bangunan tersebut, sambil melihat-lihat bangunan tersebut.
Baru beberapa langkah, dehaman seseorang mengalihkan perhatian mereka.
"Hallo, Tuan Geovano! Kita bertemu lagi!" sapa pria bertopeng itu ditemani kurang lebih 10 anak buah di sampingnya.
Mendengar suara pria bertopeng itu, Geovano mengerutkan keningnya. Ia sepertinya mengenal suara pria itu. Tapi, di mana, ya?
"Kenapa diem? Takut, lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Geovano
Teen FictionGeovano Albara Sandi atau yang akrab disapa Opan. Dia tampan dan tajir. Salah satu anggota geng Asgar yang terkenal pecicilan dan sering membuat para gadis histeris. Ciri khasnya yang mencolok sebenarnya hanya untuk mengikis rasa rindunya terhadap s...