Jisoo berjalan menuju ruangan Wonwoo sang atasan. Setelah ia lulus kuliah, Wonwoo mengajaknya untuk bisnis bersama dan Jisoo setuju. Ia tidak hanya bekerja membantu Wonwoo, namun ia ikut investasi dana. Keduanya menjalani bisnis bersama, dengan dukungan suami masing-masing. Persahabatan mereka seolah sulit untuk dilepas, membuatnya semakin akrab.
"Won? Kamu sakit?" Jisoo panik melihat Wonwoo yang sedang rebahan di sofa ruangannya.
"Jisoo, kepala aku pusing sekali." ucapanya meminta perhatian.
"Kamu sudah sarapan? Aku buatkan minuman hangat ya!"
"Tak usah, aku hanya ingin tiduran saja."
"Pulang saja bagaimana? Kamu terlihat pucat Won..." Jisoo benar-benar panik melihat kondisi Wonwoo.
"Ah... tidak-tidak... panggilkan Nuri, pijatan dia sangat enak." Wonwoo meminta dipanggilkan salah satu pegawai salon, untuk memijatnya. Jisoo menurut langsung menelepon ke bagian salon melalui telepon yang ada di ruangan Wonwoo.
Nuri yang dipanggil langsung segera datang dan memijat tanpa banyak bicara. Jisoo segera kembali ke ruangannya setelah merasa tenang karena Wonwoo sudah ada yang menemani.
"Kamu, panggilkan Yujin kemari dan bawakan cat kuku warna nude."
Nuri terkejut dengan perintah Wonwoo yang tak biasanya seperti ini. Ia masih terus memijat takut salah dengar karena suara Wonwoo terdengar pelan.
"Cepat..." ulangnya lagi.
"Ah... iya baik." Nuri segera menelepon temannya untuk segera naik dengan membawa cat kuku sesuai perintah Wonwoo.
"Sini, pijat lagi."
Nuri kembali menurut dan tak banyak omong, masih terus merasa heran. Biasanya Wonwoo kalau ingin perawatan akan langsung turun bukan dengan sengaja menyuruh pegawainya datang.
Seorang gadis muda berjalan tergesa dengan kotak kosmetik dan membuat Jisoo curiga seketika saat sedang keluar ruangan.
"Yujin-ah, mau kemana?" tanyanya penuh selidik.
"Ibu Jeon memintaku untuk mewarnai kukunya."
"Hah? Tumben sekali dia. Kenapa orang sakit tiba-tiba minta cat kuku?"
Belum selesai Jisoo merasa bingung, kini sang resepsionis membawa segelas minuman dingin berjalan menuju ruangan Wonwoo.
"Chae Yun, itu apa?"
"Ibu Jeon meminta passionfruit yang asam, tumben sekali. Tidak biasanya minta minuman ini. Resep yang seharusnya manis tapi beliau meminta barista untuk membuatnya dengan rasa asam."
"Aaahhhh.... begitu... ya sudah antarkan minumannya." Jisoo mengekor gadis mungil itu yang mengantarkan minuman pesanan Wonwoo.
Begitu masuk ruangan, ia hanya tertawa melihat sahabatnya layaknya seorang permaisuri dimana para dayang sedang melayani. Ada yang memijat, ada yang mewarnai kukunya dan ada yang mengantar minuman.
"Yak, kenapa tertawa?" Ucapnya kesal dan langsung menyesap minuman yang dibawakan Chae Yun itu.
"Wonwoo, sikapmu aneh. Kamu hamil? Bayi dari Italia itu sudah berhasil?"
Wonwoo terdiam dan mulai menghitung terakhir kapan ia menstruasi. "Chae Yun-ah, belikan aku testpack." perintahnya cepat tanpa berpikir lagi.
"Oh, iya baik." Gadis bertubuh mungil itu segera melaksanakan perintah, sedikit berlari keluar ruangan.
"Wah, selamat. Sebentar lagi Minjun punya adik!" Ucap Nuri senang.
"Aku ikut senang, aku akan siap melayani anda. Katakan saja, mau warna apa. Cat kuku ini aman untuk wanita hamil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Oppa
FanfictionMingyu, pemuda tampan berusia 20 tahun. Selama ini hidupnya berjalan normal, lurus dan biasa saja, namun sejak Jihoon sahabatnya meramalkan sesuatu maka kehidupan Mingyu mulai berubah. Orang tuanya mulai berubah, dengan kehadiran orang baru dalam ke...