26. Bujuk Rayu

2.4K 295 3
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

'Apa pun halangannya, sesuatu yang ditakdirkan bersatu akan tetap dipersatukan, sama Allah intinya yakin dan percaya bahwa tak ada yang tak mungkin.'

Halalkan Almira

~Thierogiara

***

Hakim tak jadi pindah ke villa, malam itu juga dia memutuskan untuk kembali ke Jakarta, dia memutuskan langsung mengabari kedua orang tuanya, dia akan melamar Almira dan kali ini Almira akan menerimanya.

Hakim turun dari taksi dan langsung masuk ke dalam rumah, ternyata seluruh orang di rumah sudah tidur, dia lantas langsung menuju kamarnya dan mengistirahatkan diri, ada sebuah kebahagiaan yang sulit Hakim jelaskan, intirnya dia sangat bahagia sekarang, Hakim seperti mendapat sesuatu yang luar biasa, dia cukup percaya diri kalau kali ini Almira tak akan menolaknya.

Paginya, Hakim yang biasanya tak ikut sarapan pagi karena tidur, menyempatkan diri untuk turun ke lantai satu menemui papanya yang akan berangkat kerja.

"Loh udah pulang?" tanya Kana saat melihat Hakim berjalan di tangga, beruntung sayur sop yang ada di tangannya tak tumpah karena terkejut.

"Udah tadi malam," jawab Hakim, dia memang punya kunci rumah sendiri karena sering pulang malam atau bahkan pagi.

"Bukannya kasih kabar." Kana mencubit sedikit lengan Hakim saat anaknya itu berjalan ke dekatnya.

"Iya maaf!" ucap Hakim langsung mendudukkan dirinya di salah satu kursi meja makan.

Semua anggota keluarga makan dengan hikmat, Hakim beberapakali melirik mamanya juga papanya, papanya yang memang tegas itu selalu tampak menyeramkan, tapi Hakim yakin kalau papanya pasti lebih mudah untuk ditaklukan daripada mamanya.

Selesai makan dan semuanya sudah meletakkan sendok, Hakim berdeham.

"Hakim mau melamar lagi," ujar Hakim lancar dan lebih percaya diri karena kali ini Almira langsung yang memintanya untuk datang lagi.

Kana membelalakkan matanya. "Kamu mau ngelamar siapa? Dapet cewek di Bali?" tanya Kana yang tentu saja antusias, kalau Hakim menikah, Hakim akan tinggal di rumahnya, artinya dia akan punya menantu, dia sudah rindu keberadaan anak perempuan di rumahnya.

"Almira," jawab Hakim.

Semuanya langsung terdiam, termasuk kana, semangatnya yang sebelumnya membara langsung ciut, kenapa mesti nama itu lagi?

"Hakim mau lamar Almira lagi, kali ini Almira sendiri yang minta Hakim datang ke rumahnya," lanjut Hakim menjelaskan.

"Kenapa sih harus Almira terus? Nggak ada cewek lain apa?!!" Kana bertanya marah, dia bukannya tak suka dengan Almira, tapi Kana sudah terlanjur kecewa dengan penolakan gadis itu.

"Hakim jatuh cintanya sama Almira," ungkap Hakim.

"Mama nggak mau!" Kana melipat kedua tangannya di depan dada menolak mentah-mentah.

"Almira yang nyuruh Hakim, kali ini nggak akan ada penolakan," ujar Hakim membujuk.

"Nggak, Mama nggak mau!" Kana bangkit dari duduknya membawa semua peralatan makan dirinya dan papanya ke cucian piring.

Setelah kepergian Kana, Hakim beralih menatap papanya.

"Ya Pa?" tanya Hakim.

Yuda mengangguk. "Ya sudah kalau itu menurut kamu yang terbaik," ujar Yuda bijak, dia agak menyesal atas keputusannya dulu di pernikahan Hafa, kali ini dia akan membiarkan Hakim dengan keputusannya sendiri.

"Papa mau kan ngelamarin Almira?" tanya Hakim sekali lagi.

Yuda mengangguk, selanjutnya pria dewasa itu keluar dari rumah dan kemudian berangkat bekerja.

***

"Udah pasti tuh Almira mau sama Abang?" tanya Hafa sangsi, dia menatap Hakim yang duduk berhadapan dengannya.

"Iya! Kita ketemu di Bali, dia suruh Abang datang lagi ke rumahnya," jelas Hakim, dia sangat yakin kalau kemarin Almira mengatakan itu dengan sadar.

"Nah, Almiranya udah balik nggak ke Jakarta?" tanya Hafa.

"Oh iya, belum nanya, tapi kamu bujukin mama deh, yakinin kalau Almira yang terbaik buat Abang," bujuk Hakim.

Hafa tampak berpikir.

"Ya udah nanti aku ngomong sama mama," putus Hafa.

"Bener ya? Harus sampe mau, harus sampe iya!" desak Hakim, dia sudah tak sabar untuk satu atap dengan Almira.

"Ini udah yakin kan? Almira emang mau kan? Jangan nanti aku udah ngomong sama mama, terus malah ditolak lagi, itu kayaknya mama nggak marah lagi tapi bakal ngamuk!" Hafa memastikan, bagaimanapun dia akan terlibat, jangan sampai nanti mamanya marah juga pada dirinya.

"Iya, demi Allah Dek, kalau ditolak lagi langsung nikah sama pilihan mama gue," ujar Hakim, iya itu adalah konsekuensi yang sudah Hakim pikirkan sebelumnya, kalau memang Almira menolaknya lagi maka dia akan langsung setuju dengan siapa pun pilihan mamanya.

"Oke, nanti aku ngomong sama mama, tapi aku ngomongnya baik-baik, kalau emang mama tetep nggak mau ya udah." Hakim mengangguk, lagipula Hafa anak kesayangan, Hakim sangat yakin mamanya pasti setuju dengan pendapat Hafa.

"Pastiin aja Almira kapan pulang," kata Hafa.

"Iya!"

"Eh, tapi lucu juga ya, Almira adek kelas aku, malah mau jadi kakak ipar," ujar Hafa terkekeh.

Hakim mengangguk. "Tapi kamu juga seneng kan kalau Almira jadi kakak ipar kamu?" tanya Hakim.

"Senenglah, kita satu server, dulu aja sering ngobrol pas SMA," ujar Hafa, dia memang selalu antusias soal Almira, adik kelasnya itu sangat baik dulu.

***

Kana menyambut Hafa dengan suka cita, dia langsung mengambil alih Tifa dari gendongan ibunya.

"Cucu Oma, cantik si cantik." Kana langsung menciumi pipi bayi itu sembari melantunkan nyanyian asal-asalan.

"Hago udah nggak gimana-gimana kan?" tanya Kana.

"Alhamdulillah udah baikan kok," jawab Hafa.

"Ago mana?" tanya Kana, mereka semua berjalan masuk ke dalam rumah.

"Lagi di kantor," jawab Hafa.

Kana sibuk bermain dengan cucu-cucunya, Hafa sendiri pikirannya berkecamuk mencari kata-kata yang pas untuk memulai obrolan.

"Katanya Bang Hakim mau ngelamar Almira lagi," ujar Hafa.

"Iya, tapi mama nggak mau, orang udah ditolak, nanti disangka keluarga kita ngebet banget lagi, masih banyak cewek di dunia ini," kata Kana.

Hafa menghela napasnya, dia sangat paham kenapa mamanya sampai begitu, namun berlarut-larut dengan masa lalu juga tidak baik.

"Tapi apa mama yakin suatu saat bang Hakim akan bener-bener dapet wanita sebaik Almira?" tanya Hafa.

"Yakin! Anak Mama itu baik, saleh, ganteng dan yang pasti mapan, banyak cewek yang mau sama abang kamu itu," ujar Kana menggebu.

"Almira baik kan?" tanya Hafa.

Meski ragu Kana tetap mengangguk.

"Mama mau melewatkan kesempatan memiliki menantu sebaik itu?" tanya Hafa.

"Tapi dia sudah menolak abang kamu," kata Kana.

"Waktu itu Almira baru kehilangan calon suami, kalaupun Hafa diposisinya Hafa akan melakukan hal yang sama karena bagaimanapun ada keluarga mas Bhumi yang harus dihargai perasaannya," jelas Hafa.

"Jadi?" tanya Kana.

"Terima Almira, lamarkan untuk Abang, Hafa yakin Almira adalah satu-satunya orang yang pas untuk jadi menantu Mama."

***

Udah ketebak nggak sih masalah di pernikahannya Hakim dan Almira nanti apaan? Wkwkwk.

Halalkan Almira [Terbit✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang