Jimin mengulum bibir sambil terus memperhatikan gerak gerik dari lelaki dihadapannya yang nampak sibuk membereskan benda-benda diatas meja belajar. Benar-benar terlihat fokus, sampai tidak mau menoleh sedikit pun kearah Jimin, bahkan bersuara juga tidak.
Sejak pulang dari olahraga gagal nya, Yoongi memang benar-benar diam. Jimin pun tidak bodoh, dia tau alasan keterdiaman Yoongi. Itu sudah jelas akibat dari Jimin yang meninggalkanya, apalagi ia juga ketahuan bersama Jungkook, dan parahnya Yoongi melihat apa yang tidak seharusnya ia lihat. Yoongi salah paham, tapi lelaki itu belum mau mendengarkan penjelasan Jimin.
Yang bisa Jimin lakukan saat ini hanya duduk menyender diatas sofa sambil terus memperhatikan lelaki itu. Entah sampai kapan Yoongi bisa bertahan mendiamkannya, tapi yang jelas justru Jimin yang tidak tahan dengan situasi seperti ini. Jimin lebih suka Yoongi yang marah-marah dibanding diam.
"Gi, masih marah?" tanya Jimin yang pada akhirnya memutuskan untuk bersuara.
Jimin menghela nafasnya sebelum menegakkan tubuhnya, "Gue cuma main bulu tangkis doang, gak pelukan. Lo salah paham. ㅡDan kenapa gue ikut Jungkook karena gue takut dia ngeliat lo, gue takut dia mikir kalo kita jalan berdua"
Yoongi mengehentikan pergerakan tangannya yang sedang menata buku-buku, "Emang kenapa kalo dia tau? Lo takut gak bisa deketin dia lagi?"
"Kok gitu? Ya engga lah, siapa juga yang mikir kesana? Gue justru mikirin lo, gue takut lo gak nyaman kalo seandainya dia tau hubungan kita"
"Loh emang hubungan kita apaan?" tanya Yoongi dengan nada begitu menyebalkan.
Jimin sontak terdiam, mengatupkan bibirnya.
Tiba-tiba saja hatinya terasa seperti dicubit oleh kenyataan. Kenyataan bahwa memang mereka belum memiliki hubungan apa-apa.
Jimin menjilat bibirnya sebelum kembali berucap dengan nada menyindir, "Ohiya gaada. Gaada hubungan apa-apa kan? Tapi aneh juga, kenapa lo marah kayak gini? Padahal kita GAADA HUBUNGAN"
Bruk
Suara buku-buku yang sengaja dibanting diatas meja sukses membuat tubuh Jimin agak bergetar takut. Yoongi terlihat semakin marah, tapi apa masalahnya? Apa yang dikatakan Jimin itu memang benar adanya kan? Yoongi sendiri yang bilang mereka tidak ada hubungan tapi dia juga yang marah pada Jimin. Aneh.
"Terserah lo" decak Yoongi
"Kalo terserah gue kenapa lo marah gini sih, aneh. Pacar juga bukan"
Yoongi menghela nafasnya sebelum berjalan dengan cepat menuju Jimin. Jimin sendiri agaknya mulai takut, karena orang yang dihadapinya ini benar-benar tidak tertebak. Bisa jadi dia memukul Jimin seperti psycho.
Jimin berjalan mundur berusaha menjauh dari Yoongi yang semakin dekat, bahkan membuatnya tidak tersadar dibelakangnya itu terdapat sofa dan ia pun langsung jatuh keatasnya, disusul Yoongi yang ikut mengukung dirinya.
Niat Jimin yang ingin mendorong Yoongi langsung terhempas begitu saja ketika ia merasakan bibir Yoongi sudah lebih dulu menyapa bibirnya. Melumat lembut bibir Jimin tanpa adanya paksaan sedikitpun. Dapat Jimin rasakan pula jemari panjang Yoongi mulai menyusuri sisi wajahnya, mengusap sebelah pipi Jimin untuk membuatnya rileks.
Beberapa menit kemudian, Yoongi melepaskan tautan bibirnya. Mengusap bibir merah Jimin yang semakin memerah serta mengkilap akibat permainannya.
"Apa gue harus jadi pacar lo dulu baru bisa ngelarang lo deket-deket orang lain?" Tanya Yoongi dengan suara beratnya, tatapannya mengunci kedua bola mata Indah milik Jimin.
"HㅡHhuh.... "
"Ayo jadi pacar gue"
"Gi.... "
KAMU SEDANG MEMBACA
ROOM 779 ; YoonMin [END]
Fanfiction[sedang dalam perbaikan] [Yoonmin's story by pito] Berada dalam satu kamar setiap harinya bersama seorang siswa populer yang punya julukan ice prince. Apakah Jimin sanggup? ⛔ Non Baku Warn!! BxB! BoysLove!! Bahasa kasar!!!! 🔞 Jangan salah lapak p...