[028]

11.8K 1.3K 340
                                    

Lelaki manis dengan seragam sekolahnya itu nampak berdiri di depan gerbang sekolah dengan wajah yang terlihat gusar, kakinya bergerak-gerak random serta bola mata indahnya sibuk melirik ke arah jalanan, menanti kedatangan seseorang dengan gelisah, ia bahkan tanpa sadar merusak kuku jemarinya akibat digigiti secara terus menerus.

Keringat seukuran biji jagung nampak membasahi keningnya meski telah ia usap beberapa kali mana kala ia melihat seorang wanita tengah berjalan di ujung jalan sana.

Ia melirik ke sana kemari mencoba mencari tempat persembunyian namun sadar tidak berhasil saat ia mendengar wanita itu merapalkan namanya, ㅡJimin. Juga melambaikan tangannya dari kejauhan. Ia sudah ketahuan, tidak mungkin bisa bersembunyi.

"Mati gue ㅡsumpah gue mati" gumamnya.

Sebenarnya apa yang membuat lelaki ini terlihat sangat gelisah?

Jawabannya adalah pertama, wanita yang sedang berjalan ke arahnya merupakan ibu kandungnya. Kedua, kedatangan ibunya bukanlah untuk sekedar mengunjunginya melainkan untuk menyanggupi panggilan dari kepala sekolahnya.

Yah seperti yang bisa kalian tebak.

Beberapa hari lalu, Jimin yang sudah ketahuan mengambil pekerjaan diam-diam di depan teman-teman satu sekolahnya tidak lagi heran saat dirinya di panggil ke ruang bimbingan konseling. Seseorang pasti mengadukannya sampai-sampai ia diberi begitu banyak pertanyaan tentang alasan kenapa ia bekerja disaat seharusnya ia fokus pada pelajaran. Jimin berkata jujur tentang semuanya, ia juga terpaksa menjelaskan tentang jam-jam kerjanya yang mana semakin membuat pihak sekolah geleng-geleng kepala. Kembali ke asrama di luar batas jam malam? Itu merupakan pelanggaran yang berat. Alhasil, pihak sekolah memutuskan untuk memanggil orangtua Jimin.

Dan di sinilah ia, berdiri di depan pintu gerbang sekolahnya menantikan sang ibu yang semakin mendekat ke arahnya.

"BㅡBunda... " sapa Jimin pada wanita yang tetap terlihat cantik meski telah dimakan usia.

Ibu Jimin, ㅡPark Minyoung hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat putra sulungnya yang berdiri kaku itu. Ia tahu putranya tengah ketakutan, membuatnya mengurungkan niat untuk memarahinya. Ini kali pertama untuknya dipanggil ke sekolah karena terjadi masalah pada anaknya, tapi sekali mendapatnya, masalahnya langsung sebesar ini.

"Nanti kita bicarain lagi, sekarang nda mau ke ruang kepala sekolah dulu" ucap Minyoung, terdengar begitu lembut.

"Ndaa, maaf"

"Iya nanti yaa, nda mau dengerin alesan kamu juga"

Jimin mengangguk-angguk, berjalan membuntuti langkah sang bunda menuju ruang kepala sekolah.

Ibu dua anak itu tanpa ragu mendorong pintu ruangan dan berjalan masuk. Disambut oleh sang kepala sekolah.

"Ibu Jimin?" ucapnya meyakinkan seraya mengulurkan tangannya pada Minyoung.

"Iya saya ibunya Jimin"

"Ah silahkan duduk terlebih dahulu"

Minyoung mengambil tempat duduk tepat di hadapan sang kepala sekolah, sementara Jimin duduk di sampingnya dengan kepala yang menunduk dalam.

"Seperti yang tertulis dalam surat panggilan, alasan kenapa kami memanggil ibu Jimin kesini perihal Jimin yang telah melanggar tata tertib di sekolah. Selain melanggar ketentuan, ia juga sering kali melanggar jam malam asrama, dan dari pernyataan yang kami terima langsung dari Park Jimin, ia selama ini mengambil part time di beberapa tempat"

Minyoung lantas membulatkan matanya, ia menoleh ke arah putranya yang tengah menunduk dalam.

"Part time?"

ROOM 779 ; YoonMin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang