Pria itu melangkahkan kaki panjangnya untuk menuruni satu persatu anak tangga. Terlihat, semua anggota keluarganya sudah berkumpul di meja makan dengan berbagai hidangan makanan di depannya. Tampak, seorang pria yang tak muda lagi sedang duduk di ujung meja makan. Seorang wanita yang berusia lebih muda beberapa tahun dari pria itu duduk di sisi lain meja. Dan satu orang pria yang lebih tua dua tahun darinya.
Bright mendudukkan dirinya tepat di depan pria yang lebih tua darinya itu. Semuanya kemudian mulai menikmati makan dengan khidmat. Tak ada yang bersuara. Hanya suara sendok dan garpu yang berbenturan dengan piring yang memenuhi seisi ruangan. Tak seperti makan malam keluarga lain, yang menikamati makan malam dengan keharmonisan. Namun, Bright tak terlalu peduli dengan hal itu. Sudah biasa baginya, makan malam seperti ini.
Bright berdiri setelah selesai dengan makan malamnya. Kakinya melangkah pergi, tanpa mengatakan sepatah katapun pada keluarganya. Begitupun dengan anggota keluarga lainnya, yang pergi begitu saja setelah makan malam selesai.
🔴'keluarlah. Aku sudah selesai'
Suara burung burung berkicau, pertanda hari sudah pagi. Mata tegas itu perlahan terbuka, dan menampakkan telaga berwarna kecoklatan. Ia mendudukkan dirinya, lalu beranjak dari kasur, dan menuju kamar mandi untuk bergelut dengan air.
Setelah beberapa menit bergelut dengan air, dirinya pun keluar lalu memakai baju dan almamater berwarna biru tua, khas anak mesin itu. Bright berdiri di depan cermin besar, dan memandangi bayangan dirinya di cermin itu.
"Biarkan aku menjadi diriku hari ini" Ucap Bright, pada bayangan dirinya di cermin.
⚫'kau yakin bisa mengatasinya?'
⚪'hei, biarkan dia menjadi dirinya kali ini'
🔴'cih. Bagaimana bisa manusia lemah sepertimu mengatasi satu hari tanpa bantuan kami'
⚪'hei. Berhentilah membuatnya tertekan'
"Aku juga sebenarnya tak begitu yakin. Aku mau kalian tetap di sampingku. Kalian boleh keluar, saat aku tak bisa mengendalikan situasi." Bright sedikit mengembagkan senyum, lalu merapikan kembali almamaternya.
Bright keluar dari sebuah ruangan yang berada di lorong paling ujung lantai dua itu. Kakinya dibawa menuju garasi tempat motornya terparkir. Sudah menjadi kebiasaan untuknya, tidak sarapan di pagi hari. Percuma saja pikirnya. Lebih baik makan di kantin kampusnya, daripada harus makan bersama anggota keluarganya, yang bahkan terlihat bukan seperti sebuah keluarga.
Bright melajukan motornya menuju kampusnya. Seperti biasa, dia berjalan menuju gedung fakultasnya. Namun, kakinya berhenti saat melihat banyak orang orang yang berlalu lalang.
⚪'pergilah. Tak apa'
⚫'sudah kuduga, dia akan seperti ini'
⚪'cobalah untuk menyemangatinya'
⚫'terserah saja'
Suara suara itu kembali muncul. Membuatnya sedikit terganggu.
"Hei. Kenapa diam di sini?" Ucap seseorang, menepuk pelan bahu Bright, membuat pria tinggi itu refleks menoleh ke sumber suara.
"Ah..kau..a..aku tak apa."
"Apa kau ingat namaku?"
"Tentu saja. Kau Win bukan?"
"Hmm. Ternyata kau ingat namaku." Ucap pria bernama Win itu, sambil tersenyum menampakkan gigi kelincinya.
⚪'lihat? Kau bisa bicara dengan orang sekarang'
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT [BRIGHT X WIN]
FanfictionBright Vachirawit dikenal sebagai orang yang ramah, dan baik kepada siapa pun. Namun, siapa sangka, orang yang dicintainya mengetahui tentang sisi lain dirinya. Bagaimanakah sifat asli Bright? Dan apa alasannya? Baca kelanjutan ceritanya... ATTENTIO...