Hai!
Selamat membaca, Sahabat!
Enjoy, ya!
Jangan lupa, komeeeen:(***
"Kak Gepan."
Mata Geovano langsung melotot kala mendengar panggilan itu, dan entah kenapa ... jantungnya berdegup kencang.
Panggilan itu ....
Geovano perlahan menoleh ke arah belakang, dalam hatinya ada secercah harapan bahwa; gadisnya ada di sini, dan mulai menjelaskan alasan kenapa ia memutuskannya tanpa sebab.
Mungkin, ia kurang beruntung. Harapannya ternyata hanya sebuah angan saja, harapannya tak menjadi kenyataan kala melihat bahwa gadis di belakangnya itu ternyata adalah ...
Shana.
"Geovano? Geova? Vano? Gepan?" ucap gadis itu diiringi cengiran khas lebarnya. "Gepan! Lucu banget kan, ya? Aku panggil Kak Vano pake sebutan Gepan aja, ya?" imbuhnya.
Mendengar ucapan Shana, entah kenapa ada rasa kesal dan amarahnya langsung naik.
Panggilan itu, hanya Eca yang bisa memanggilnya. Ya, hanya Eca. Bahkan keluarga dekatnya pun, tidak boleh memanggilnya dengan sebutan Gepan. Itu hadiah dari Eca. Itu bekal kenangan.
"Gak boleh," tolak Geovano cepat. "Gue gak suka lo panggil gue dengan sebutan itu."
Kening Shana mengerut, kenapa? pikirnya.
"Cuma satu orang yang bisa panggil gue gitu," ujar Geovano. "Orang itu, Eca. Bahkan kalau keluarga gue pun, itu enggak boleh. Camkan!" Geovano menatap Shana dengan tatapan tajam.
Shana terdiam mendengar apa yang dikatakan Geovano. Nyalinya menciut. Rasa terkejut juga sakit hati kini bercampur aduk. Namun, sebisa mungkin ia harus tetap terlihat biasa saja.
"Wis ... santai, bos!" Shana terkekeh pelan. "Maaf-maaf, gak tau."
Napas Geovano berhembus, kemudian berkata, "Iya. Gue maafin. Lo udah selesai?"
Shana mengangguk, baru saja ia selesai sesi pemotretan. "Pulang?" tanyanya. Sebenarnya, ia tak ingin pulang. Semoga saja, Geovano ingin pergi ke mana dulu agar ia bisa berjalan-jalan sebentar.
"Lo mau pulang?"
Shana tersenyum lebar, kemudian berucap, "Enggak, sih."
"Bagus, gue juga lagi pengen jalan-jalan dulu. Pusing kepala gue," jelas Geovano.
"Katanya, di sini ada air terjun lho, Kak," ujar Shana. Memang, setelah sesi pemotretannya berakhir, teman-temannya mulai membicarakan air terjun yang berada lumayan jauh dari villa tempatnya berada.
"Serius? Bagus, deh. Kita pergi ke sana aja, gimana?" tawar Geovano yang langsung dibalas anggukan oleh Shana.
"Setuju!"
Shana mengarahkan ke mana mereka harus melangkah. Kebetulan saat ia berjalan-jalan sebentar, ia melihat petunjuk di mana air terjun itu berada.
Saat mereka berjalan, tentunya keadaan tak terlalu canggung. Sesekali mereka tertawa ketika salah satu di antara mereka membicarakan tentang murid di SMA Galasta yang perilakunya bobrok. Termasuk ya ... Ardhito. Ya ampun, Bang Dhito ... Opan gibah!
"Nah, di sana!" tunjuk Shana. Matanya berbinar kala melihat sebuah air terjun yang lumayan besar juga pemandangannya yang indah.
Ya, mereka hampir sampai ke tempat yang mereka tuju sekarang. Tinggal melewati sedikit bebatuan, mereka akan sampai di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geovano
Teen FictionGeovano Albara Sandi atau yang akrab disapa Opan. Dia tampan dan tajir. Salah satu anggota geng Asgar yang terkenal pecicilan dan sering membuat para gadis histeris. Ciri khasnya yang mencolok sebenarnya hanya untuk mengikis rasa rindunya terhadap s...