jmn, promise

8 3 0
                                    

Jam dinding di ruangan itu menunjukkan pukul 7 pagi. Saat dimana masyarakat Korea akan menyebutkan bahwa ini masih begitu pagi. Tapi gadis Indonesia itu alias Yura tampak sudah siap untuk berpergian. Tapi mau kemana?

Pakaiannya cukup sederhana. Celana sepaha kau polos dengan jaket hitam juga topi hitam.

Saat hendak membuka pintu untuk keluar. Seseorang menghentikan langkahnya.

"Yura? Kau mau kemana?"

Yura berbalik melihat kearah seseorang itu. "Oh? Kau sudah bangun?" Pria itu mengangguk.

"Aku mau ke pasar," jawaban Yura untuk pertanyaan Jimin, ya.. pria itu adalah Jimin.

Jimin nampak heran dengan menggaruk-garuk kepalanya. "Ke pasar? Pagi buta seperti ini?"

"Wae?"

"Tidak ada pasar sepagi ini.."

"Huh?"

"Yeah.. lagipula cuacanya lagi sangat dingin, mereka yang berjualan akan bangun kesiangan," ujar Jimin.

"Ah~ sepertinya aku salah ... Tapi kau sendiri kenapa sudah bangun? Aku berniat untuk pergi di pagi hari seperti ini agar saat aku tiba untuk memasak kalian belum bangun."

"Wah~~ tapi itu terlalu pagi ... Ohya aku? Ini hari libur, jadi aku akan berjalan-jalan untuk melegakan pikiran."

Mereka kemudian terdiam saling menatap. "Ada apa?" tanya Jimin.

"Aniya. Kalau begitu aku akan ke kamar saja sekarang. Kau berhati-hatilah di jalan."

"Bagaimana kalau kau ikut saja denganku. Jika sudah siang, kita akan pergi ke pasar bersama juga.."

"Ah, tidak perlu. Kau itu seorang idol.."

"Sudahlah, ayo pergi dengan ku!"

~Ω~

Mayoritas penduduk Korea adalah berjalan kaki. Tapi untuk jam tujuh pagi, hanya ada beberapa orang saja yang melintasi jalanan dengan berjalan kaki.

Cuacanya benar-benar dingin. Persis seperti yang dikatakan Jimin. Mulut Yura sampai gemetar karena kedinginan.

"Wajahmu pucat, apa kita pulang saja?" tanya Jimin tiba-tiba.

"Pulang? Yang benar saja. Kita sudah sejauh ini berjalan kaki."

"Kita bisa naik taxi."

Yura menghela nafas panjang. "Tidak. Aku baik-baik saja. Hanya saja aku belum terbiasa berjalan kaki sampai sejauh ini."

"Hmm.. tapi wajahmu," lirih Jimin melirik lembut ke wajah Yura. Keduanya saling bertatapan, membuat Yura salah tingkah.

Wajah Yura tiba-tiba memerah seperti kepanasan. "Huh? Kenapa sekarang berwarna merah!?" Jimin menghawatirkan Yura.

"M-mwo?" tanya Yura terbata-bata.

Jimin menarik kedua lengan Yura, hingga keduanya benar-benar berhadapan. "Apa kau alergi terhadap cuaca??" panik Jimin.

"A-Aniya!" Yura bersikeras lepas dari tangan Jimin. Kemudian melangkah lebih cepat untuk menjauh darinya.

Sedangkan pria itu. Ia menghentikan langkahnya, lalu melihat pundak Yura yang semakin menjauh. 'ada apa dengan gadis itu?' batin Jimin. Ia pun segera berlari menyusuli Yura.

Dream [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang