Chapter 1

9.5K 600 15
                                    

Seorang remaja duduk dengan melipat lututnya sambil membenamkan wajahnya. Baju seragam yang dikenakannya tampak basah. Buku buku yang semula tersusun rapi di dalam tasnya, kini berserakan di lantai toilet. Beberapa diantaranya bahkan tampak rusak. Tulisan tulisan seperti 'bodoh' 'matilah' dan hinaan hinaan lain, menghiasi buku bukunya. Mengingat kembali kejadian yang dialaminya, membuat dadanya terasa sesak. Perlahan, dia mulai meneteskan air matanya.

Seorang pria terbangun saat suara alarm di HP nya berbunyi. Tubuhnya basah dengan keringat. Nafasnya tak karuan. Dan tampak bulir air di sudut matanya. Potongan potongan kejadian di masa lalunya, seolah selalu menghantui pria itu. Ia bangkit, lalu mengusap pipinya yang sudah basah dengan air mata. Ia melirik jam digital yang terletak di atas meja nakas. Dengan segera, pria itu beranjak dari kasur, dan bersiap untuk pergi.

Hiruk pikuk Kota Bangkok menjadi awal di pagi hari seorang pria bernama Bright Vachirawit itu. Dirinya melajukan sebuah motor Ducati Panigale di tengah jalanan yang tampak ramai dengan kendaraan. Tak butuh waktu lama, dirinya pun sampai di sebuah universitas besar di Thailand, bernama Universitas Chulalongkorn. Ia memarkirkan motornya, kemudian berjalan menuju gedung fakultasnya.

Pria dengan tubuh tinggi itu berjalan sambil menebar senyuman pada setiap orang yang dilaluinya. Beberapa orang tampak memandangnya dengan kagum. Namun, langkahnya terhenti saat seseorang berlari, dan menabrak tubuhnya.

"Akh" ringis orang yang baru saja menabrak tubuh Bright.

"Apa kau terluka?" Ucap Bright, mengulurkan tangannya pada orang itu sambil tersenyum simpul.

Tanpa menunggu lama, orang itu menerima uluran tangan Bright, dan kembali berdiri.

"Maafkan aku" orang itu sedikit membungkuk pada Bright, dengan memasang muka menyesal.

"Tidak apa apa. Apa kau yakin baik baik saja?"

"Iya. Aku baik baik saja" jawabnya, lalu kembali mengangkat kepalanya.

"Ah, perkenalkan. Namaku Bright." Bright memajukan tangannya, berniat untuk menjabat tangan orang yang didepannya.

"Namaku Win. Aku mahasiswa baru" ucap orang itu, menerima jabatan tangan Bright.

"Benarkah? Apa fakultasmu?"

"Aku dari fakultas kedokteran."

"Oh begitu"

"Oh, aku baru ingat. Aku sedang terburu buru. Aku pergi dulu na?" Ucap Win, melihat ke arah pergelangan tangannya yang terpasang jam, lalu dengan segera ia kembali berlari.

Bright memandang punggung Win yang mulai menghilang di tengah ramainya orang. Hingga sebuah tepukan di bahunya, menyadarkannya.

"Hei. Apa yang kau lihat?" Ucap seorang pria yang memiliki tubuh atletis itu.

"Ah. Tidak." Jawab Bright.

"Dimana yang lain?" Lanjut Bright.

"Kelas. Ayo, mereka sudah menunggu" Ucap pria bernama Pavel itu.

Keduanya lalu berjalan bersama menuju kelas, untuk bertemu dengan teman temannya.

Bright berjalan menuju parkiran, lalu menaiki motornya dan melaju pergi untuk pulang. Kelasnya telah usah hari ini. Beberapa menit Bright melajukan motornya di jalanan, akhirnya pria itu pun sampai di rumah bergaya Eropa modern itu. Ia melangkahkan kakinya memasuki pintu rumah. Sunyi. Tak ada kegaduhan di dalam rumah besar itu. Bahkan, para maid yang berlalu lalang pun, tak bisa merubah suasana rumah itu.

Bright melangkahkan kakinya, menaiki satu persatu anak tangga untuk menuju sebuah pintu yang terdapat di lorong paling ujung. Tangannya terarah untuk membuka kenop pintu. Ruangan yang ternyata sebuah kamar itu, tampak gelap. Ditambah, barang barang dan cat dinding yang didominasi warna hitam, dan abu semakin menambah kesan gelap di sana.

Bright melemparkan tasnya ke sebuah sofa yang tepat berada di depan tempat tidur. Pria itu menghempaskan tubuhnya ke ranjang, lalu menatap langit langit kamarnya yang nampak samar, karna cahaya di ruangan tersebut sangat minim. Hanya beberapa cahaya yang masuk melalui celah celah kecil jendela. Matanya berkedip beberapa kali. Pikirannya kini tertuju pada seorang pria yang menabraknya tadi pagi. Ia mengingat kembali pertemuan singkat mereka. Perasaan aneh mulai muncul padanya.

⚪'apa yang kau pikirkan?'

⚫'jangan katakan, jika kau menyukainya'

🔴'kau bodoh. Kau lemah'

Suara suara yang saling bersahutan di telinganya, membuatnya menutup telinga dengan kedua tangannya.

"Biarkan aku memilih kali ini" ucap Bright, yang tak tau pada siapa ia bicara.

⚫'Bagaimana kau menyelesaikannya? Kau bahkan tak bisa menyelesaikan masalahmu sendiri. Aku yang selalu maju, untuk mengatasi masalahmu'

"Kubilang CUKUP" teriak Bright, sambil masih menutup telinganya.

Keadaan kembali sunyi. Entah kemana suara suara itu pergi. Seperti lenyap begitu saja. Bright menutup matanya, menggunakan lengannya.

"Mati kau sialan"

"Kau hanya membuatku malu."

"Kau adalah bencana di keluarga ini"

"Tidakkah kau sadar? Jika tak ada yang menyukaimu di sini"

"Hahaha..lihatlah dia. Terlihat bodoh sekali"

"Hanya sekedar memberi tahu, aku tak pernah tulus padamu."

Bulir air mata mulai terlihat di sudut matanya. Mengingat setiap ekspresi yang orang orang berikan padanya. Mengingat setiap kata yang terlontar dari mulut mereka. Mengingat perlakuan yang mereka berikan padanya. Hingga suara pintu yang terbuka, membangunkannya. Ternyata, beberapa waktu lalu dirinya tertidur.

"Permisi tuan. Makan malam sudah siap." Ucap seorang maid dengan sesopan mungkin.

"Aku akan turun sebentar lagi."

Maid tersebut menganggukkan kepalanya, kemudian menunduk sebelum kembali menghilang di balik pintu.

Ia kembali menatap kosong kamarnya setelah kepergian maid tersebut. Bright memejamkan matanya sambil menghirup udara dalam dalam, lalu menghembuskannya. Seketika, matanya berubah tajam, dan wajahnya menjadi datar. Seringai terlihat di wajahnya.

Bright bangkit dan melangkah ke lemari besar berwarna hitam itu. Mengambil satu setel baju, lalu mengganti bajunya.

______________________________________

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

______________________________________

Halo~

Komen ama vote ga rame, auto slow up..mwehehe😈

Cerita Hey! Fuck Boy up besok aja. Baru ngetik sedikit..

Sorry for typo(s)
Vote and comment
To be continue

DIFFERENT [BRIGHT X WIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang