Hari demi hari Win lewati bersama sosok Bri yang selalu berada di dekatnya. Entah kenapa beberapa hari ini, pria bergigi kelinci itu tak merasa ketakutan tinggal berdua bersama Bri, yang dikenalnya sebagai pribadi yang menakutkan.
Ah, mungkin karena pria itu tak bersikap kasar padanya akhir-akhir ini. Hal ini membuat Win bertanya-tanya, ada gerangan apa tiba-tiba sifat pria itu berubah begitu saja.
"Win" panggil pria bertubuh tinggi dengan paras tampan menghampiri Win yang sedang duduk di balkon, sambil termenung.
"Ah iya"
"Sedang memikirkan apa?" Tanya pria itu.
"Tidak ada" elak Win.
Bri duduk di samping Win. Mengambil sebatang rokok, lalu membakar tembakau itu.
"uhuk..uhuk" Win terbatuk kecil saat menghirup asap rokok tersebut.
Bri melirik sekilas, lalu segera ia mematikan rokok di tangannya.
Oh lihatlah, pria ini bahkan rela mematikan rokoknya, demi bayi kelincinya itu. Lelaki mana yang rela mematikan rokok terakhir yang dimilikinya, hanya karena orang di sampingnya terbatuk. Kalau bukan karena rasa cinta.
Lagi-lagi hal ini membuat Win bergelut dengan pikirannya.
"Win, sudah berapa hari sejak aku muncul?" Ujar Bri.
Win yang tadinya masih bergelut dengan pikirannya, sedikit terlonjak saat tiba-tiba pria itu membuka suara.
"Oh..humm..kurasa sudah 6 hari. Kenapa?"
Bri terdiam. Mungkin Bri memiliki hobi baru, yaitu tak menjawab pertanyaan dari Win.
"Besok.." ucap Bri menggantung kata.
"Boleh aku meminta ciuman?"-Bri
"Ciuman? Bukankah kau selalu menciumku tanpa meminta izin?"-Win
"Bukan begitu. Aku mau kau yang memberikan ciuman itu."
"Kenapa begitu?"
"Jadi kau mau atau tidak? Kalau tidak lupakan" ujar Bri sedikit kesal.
"Yasudah iya"
"Kalau begitu, ayo tidur." Ucap Bri.
"Hmm oke" Win hendak melangkah pergi. Namun Bri menarik tangannya, dan memberikan kecupan singkat di bibir manis Win. Setelah itu, pria itu pun melangkah menuju kasur.
"Apa apaan dia, sangat aneh" gumam Win.
Keesokan harinya..
Win bangun saat alarm di HP nya berbunyi. Sayup-sayup ia mendengar suara cicitan burung dari luar sana. Pria berparas imut itu mengambil posisi duduk. Berusaha memfokuskan retinanya. Ia beranjak dari kasur, dan segera ia membersihkan dirinya, lalu mulai memasak untuk sarapan.
Jam menunjukkan pukul 7.00. Pria tinggi itu akhirnya beranjak dari kasur. Berjalan masuk ke kamar mandi. Beberapa menit setelahnya, pria itu keluar lagi, dan duduk di kursi meja makan. Menyantap makan paginya bersama pria imut di depannya.
Selesai dengan urusan makan, keduanya duduk sebentar di kursi.
"Win, bawa bunny mu ke sini" ujar Bri.
"Untuk apa?"
"Ck, bisa tidak jangan banyak bertanya?"
"Baiklah" Win memutar bola matanya malas, lalu berjalan mengambil boneka kelinci yang diberinya nama bunny.
Win datang dengan bunny di pelukannya.
Bri kemudian berdiri, berjalan menuju laci meja, dan mengeluarkan sebuah kamera analog. Pria itu pun kemudian menghampiri Win.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT [BRIGHT X WIN]
Fiksi PenggemarBright Vachirawit dikenal sebagai orang yang ramah, dan baik kepada siapa pun. Namun, siapa sangka, orang yang dicintainya mengetahui tentang sisi lain dirinya. Bagaimanakah sifat asli Bright? Dan apa alasannya? Baca kelanjutan ceritanya... ATTENTIO...