بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
'Meski kepingan-kepingan harapku soal kita sudah jatuh pada jurang kegagalan, kuharap seluruh harapmu dengannya tak akan pernah mengecewakan. Poinnya adalah mencintai tak harus selalu memiliki bukan? Mungkin akhir dari mencintaimu adalah membiarkanmu bahagia bersama orang lain.'
Hakim
Halalkan Almira
~Thierogiara***
Kegilaan yang Hakim lakukan adalah terbang ke Bali malam itu juga bersama Wina, keduanya menghabiskan malam dipinggir pantai menikmati malam hingga bertemu sunrise. Ini gila, namun Hakim mamiliki niat yang sebesar itu untuk melupakan Almira. Wajar jika Allah tak menjodohkannya dengan gadis seperti Almira. Hakim terlalu Astagfirullah untul Almira yang MasyaAllah Tabarakallah.
Hakim menyesap dalam-dalam rokoknya kemudian mengembuskan asapnya ke udara, Hakim mungkin memilih cara yang salah dalam menyikapi patah hati, namun ketika seseorang menawarkan pelukan, rasanya sangat sayang jika Hakim menolak. Orang itu adalah Wina, yang sepanjang perjalanan mereka berusaha melucu, yang kemudian tak habis pikir dengan kenekatan mereka.
Keduanya menyewa hotel namun sepertinya kamar hotel tersebut akan menjadi sia-sia sebab Hakim masih nyaman dan enggan beranjak dari sana.
"Lo lagi nggak baik-baik aja ya?" tanya Wina, Hakim mungkin menanggapi semua jokesnya namun dia bisa merasakan kalau beberapa ditanggapi dengan tidak tulus.
"Iya," jawab Hakim jujur, walau mungkin Wina akan tersinggung Hakim tak peduli.
"Ya udah gue ke kamar ya, dingin," pamit Wina, Hakim hanya menatap punggung Wina yang kian menjauh. Wajar gadis itu kedinginan, dia hanya memakai bikini, meski sebenarnya Hakim juga hanya memakai kolor, namun dingin tak berarti karena gundah gulana melingkupi relung hati.
Hakim menyapukan pandangannya, dia tidak sendirian beberapa orang juga masih tampak menikati malam. Semesta memang selalu punya cara menghibur seorang hamba, Hakim adalah manusia berdosa, dosanya bahkan mungkin sebanyak buih di lautan, namun dia masih bisa menikmati pemandangan indah yang Allah suguhkan, sebagai manusia Hakim memang sangat kurang bersyukur, dia banyak menghabiskan waktunya dengan meratapi apa yang tak ia dapatkan, padahal mungkin saja ada seseorang yang memandang iri kepadanya, sejatinya hidup yang terkadang kita keluhkan bisa jadi menjadi impian banyak orang.
Hakim menghela napasnya, sekali lagi dia mengembuskan asap ke udara, lamaran Bhumi baru saja diterima, akad belum terucap, resepsi belum terlaksana, Almira masih bergelar calon, namun Hakim sudah merasa dunianya runtuh, dia tak tahu hal gila apa lagi yang akan ia lakukan nanti kalau sampai Almira sudah sah dengan Bhumi.
Hakim benar-benar tak masuk ke dalam hotel, dia menikmati malam sampai pagi di tepian pantai, melupakan kalau ada Wina juga di sana membuat Wina sedikit kecewa, dia kira perjalanan singkat dengan Hakim akan memiliki makna, namun ternyata mereka hanya menghabiskan tenaga saja.
***
Sekitar jam lima sore Hakim sudah kembali sampai di Jakarta, dia tak lagi menjenguk kafe, tidak pula pulang ke rumahnya, dia malah mengarahkan mobilnya menuju rumah Ago dan Hafa, Hakim sudah membulatkana tekat kalau dia akan curhat, persetan dengan lebay, dia sudah tak bisa lagi mengintrol perasaannya sendiri.
Dia membawa mobil bak orang kesetanan beberapa kali motor yang berpapasan dengannya harus mengalah, beberapa kali orang-orang juga memaki Hakim, namun Hakim tak peduli, dia hanya ingin cepat sampai. Keributan tak berhenti sampai di situ, Hakim langsung membuat satu kompleks perumahan ribut karena menabrak pagar rumah Ago dan Hafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halalkan Almira [Terbit✅]
ДуховныеHakim tak pernah serius dalam hidupnya, sampai pertemuannya dengan seorang gadis bercadar membuat dunianya terusik. Sorot mata yang hampir tak pernah dilihatnya itu seperti candu, membuatnya ingin melihat lagi dan lagi. Pemilik Semesta ternyata ama...