Kedua insan yang berada di dalam kamar itu terdiam. Tidak membuka suaranya. Suasana kamar yang tadinya berisik oleh suara sang adik yang mengejeknya, tiba-tiba berubah sunyi. Keduanya saling melirik satu sama lain. Hingga pandangan mereka pun bertemu. Membuat salah satu dari mereka langsung memalingkan wajahnya yang kini bersemu merah.
"E-eum..b-buahnya.." ujar Bright yang juga dibuat canggung oleh kedatangan adik sang pacar barusan.
Win yang tadinya memalingkan wajahnya, kini perlahan mulai berani untuk menatap mata sang dominan.
Bright melirik piring berisi buah di atas meja nakas, lalu kembali menatap sang submisive.
"Ah, b-buah..iya..a-ayo kita makan buahnya" ujar Win, setelah terdiam sejenak.
Keduanya berjalan ke tepian kasur, dan mendudukkan diri mereka di sana. Tangan Win terarah untuk mengambil garpu kecil, dan menusukkan garpu itu ke buah yang sudah terpotong menjadi bagian-bagian kecil, lalu memberikannya kepada Bright. Ia pun melakukan hal yang sama untuk dirinya. Lalu mereka pun melahap buah itu dengan suasana yang masih terasa canggung.
"Huwaa apa apaan ini. Kenapa canggung sekali"(╥﹏╥)- Monolog Win.
Senja menjemput. Pria yang mendapat julukan 'bunny' karena gigi kelinci yang akan menyembul saat dirinya tersenyum itu kini masih berbaring di atas kasur, dengan mata yang tertutup. Ya, dirinya tertidur pulas sejak siang tadi.
Sang dominan yang melihat bunny-nya masih tertidur, berjalan mendekat, dan duduk di sampingnya. Menatap wajah indah sang submisive, membelai lembut rambut halus itu, dan mengusap pipi gembilnya.
Merasa ada sentuhan di wajahnya, pria bernama Win itu menggeliat. Tak lama, mata sipitnya terbuka. Bola matanya langsung menangkap sosok Bright di sampingnya. Perlahan ia mengambil posisi duduk.
"Kau sudah bangun?" Ujar Bright menyambut Win yang baru saja terbangun.
"Heum. Apa aku tidur terlalu lama?" Ucap Win sambil mengucek matanya.
"Tidak. Sekarang mandilah, ibumu mengajak untuk makan malam bersama"
Win menuruti perintah Bright, dan pergi mandi.
18.00- di kediaman keluarga opas-iamkajorn.
Semua keluarga opas-iamkajorn sudah berkumpul di ruang makan, dengan piringnya masing masing. Tentu saja dengan calon menantu yang juga ikut duduk di samping putranya. Calon menantu? Ya, mungkin saja. Jika kisah mereka berakhir seperti cerita telenovela cinta yang memiliki akhir bahagia. Namun, jika takdir mengatakan kalau mereka harus berakhir seperti kisah Romeo dan Juliet, tak ada yang bisa dilakukan, bukan?
Semua orang mulai menyantap makanan mereka, setelah tuan opas-iamkajorn mempersilahkan untuk makan. Melahap sedikit demi sedikit makanan di piring.
Setelah menyudahi acara makan malam itu, keluarga Win berbincang-bincang dengan Bright. Menanyakan hal hal biasa, seperti kabarnya, dan kabar orang tuanya. Bright berusaha menjawab semuanya, walaupun dia juga bingung karna dia baru saja muncul kemarin. Dan tentang orang tuanya? Oh ayolah. Kabarnya sendiri saja dia bingung, apalagi orang tuanya? Namun Bright masih berusaha untuk menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan padanya.
Semua larut dalam pembicaraan hangat itu. Namun, tiba tiba Bright membuka suara yang membuat semua orang yang ada di sana terkejut. Terutama Win.
"Ah, paman, bibi, boleh saya bicara sesuatu?" Ujar Bright.
"Tentu saja. Kau bisa bicara apapun" jawab nyonya opas-iamkajorn.
Semua tampak menunggu perkataan yang akan dilontarkan oleh pria itu.
"Maafkan saya sebelumnya. Tapi saya rasa, saya harus memberitahu kalian soal ini." Bright menggantung kalimatnya.
Win menyimak perkataan Bright. Jantungnya jadi berdetak lebih kencang. Ia tak tahu apa yang akan dikatakan pacarnya itu. Tapi dari mimik wajahnya, Win bisa melihat kalau pembicaraan ini serius.
"Mungkin ini agak sulit untuk dipercaya. Dan mungkin setelah mendengar perkataan saya, paman dan bibi tidak akan membiarkan saya untuk dekat dengan Win lagi. Saya memiliki lebih dari satu kepribadian." Ujar Bright.
Semua tampak kaget. Win membelalakkan matanya. Ia tak menyangka bahwa Bright akan memberitahu keluarganya tentang ini. Win melihat sekilas wajah ayah dan ibunya. Keduanya juga tampak terkejut.
"Apa maksudmu, nak?" Ujar ibu Win.
Bright menjelaskan semua. Dari mulai sosok Sarawat, Wat, hingga Bri yang sudah berkali kali menyakiti Win. Orang tua Win diam hingga Bright menyelesaikan perkataannya.
Suasananya menjadi sunyi. Tak ada yang berani membuka suara. Win menunduk, sambil meremas jarinya. Ia belum siap, jika harus menjauhi Bright.
Win melirik sekilas ke arah kedua orang tuanya. Tanpa ekspresi. Keduanya tak tampak marah, atau tersenyum. Itu membuat Win menjadi semakin takut.
Dan detik berikutnya, tuan opas-iamkajorn membuka suaranya.
"Em, begitu." Ujarnya sambil mengangguk.
Win mengangkat wajahnya. Terlihat sang ayah dan ibu kini tersenyum. Bisa dilihat juga wajah Bright yang kaget karena respon orang tua pacarnya itu.
"M-maaf?" Ujar Bright.
"Hahaha. Akhirnya kau mengatakannya" ujar ayah Win.
Win mengerutkan dahinya. Ia tak mengerti, kenapa sang ayah tak marah, dan malah tampak terlihat biasa saja.
"Ah, kau pasti bingung nak, Bright" ujar ibu Win.
"Jadi, beberapa hari sebelum kau datang, kami sudah bertemu dengan Bri. Dia menjelaskan semuanya. Awalnya kami juga tak percaya. Namun, setelah berusaha untuk memahami, kami pun mengerti betapa sulitnya dirimu terjebak dengan kepribadian kepribadian itu." Lanjut nyonya opas-iamkajorn.
"Tapi, kenapa kalian tampak terkejut tadi?" Celetuk Win.
"Hahaha. Bri mengatakan, untuk tidak memberi tahu Bright bahwa kami sudah mengetahui hal ini. Biarkan dia mengatakannya sendiri. Dan dia sudah membuktikan, jika dirinya hebat. Dia berani mengatakannya, dan menerima kenyataan jika nantinya dia harus dipisahkan denganmu." Ujar ibu Win.
Tuan opas-iamkajorn berdiri, dan berjalan mendekat ke arah Bright. Menepuk pundak itu, dan berkata
"Kau hebat,nak" sambil tersenyum.
Setelah itu, pria paruh baya berjalan pergi.
Kemudian sang istri memeluk Bright, dengan senyuman teduhnya, dan mengikuti suaminya.
"Kau hebat, phi. Tetap jaga kakakku,na? Jangan membuatnya menangis" celetuk Mick, sebelum berlari pergi.
Kini tersisa Win dan Bright.
Win melihat ke arah Bright, air mata pria tinggi itu sudah hampir keluar. Dengan cepat, Win memeluk Bright dengan erat.
"Kau melakukannya dengan baik. Kau melakukannya dengan baik, Bright" ujar Win sambil mengelus pundak Bright.
"Kukira aku akan sendiri lagi seperti dulu. Duduk di dalam kegelapan, dengan lebam di sekujur tubuh akibat perbuatan ku sendiri" ucap Bright.
"Tidak. Itu tidak akan terjadi lagi. Aku berjanji Bright"
Keduanya semakin mempererat pelukannya.
______________________________________
🔵Bright
🔴BriKangen ga?🙂
Chapternya dibuat bln April, up nya bln Mei. Kurang hebat apa coba thor😌/plakYe maap klu lama ga up. Kan ceritanye bulan puasa thor tobat dulu sebulan :')
Chap ini keknya kurang ngena. Tpi gpp deh. Next buat yg lbih ngena.
Sorry for typo (s)
Vote and comment
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT [BRIGHT X WIN]
FanficBright Vachirawit dikenal sebagai orang yang ramah, dan baik kepada siapa pun. Namun, siapa sangka, orang yang dicintainya mengetahui tentang sisi lain dirinya. Bagaimanakah sifat asli Bright? Dan apa alasannya? Baca kelanjutan ceritanya... ATTENTIO...