serendipty: Jmn

18 5 0
                                    

"Aku adalah anggota BTS."

"Nugu?"

"Jeoneun Jimin- ibnida"

Yura menunjukkan raut wajah seolah sedang berpikir. "Kau kenal aku?" tanya Jimin.

"Mwo? Entahlah... Tapi sepertinya.."

"Yasudah lupakan.. berikan saja paketku.."

"Paket apa?"

Mata Jimin melihat kearah kotak yang ada di Yura. "Aku yang memesan kotak itu... Dan berjanjian dengan kurirnya di sini, karena aku juga kebetulan sedang berjalan-jalan di sekitar sini."

Yura ikut melihat ke kotak. "Hah? Aku saja tidak tahu kenapa aku membawa kotak ini.."

Jimin mengambil kotak itu dari tangan Yura. "Baiklah berikan saja ini padaku. Aku harus pulang, Yang lain sudah menungguku di villa." Yura menyodorkan kotaknya kepada Jimin.

"Gomawoyo.." Jimin menundukkan badannya sedikit kemudian melangkah pergi.

Yura hanya diam sambil menggaruk-garuk kepalanya menatap bahu belakang Jimin yang berjalan menjauh. Kemudian ia melihat kesekitar tempat ia berdiri sekarang. Sontak terkejut, benar-benar terkejut.

"Dimana ini??" tanya Yura bermonolog.

"Astaga gue dimana??"

"Apa yang terjadi??"

Keadaan yang benar-benar sepi, berada di trotoar dekat perempatan jalan lampu merah. Tulisan-tulisan yang tertempel di dinding-dinding adalah tulisan Hangul. Pohon-pohon tepi jalan yang banyak tumbuh di musim panas di Daegu. Saking ingin sekali pergi ke Korea kota metropolitan, Yura benar-benar tahu segalanya. Tapi itu artinya.. (mata membelalak sempurna)

"Gue berada di Korea??"

Melihat kesekitar lagi. Tidak ada orang satupun, selain Jimin yang kini mulai menjauh.  Tanpa berpikir panjang, Yura berlari menghampiri Jimin.

"Sebentar!" teriak Yura, membuat Jimin menghentikan langkahnya.

"Ada apa?"

"Aku kenapa bisa berada di sini??"

"Apa?"

"Aku.. kenapa bisa ada di sini??"

Kedua bahu Jimin bergedik. "Mana aku tahu.."

Yura memegangi kepalanya dengan mulut terbuka mangap. 'apa yang terjadi? Kenapa gue gak bisa ingat apa-apa..' batinnya.

"Sudah ya.. aku harus pergi.."

"Tap- tapi.."

"Ada apa lagi?"

"Boleh aku ikut denganmu?" tanya Yura dengan polosnya.

"Apa katamu? Yang benar saja.."

"Tolonglah.. aku benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi. Kenapa aku bisa di sini.. dan.. di sini hanya ada kau untuk aku meminta tolong," jelas Yura.

"Banyak orang seperti mu.. aku tidak bisa percaya begitu saja dan langsung menolong mu.."

"Berbohong? Aku serius, tidak sedang berbohong. Aku benar-benar kebingungan sekarang."

"Tapi --"

"Ku mohon.. jika kau tidak menolong. Setelah kau pergi, aku pasti akan menangis di sini untuk selamanya. Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, ku mohon.." raut wajah Yura benar-benar memohon.

Jimin tertawa kecil mendengar mohon-mohon dari Yura, "Mwoya.."

Yura memberikan tatapan yang benar-benar mengandung bawang.

~Ω~

Berjalan berapa meter yang tak jauh dari tempat Yura dan Jimin bertemu. Kini akhirnya mereka sampai di villa para BTS.

Yah.. Jimin adalah orang yang tidak akan tahan melihat wanita yang memohon-mohon dengan mata yang bersungguh-sungguh. Jadi Jimin pada akhirnya, mengiyakan dengan syarat hanya satu hari ia bisa menolongnya untuk membuat Yura bisa berpikir.

"Tunggu sebentar di sini.." ujar Jimin.

Yura mengangguk-angguk paham. Menunggu di depan pintu ruangan pertama di dalam Villa itu.

"Hyung!" Jimin menghampiri seseorang yang berada di ruang tv.

"Wae?" pria itu tetap fokus pada tv yang menayangkan sebuah perlombaan matematika.

(Ada yang bisa menebak?)

"Nam Joon Hyung!"

"Wae??" Rm akhirnya melihat kearah Jimin.

"Aku membawa seorang perempuan.."

Memundurkan wajahnya, menunjukkan ekspresi terkejut. "Mwo??" sentak Rm.

Jimin menceritakan pertemuannya dengan Yura, kemudian gadis itu memohon pertolongan, sampai Jimin yang tidak bisa menolak permintaan tolong Yura.

"Kamu ini yang benar saja Jimin!"

___
540

-)nugu = siapa

-)Jeoneun ibnida = nama saya


-)gomawoyo = terimakasih ya

Dream [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang