34. Mencintaimu

3.5K 350 24
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

'Aku ingin mencintaimu bahkan saat orang-orang meng absen seluruh kesalahanmu, aku ingin mencintaimu hingga tangan kita sama-sama keriput, hingga liang lahat kita berada di tempat yang sama dan berdampingan. Aku ingin mencintaimu hingga jannah-Nya.'

Halalkan Almira

~Thierogiara

***

Almira masuk ke dalam kamar sendirian karena Hakim ditelepon karyawannya diminta ke kafe saat itu juga karena ada sesuatu yang harus Hakim tangani, Almira agak merasa bersalah dengan mama mertuanya karena dirinya Hakim jadi berlaku seperti itu, padahal sebelum dirinya masuk ke dalam keluarga Hakim, semuanya baik-baik saja.

Almira berjalan menuju kasur lantas mendudukkan dirinya di sana, gadis itu menghela napas lelah, semuanya terlalu melelahkan,semuanya sudah terjadi, Almira sudah menjadi istri Hakim, tak ada yang bisa diulang.

Semuanya sudah terjadi, pilihan Almira hanya jatuh pada menjalani semua ini dengan iklas, dengan baik, meski tak akan mudah, sekali lagi, semuanya sudah terjadi.

Almira masih menunduk diam saat seseorang mengucap salam dan masuk ke dalam kamar, Hakim masuk ke dalam kamar, laki-laki itu meletakkan kantung plastic yang dibawanya ke atas meja.

"Kenapa?" tanya Hakim.

"Abang yang kenapa kok baliknya cepet banget?" Almira memilih bertanya balik, dia tak mau terlihat sangat menyedihkan apalagi di hadapan Hakim.

"Oh itu, tadi Dito nelepon lagi katanya aku nggak perlu ke kafe, karena ngerasa udah di luar, jadi sekalian beli martabak, dulu Hafa suka banget, jadi kebiasaan beli martabak," jelas Hakim mengambil lagi kantung plastic yang ia letakkan lalu membawanya ke hadapan Almira.

"Kamu suka kan?" tanya Hakim.

Almira mengangguk tipis, satu-satunya makanan manis yang Almira lumayan suka adalah martabak.

"Maafin mama ya," ucap Hakim di tengah-tengah mereka makan.

Almira mengangguk. "Lagian salah aku juga, wajar kalau mama belum maafin aku," kata Almira.

"Tapi sebenarnya mama baik kok, baik banget."

"Iya tau, Abang jangan gitu lagi ya, jangan pernah marah sama mama gara-gara aku, karena posisinya aku di sini adalah pendamping abang, aku juga harus mendampingi abang untuk berbakti sama kedua orang tua abang," jelas Almir.

Hakim tersenyum.

"Terima kasih banyak karena sudah mau mengerti," ucap Hakim.

"Mira juga makasih karena abang masih mau ngertiin ketidaksiapan aku atas segalanya."

Hakim terkekeh, tangannya refleks ingin menepuk puncak kepala Almira, namun tangan itu masih melambai di udara, dia ragu. "Boleh?" tanyanya memastikan.

"Boleh," jawab Almira dan alhasil malam itu mereka menghabiskan waktu untuk mengobrol sambil memakan martabak.

***

Pagi itu Almira melantunkan ayat suci Alquran, di dapur ibu mertuanya selalu tak ingin dibantu, jadi Almira memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama Allah, menikmati pagi dengan kalam Allah yang selalu bisa menenangkan jiwa dan raga.

Hakim yang baru pulang dari masjid berjalan cepat menaiki tangga menuju kamarnya, dari pintu dia samar-samar sudah mendengar suara Almira, perlahan ia membuka pintu dan mengintip ke dalam.

Istrinya sedang duduk di atas sajadah membaca Alquran. Hakim masuk ke dalam kamar dan sangat terkejut saat mendapati Almira tak mengenakan cadarnya.

"Sudah pulang Bang? Assalamualaikum." Almira mengambil tangan Hakim kemudian mencium punggung tangannya.

"Waalaikumsalam." Balas Hakim tanpa melihat wajah gadis di depannya.

Almira menatap Hakim, namun Hakim masih tetap enggan menatapnya.

"Abang baik-baik aja kan? Badannya enak kan?" tanya Almira memastikan, entah kenapa Hakim tiba-tiba pucat dan agak bergetar.

"Hah? Eh? Iya nggak apa-apa kok," kata Hakim.

"Terus kenapa?"

Hakim menarik napasnya, dia memegang kedua bahu Almira. "Kenapa kamu nggak pake cadar?" tanya Hakim.

"Karena aku istrimu," jawab Almira.

Hakim masih enggan menatap wajah Almira.

"Almira kalau kamu belum siap jangan! Aku mohon," ujar Hakim, sekarang malah dia yang takut merasa bersalah ketika melihat wajah Almira.

"Aku siap, aku ini istri kamu, bantu aku jadi istri yang baik," kata Almira, dia sudah memikirkan ini sebelumnya, Hakim telah melakukan yang terbaik untuknya, Almira hanya ingin melakukan hal yang sama, dia juga ingin menjadi istri yang baik untuk Hakim.

Hakim menghela napasnya gusar.

"Bang...lihat aku, istrimu..." pinta Almira.

Hakim lantas menoleh dan sekarang dia benar-benar melihat wajah itu, wajah yang memang selalu ia idam-idamkan, cantik sekali, ternyata ini wajah yang selama ini telah membuatnya jatuh cinta meski belum melihatnya.

Hakim menangkup wajah itu.

"Benar kata Diro, kamu mirip Amara," ujar Hakim sangking tak tahu lagi harus mengatakan apa.

Almira terkekeh. "Maaf karena butuh waktu untuk ini semua," ucap Almira.

Hakim menggeleng. "Aku bersyukur karena kamu meminta waktu, aku bersyukur artinya wajah itu memang hanya untukku," ujar Hakim.

Almira tersenyum tipis menatap suaminya itu, Hakim mendekatkan wajahnya lantas mendaratkan kecupan ke kening Almira.

***

Hari ini Almira benar-benar menjadi istri yang sesungguhnya, dia mempersiapkan segala keperluan Hakim ketika akan berangkat bekerja, mengirimkan makan siang yang ia masak untuk suaminya itu juga bertelepon ria saat Hakim senggang.

Malam ini Almira sudah bersantai sambil menonton film di Netflix.

"Assalamualaikum." Hakim masuk ke kamar.

"Waalaikumsalam, udah pulang Bang?" Almira langsung bangkit menyalami tangan Hakim.

"Bukan mau pulang, tapi mau ajak kamu jalan," ujar Hakim.

"Serius?" tanya Almira.

Hakim mengangguk. "Ganti baju sana," suruh Hakim, Almira langsung antusias dan membuka lemarinya mencari baju yang lebih baik dari daster yang ia kenakan saat ini.

Setelah 20 menit keduanya sama-sama siap, lalu mereka berpamitan dengan kedua orang tua Hakim dan berangkat menuju kafe Hakim.

"Ke kafe?" tanya Almira.

Hakim mengangguk, laki-laki itu membukakan pintu untuk Almira, menggandeng tangan gadis itu melewati seluruh pengunjung kafe berjalan terus menaiki tangga hingga sampai di rooftop.

"Waktunya kita menikmati waktu berdua, aku yakin kamu belum pernah pacaran kan?" tanya Hakim.

Malu-malu, Almira mengangguk.

"Pacaran itu kayak gini." Hakim mencium pipi Almira lantas menariknya untuk duduk lesehan beralas karpet yang di tengahnya sudah ada beberapa camilan.

Hakim langsung mengambil gitar dan memainkannya, menyanyikan lagu cinta untuk sosok tercinta.

Mencintaimu membuatku jadi paham arti cinta itu sendiri.

***

Ini gemes banget guys, kalian pasti senyum senyum sendiri😂

Sekian untuk hari ini besok up lagi wkwkwk

Halalkan Almira [Terbit✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang