Sedangkan Yura. Tak kuasa ia menahan tangisnya. Rasa bersalah yang amat sangat berkumpul dalam benak dan dirinya.
Staf perempuan yang dekat dengan Yura, mendekatkan Yura kepada Jungkook.
"Oppa?" panggil Yura dengan gemetar.
"Gwenchana?"
"Nadu gwenchana. Jadi segeralah sembuh," Senyum fake terukir sementara air matanya tak kunjung berhenti.
Mendapat kode dari CEO Pdnim. Para perawat itu membawa Jungkook masuk kedalam ruangan oprasi.
Lampu merah penanda oprasi Jungkook segera dimulai sudah dinyalakan bersamaan dengan waktu oprasi yang terpampang di sebelah pintu.
6 Jam, waktu yang dibutuhkan para dokter untuk memulai aksi penyelamatan sang idol, maknae para Bangtan dan baby para Army.
Di luar. Jimin tiba-tiba jatuh dengan lemas. "Kau kenapa???" mereka seketika mendekati Jimin dengan khawatir.
Tak ada kata-kata dari Jimin. Mereka lalu mendudukkan Jimin di tempat tunggu dan mencoba menenangkan Jimin. Bagaimana tidak bersedih? Diantara semuanya, Jiminlah yang paling dekat dengan Jungkook.
6 jam bukan waktu yang sedikit. Tapi tak ada yang berpaling pergi untuk pulang, mereka ingin menunggu Jungkook sampai akhir.
"Maafkan aku," ujar Yura tiba-tiba.
"Berhentilah ini bukan salahmu.." ujar Jin, dan diangguki yang lain.
6 Jam akhirnya berlalu.
Seorang dokter keluar dari ruangan itu, menemui CEO Pdnim langsung.
"Maafkan aku. Tapi aku harus mengatakan ini. Oprasinya tidak berjalan baik. Dia semakin memburuk." ujar pelan dokter itu.
Terkejut bukan main. Tanpa berkedip air mata mengalir begitu saja.
"Dia membutuhkan kalian saat ini.. tapi hanya beberapa orang saja.."
Bangtan dan keluarga Jungkook saling melihat. "Silahkan kalian lihatlah lebih dulu," ujar Rm selaku pembicara dari saudara-saudaranya yang lain.
15 menit setelah Keluarga Jungkook masuk. Tiba-tiba seorang suster pembantu dokter keluar dengan terburu-buru, membuat mereka yang tengah menungu di luar seketika berdiri secara serentak.
"Pasien sudah sadar," ungkap susternya. Lagi dan lagi mereka dibuat terkejut.
Ditengah-tengah situasi itu, Keluarga Jungkook tiba-tiba menyusul keluar dari ruangan. Semakin mengherankan..
"Dia ingin menemui saudara-saudara nya.." ujar suster itu. Keenam member saling berhadapan. "Dan juga ia ingin perempuan yang bernama Yura masuk."
Mereka yang dimaksud perawat perempuan itu kemudian masuk kedalam ruangan. Sebelum menjumpai pasien mereka harus mengenakan pakaian biru khas ruangan oprasi di Korea. Jika di Indonesia, itu berwarna hijau.
Menghela nafas berat. Yura benar-benar tak kuasa menahan air matanya, karena ia sudah diperingatkan oleh Jhope untuk tidak menangis.
"Semua akan baik-baik saja.. jadi jangan menangis di sana."
Kesunyian terjadi, selain bunyi komputer monitor pasien. Mereka mendekati Jungkook yang tengah berbaring sendiri di ranjang oprasi.
~NIT ~NIT ~NIT
(Suara monitor jantung Jk)"Annyeong Hyung.." sapa Jungkook pelan dan lemah, terdengar samar-samar.
"Oh? Kau sudah bangun?" tanya Rm mendekati Jungkook. Yang lainnya tak kuasa membuka suara.
"Nan Gwenchana. Tidak usah mengkhawatirkan aku.." ujar Jungkook.
"Ara.. oleh karena itu, ayo kita jalan-jalan membeli banyak makanan," Rm tidak bisa membendung air matanya sehingga itu disadari Jungkook.
"Nam Joon Hyung kau menangis?"
"Aniyo.." jawab Rm cepat tidak ingin membuat panik adiknya itu.
"Kenapa yang lain tidak ingin berbicara?" tanya Jungkook melihat saudara-saudaranya yang lain.
Tiba-tiba suara senggukan terdengar. "Siapa yang menangis??" tanya Jungkook.
"Tidak ada yang menangis Jungkook.."
"Akan aku katakan. Ini bukan salah siapa.. ini sudah takdirnya. Saat aku pergi, tolong jangan saling mengalahkan. Aku sangat menyayangi kalian hyung.." ujar Jungkook seperti memberi tahu sesuatu yang akan terjadi.
Jimin yang tadinya bersembunyi di balik saudaranya yang lain akhirnya memunculkan diri setelah Jungkook mengucapkan itu. "Yak! Apa yang kau katakan ini?? Kau ingin membuatku mati berdiri??" Jimin sudah menangis, tidak ada yang mampu menahan Jimin lagi.
Bibir pucat Jungkook tersenyum. "Aku tidak ingin itu Hyung Jim.."
Hyung Jim? Dimana Jimin-ssi?
"Tolong panggil aku dengan sapaan biasanya.."
Secara bergantian, Jungkook memanggil para hyungnya itu berbicara. Ini seperti kode terakhir untuk semuanya. Setelah semua selesai, Jungkook tersenyum tapi terlihat sangat sulit. "Di mana Yura?"
Rm mempersilahkan Yura untuk berada dekat Jungkook.
"Oppaa..." panggil Yura dengan air mata yang sudah mengalir deras.
"Yura-ahh apa kau baik-baik saja?"
"Ouh! Sekarang tinggal kau yang harus baik-baik saja."
"Dengarkan aku Yura. Kamu harus kuat.. jika kau nyaman dengan semuanya, lakukanlah. Kau tidak perlu mendengarkan apa yang mereka katakan."
Dahi Yura berkerut. Mendengar Jungkook berbicara seperti itu, ia dapat mengingat kejadian-kejadian yang ia rasa telah dilupakan.
"Ma-mari ki... ta bertemu nan-nanti.." nafas Jungkook berhembus.
~~NIT---------------
Suara monitor jantung Jk berhenti.
___
700
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream [SELESAI]
Fanfictionkalau kalian army, wajib baca:) ___ question ___ Mimpi seakan kenyataan• // Kenyataan seakan mimpi? --- @2020