"hei hyung! Kau tidak beri tahu Suga hyung semalam??" tanya Jhope.
"Ah~ aku lupa. Mian mian.." jawab Jin dengan cengar-cengir salah tingkah.
Semua tertawa melihat raut Seokjin itu, terkecuali dengan Suga dengan wajah datar khasnya.
~Ω~
"Aku merasa baik-baik saja. Tapi aku tidak ingat beberapa kejadian.. jadi tolong beri aku tumpangan di sini untuk aku mengingat semuanya.." lirih Yura kepada semua member yang kini duduk di depannya dengan gugup.
"Maafkan kami. Tapi kami tidak bisa membantu lebih dari yang kemarin. Kami adalah seorang Idol yang memiliki banyak privasi yang harus dijaga dan disembunyikan. Maaf, sedangkan kau tidak memiliki identitas diri yang benar. Jika bisa kami jujur, orang seperti mu adalah penguntit yang sering kita jumpai," jelas Rm dengan serendah-rendahnya agar gadis itu bisa mengerti.
"Tapi aku bisa menjaminkan tidak akan ada sesuatu yang berbahaya aku perbuat disini."
"Tapi tetap saja sama jika kau tidak memberikan kami indentitas lengkap. Saat ada sesuatu yang terjadi dan itu bukan perbuatanmu, tetap saja sasaran para staff dan manager adalah dirimu.." Rm mencoba bijak untuk Yura dan juga membernya.
Yura tertunduk diam.
"Maafkan kami.." lanjut Jin.
"Ya.. maafkan kami karena ini juga melindungi kita semua," tambah Jhope.
"Baiklah. Terimakasih atas tempat tinggalnya untuk kemarin..," Yura berjalan mundur secara perlahan dalam beberapa langkah, kemudian membalikkan badannya untuk pergi.
"Jimin. Tolong antarkan dia di depan," pinta Rm.
Jimin mengangguk-angguk paham, kemudian berdiri menyusuli Yura.
"Hai. Apa kau perlu sesuatu sebagai pergantian dari bantuan tempat tinggal?"
"Tidak perlu.."
Langkah Jimin terhenti saat di depan pintu keluar. "Maafkan aku."
Langkah Yura juga berhenti, kemudian menoleh kearah Jimin. "Terimakasih Jimin.. setidaknya aku tidak tinggal di jalanan dari kemarin."
Yura melanjutkan langkahnya, tanpa tujuan. Berjalan di musim panas yang akan memasuki musim hujan. Berharap gadis itu tidak akan terkena hujan dijalan. Selain tidak punya baju ganti, ia juga tidak punya uang.
"Gue harus apa ini? Kemana? Ke siapa?"
"Apa gue akan jadi gembel di negara orang?" Menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.
Sudah pukul 4 sore. Perut Yura mulai merasa lapar, sedangkan Yura tidak memiliki uang sama sekali. Jadi bagaimana bisa makan?
Kini ia terduduk di sebuah bangku taman, melihat pemandangan orang-orang yang sedang berbincang-bincang hingga tertawa, berjalan-jalan dengan pasangan mereka, dengan teman-teman mereka juga ada yang bersama keluarga. Mereka semua tampak bahagia, berbeda dengan Yura.
'apa gue akan jadi gembel selamanya?'
Hari mulai menjelang malam. Angin berhembus kencang, semua para penduduk memasuki rumahnya untuk menghangatkan diri. Para pengunjung taman itu mulai berkurang, bahkan kini tinggal Yura seorang. Ia kebingungan harus kemana lagi. Kakinya sudah capek, tubuhnya sudah lemas, perutnya sudah kosong.
Gerimis hujan mulai berderai membasahi jalanan dari permukaannya. Yura segera berlari mencari tempat untuk berteduh sebelum hujan deras datang.
Saat Yura sudah sampai di sebuah halte yang hanya ada beberapa orang yang juga sama niatnya seperti Yura.
Namun semakin lama, orang-orang itu pergi menaiki bis. Sedangkan Yura? Hanya diam meratapi dirinya sendiri.
Hal yang ia takutkan hari ini, terjadi. Hujan benar-benar terjadi menemani kesendiriannya. Untung saja jaket dengan logo 'kantor pos' ini cukup tebal, hingga cipratan air tidak menampias masuk kedalam tubuh, juga udara yang sangat dingin berkisar 10 - 15 suhu° saja dikarenakan hujan yang turun dengan lebat.
___
530
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream [SELESAI]
Fanfictionkalau kalian army, wajib baca:) ___ question ___ Mimpi seakan kenyataan• // Kenyataan seakan mimpi? --- @2020