19. Memperbaiki Diri

2.4K 296 32
                                    

'Sama seperti orang suci yang memiliki masa lalu, pendosa juga memiliki masa depan.'

Halalkan Almira

~Thierogiara

***


Hakim bangun pagi-pagi sekali, dia langsung salat subuh kemudian menikmati pagi dengan lari pagi di sekitar kafe. Hakim berjanji pada dirinya sendiri mulai hari ini tak ada lagi pelarian selain Allah, dia berjanji pada dirinya sendiri kalau dia harus bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Hakim mendudukkan dirinya di bangku taman setelah sebelumnya menemukan sebuah taman dan memutuskan untuk berlari di sana.

Laki-laki itu menenggak sebotol air mineral yang baru saja ia beli dari seorang pedagang asongan, dia menatap sekitar, sudah lama sekali rasanya dia tak melekukan hal-hal sehat seperti ini.

“Win!” panggil Hakim saat melihat gadis itu juga ternyata lari di taman yang sama.

“Hakim! Tumben banget lo olahraga,” kata Wina.

“Iya nih, badan gue sampe sakit semua sangking jarangnya gue olahraga,” ujar Hakim.

Wina mendudukkan dirinya di sebelah Hakim.

“Emmm uang yang udah lo kirim ke gue kayaknya nggak jadi deh Kim, papa nggak mau jual gedung itu, kayaknya gue mau nikah aja sama om gue dan pindah ke Bali.” Wina bercerita.

Hakim langsung menghadap ke Wina menuntut pernjelasan.

“Bukannya lo sukanya sama gue?” tanya Hakim.

“Sialan lo.” Wina menyikut lengan Hakim. “Iya gue suka sama lo, tapi kan hati lo buat cewek lain, om jauh gue duda anak satu hidupnya udah mapan, gue juga ngerasa udah nggak sanggup hidup sama nyokap tiri, jadi dia ajak gue nikah, kayaknya itu keputusan yang terbaik, gue nggak perlu capek-capek cari duit lagi, nanti kan udah ada yang nafkahin.”

“Jangan sembarangan nikah sama duda Win, walau om lo sendiri, alasan dia cerai sama istri sebelumnya apaan lo harus tau,” kata Hakim, sebagai teman yang mengenal baik Wina Hakim wajarkan jika khawatir dengan gadis itu?

“Lo tenang aja, istrinya meninggal kok, dia baik, baik banget malah, kayaknya gue bakal jadi salihah kalau nikah sama dia hahahaha!!”

Hakim menepuk bahu Wina. “Gue berharap banget lo bahagia, kalau ketemu lagi lo harus udah bahagia.”

“Btw nikahnya di mana?” tanya Hakim. “InsyaAllah gue mau dateng.”

“Gue nikah di Beli tempat nenek gue, lo nggak usah dateng karena pasti perasaan gue nggak baik-baik aja,” kata Wina, cinta memang tak selalu harus memiliki, namun jika cinta itu menjadi sebuah perdamaian, Wina akan sulit untuk tampak baik-baik saja meski dia sudah berdamai dengan perasaannya untuk Hakim.

Hakim terkekeh. “Maafin gue ya,” ucapnya, sungguh dia sendiri mungkin tak akan seberani Wina dalam mengambil keputusan untuk hidup dengan seseorang yang tak dicintai, Hakim memang sepengecut itu.

“Lo masih belum cinta sama gue Kim?” tanya Wina.

Hakim menggeleng. “Sorry, tapi emang perasaan nggak bisa dipaksa kan?” tanya Hakim tersenyum kea rah Wina.

“Padahal kalau lo bilang lo cinta sama gue, sekalipun itu pura-pura gue akan memutuskan menikah sama lo bukan sama om gue,” kata Wina kemudian tertawa setelahnya, selain dirinya sendiri, dia juga tidak siap jika Hakim akan hidup bersisian dengan wanita lain.

“Gue harap lo bahagia Win.”

“Kebahagiaan gue itu lo.”

Hakim hanya menepuk bahu Wina kemudian pergi dari sana, dia tak akan mengambil keputusan apa pun di saat seperti ini, Wina memang cantik, gadis itu juga baik, Wina adalah wanita berpendidikan yang selalu elegant. Jujur saja Hakim suka melihat penampilan gadis itu, namun untuk sebuah rasa bernama cinta, hatinya masih untuk Almira.

Halalkan Almira [Terbit✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang