2 ~ Gadis pengamen ~

715 75 30
                                    

Bukannya aku tak percaya diri
Tapi aku cukup tahu diri
Siapa mereka dan siapa diri ini
Pergi dan mencoba tak peduli

~ Nadya

Akhirnya setelah sekian lama aku mendapat pekerjaan juga, ya bukan pekerjaan yang bagaimana, dengan ijazah SMA aku hanya berhasil mendapat pekerjaan sebagai pengantar makanan di sebuah restoran. Bahkan pemilik restoran ini juga berbaik hati meminjamkan motor untukku, ya karna bagaimanapun uang yang ku kumpulkan dari mengamen belum cukup untuk membeli motor.

Falah juga bekerja di tempat yang sama dengan ku, bedanya dia yang memiliki keramahan lebih baik dariku bekerja sebagai pelayan di restoran tersebut. Aku jadi heran apa sebenarnya jiwa kami tertukar ? Karna Falah kadang terlalu lembut jadi pria dan punya tata karma dan keramahan yang jauh lebih baik dariku. Beda dengan ku yang mudah sekali tersulut emosi.

Sebelum berangkat kerja hari ini aku menatap gitar yang baru saja ku beli dan gitar lama milikku yang sudah tak dapat di gunakan lagi.

" Apasih kerjaan mereka ? Seumur gue udah bisa punya uang sebanyak itu ? Atau emang mereka udah kaya dari lahir ? Tau lah yang jelas gue berharap kemarin adalah hari pertama dan terakhir gue ketemu sama bentukan orang kaya mereka " kataku yang kini meraih topi milikku dan mengenakannya sebelum keluar

Perkejaan ini juga merubah jadwal mengamen ku dan Falah, yang awalnya pagi hingga menjelang sore kini berubah jadi malam hari hingga tengah malam. Baiklah aku siap untuk hari pertama ku bekerja kali ini.

" Nih antar ke tempat yang bener, ke orang yang benar, jangan gampang emosi kalau dia nyebelin, Lo ngga cuma anter makanan tapi Lo juga jual jasa, satu lagi jangan sampe makanannya tumpah di jalan, dan jangan sampe telat " kata Falah sambil menyerahkan paper bag berisi makanan padaku

" Iya bawel "

" Jangan iya iya aja Lo... Coba baca ulang "

" Hufff... Tifa beef steak, satu chicken steak, dua orange juice, satu cappucino dan satu ice tea, dikirim ke pelatnas PBSI Cipayung atas nama Rian Ardianto. Bener kan ? "

" Bagus, yaudah berangkat sana, inget ngga ada kata marah-marah dan ngga ada tuh makanan hancur di jalan "

" Iya iya bawel bener sih " kataku yang kini memakai helm yang ku bawa dan sesaat setelah helm itu terpasang aku langsung berangkat mengantar makanan tadi ke pelatnas PBSI. Sebenarnya jarak PBSI dan restoran tempat ku bekerja tak begitu jauh bahkan tidak jauh sama sekali heran sesibuk apa sih Rian Ardianto ini sampai tidak punya waktu untuk pergi sendiri.

Sampai di sana aku langsung diarahkan satpam untuk masuk ke tempat latihan katanya, aku hanya mengangguk pura-pura paham meski sebenarnya tidak sama sekali. Bahkan aku sudah lupa satpam tadi mengatakan apa selain kata latihan, Mungkin tadi satpam itu berkata lurus, atau kanan atau mungkin kiri aku tak tahu. Ku keluarkan handohone dari saku jaket ku dan menghubungi pria bernama Rian Ardianto itu.

" Halo mas saya yang Anter pesenam mas Rian, ini saya udah di depan " kata ku tanpa basa-basi

" Jom cewe Lo telvon kangen katanya " kata seseorang yang menjawab panggilanku

" Mas saya masih banyak kerjaan, jadi bisa diambil sekarang ngga pesenannya " kata ku tak sabaran

" Jom kata dia I love you "

Kesal ku putuskan sambungan telvon tadi.

" Maunya apa sih ? Tenang ngga boleh marah, inget ini pertama Lo kerja " kata ku bermonolog

Sepersen Cinta || Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang