Happy Reading:)
.
.
.Selama di koridor menuju kelas Remima terus mengumpat, menghentakan kaki, dan tak lepas juga wajahnya yang sedang menahan amarah. Itu semua tak luput dari pandangan siswa-siswi lain yang berlewatan termasuk teman sekelasnya.
Remima menendang kursi dihadapannya dengan nafas memburu. "KESEL BANGET!" teriak Remima kencang.
"Kenapa nih? Tadi pagi senyum-senyum ga jelas, lah sekarang malah mukanya kayak nahan boker," ucap Denis.
Apa Denis tidak bisa menghilang sekejap saja? Remima lagi ga mood denger bacotannya. Rasanya kalo dalam situasi ini Remima ingin langsung melempar Denis keliang lahat. Tapi, Remima masih punya hati jadi engga dilakuin.
"Bacot!" sentak Remima. "Bangunin!" perintah Remima sambil menunjuk bangku yang tadi dia tendang.
"Ogah!" ucap Denis dan ingin segera pergi sebelum Remima menahannya. Denis membalikan tubuhnya dan menatap wajah Remima yang memohon. "Iya, iya, gue bangunin." Denis membangunkan kursi itu.
Remima langsung duduk dan menopang dagunya.
Denis membalikan bangku didepan meja Remima dan memutarnya agar menghadap ke si empu. "Lo kenapa?" tanya Denis khawatir.
Remima menatap Denis serius dan mengikis jarak wajahnya dengan Denis. "Lo tau ketos bisu itu ga?" tanya Remima.
Denis memundurkan wajahnya. "Tommy maksud lo? Sejak kapan dia bisu?" tanya balik Denis.
Remima ikut memundurkan wajahnya dan menghela nafas lelah. "Dia itu bisu tau! Buktinya kalo ketemu gue ngomong irit," jawab Remima.
Denis menjitak dahi Remima. "Ga ke lo doang kali," ucap Denis. "Ga jelas lo," sambung Denis dan langsung pergi.
"GAUSAH NGEJITAK JUGA KALI!" teriak Remima.
"Bodo ah, mending gue skincare-an dulu dari pada mikirin dia," sambung Remima dan segera mengeluarkan skincarenya.
"Yuhuuu Miyyami Lunays yang keren ini datang. Kalian kangen? Harus kangen ya kalau engga gue pukul kalian semua!"
Remima kenal banget nih suara siapa. Suara yang sudah beberapa hari ini hilang ditelan bumi. "Heh tumben banget lo ga telat," ucap Remima aneh.
"Lagi mau jadi anak baik gue, eh dadi dulu juga udah baik ya lupa," kekeh Miyyami melihat Remima yang nampak malas mendengar ocehannya. Remima mah tetep lanjut poles sana poles sini.
"Dandan terosss sampe mamposss," ucap Miyyami.
"Eh lo tau ga?" tanya Remima yang sudah siap akan bahan ghibah, tapi harus terpotong oleh Mocca.
"Yamiiiii, aku ga mau tau ya pokoknya kamu jangan pernah diskors lagi, aku pusing banget tau di gangguin sama si Remi, dia udah kayak apaan coba ga ada kerjaan tiap waktu gangguin aku. Pokoknya awas kalau kamu diskors atau ga masuk sekolah lagi," adu Mocca.
Remima mengerutkan dahinya. Sejak kapan Remima mengganggu Mocca? Huh, Mocca ini fitnahnya bisa banget. Padahal Remima hanya ingin berkawan dengan banyak orang.
"Moo lo sakit?" tanya Miyyami sambil memegang kening Mocca lalu menempelkan di pantat Miyyami.
Remima yang menatap itu cuma memunculkan ekspresi jijik, eww.
"Gak panas, terus lo kenapa? Woyyy Mocca aneh hari ini, dia kesurupan jin toples kayaknya. Woyyy ngapa diem aja bantuin elahh," teriak Miyyami sambil memukul-mukul meja yang ada di depan.
Remima menatap Miyyami yang terlihat seperti orang gila yang sudah tidak memiliki akal dan akhlak.
"Mi? Lo sehat? Kayaknya lo deh yang harus dibawa ke rumah sakit ... jiwa," ucap Remima serius sambil memberikan tatapan horor."Remi temen lo kenapa? Kesurupan?" tanya Denis bergidik ngeri.
"Gue denger ya lo ngomong, diem atau lo bakal tau akibatnya," ucap Miyyami yang masih memukul-mukul meja di kelas sambil menatap tajam kearah Denis yang berada di sampig Remima.
"Yamii ihh, aku kan lagi ngadu sama kamu, ko kamu malah jadi kayak orang gila sih. Udah ah pokoknya aku kasih tau lagi kalau kamu diskors lagi bakalan aku datengin rumah kamu terus aku bakar," ketus Mocca.
Ini si Mocca ngomong enak banget ya didepan Remima. Gatau apa Remima lagi kesel dan malah dipertemukan oleh orang macam mereka. Rasanya Remima ingin menghilang dulu.
"Bakar aja, gue ga butuh rumah itu," ucap Miyyami langsung meninggalkan kelas.
Remima hanya menatap kepergian Miyyami tanpa niat ikut serta keluar.
"Ga ikut keluar?" tanya Denis.
"Ga, gue belum skincare-an," jawab Remima dan langsung mengerjakan pekerjaan yang sempat terhambat tadi.
Sejak pelajaran sejarah dimulai Remima sudah merasa hal aneh akan dirinya, lebih tepatnya tubuhnya. Remima mengepalkan tangannya. "Plis ... jangan kambuh dulu," gumam Remima khawatir.
Remima semakin meringis saat mulai timbul tanda-tanda yang sejak tadi dipikirannya.
"Jadi peradaban muslim muncul—"
"PAK!" teriak Remima kencang membuat seluruh murid 11 IPS 1 menoleh padanya.
"Ada apa Remima?" tanya Pak Hermawan.
"Saya ijin ke toilet," Jawab Remima cepat dan langsung beranjak dari duduknya tak lupa menarik Miyyami.
"Udah?" tanya Miyyami yang bersandar pada dinding toilet.
"Udah, lega banget," jawab Remima dengan senyum lebar.
Remima dan Miyyami berjalan menuju kelas. Untuk kali ini mereka berdua akan menjadi anak baik, yaitu tidak membolos. Miyyami asik mengintip murid kelas lain yang sedang belajar, sesekali berdadah-dadah saat murid itu menengok kearahnya dan muncul kegaduhan.
Sedangkan, Remima asik bersenandung ria dengan menikmati angin seger ketika melewati lapangan. Lapangan? Remima baru ingat bahwa hari ini adalah waktu olehraga kelas 12. Yap, hinggap di otaknya bahwa untuk menikmati suasana cogan. Baru saja ingin menoleh ke lapangan.
Bugh!
Kepala Remima terasa berputar dan berat. Yang Remima rasakan pandangannya buram dan tidak tau apa-apa lagi hanya mendengar suara cempreng Miyyami dan terasa tubuhnya yang melayang.
Remima sudah sadar sejak mendengar obrolan Tommy dengan Mbak Semi karena rasa lapar yang menyeruak. Remima tersenyum sendiri rasanya ingin ngakak, tapi Remima ingat situasi. "Kerjain dikit ah," ucap Remima dan langsung memejamkan mata kembali.
Remima merapatkan bibirnya agar tidak menyunggihkan senyum karena perhatian Tommy yang mengobati lukanya. “Kok lo cantik juga ya? Gue kira lo cuman cewek troublemaker yang nggak ada bagusnya. Ternyata paras lo cantik!“
Remima semakin ingin ngakak ketika mendengar ucapan Tommy. Remima menstabilkan senyum dan detak jantung yang bergerak cepat. “Hah bilang apa lo barusan?“
“Engga engga, kepo lu, dah istirahat aja sana gue mau balik ke kelas!“
Yah, si Tommy pake acara bohong segara padahal Remina udah denger jelas banget. Padahal ngaku juga gapapa kali.
Remima merasakan cacing perutnya sudah demo dan menggedor-gedor pintu agar diberi makan. “Tommy... Laper!“
“Memangnya lo nggak makan tadi? Istirahat kemana aja lo?“ tanya Tommy.
“Istirahat gua ada urusan sama adek kelas yang bikin gue naik darah!“
“Manja banget sih lo, baru juga sakit beginian!“
“Please ya kalau ga genting ni perut gue juga nggak mau kali minta makan sama lo!“
“Tunggu disini jangan kemana-mana!”
Remima akhirnya puas bisa mengerjakan Tommy dan puas tersenyum ketika Tommy keluar.
***
Bagaimana?
Jangan lupa berikan vote dan komentarnya ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Remima [END]
Teen FictionRemima Fiyeena memang terkenal dengan sosok badgirl di SMA Razarda. Semuanya mengenal Remima dengan tingkah jahil dan topik paling utama jika para guru sedang bergibah. Remima, sosok gadis yang terjerat cinta masalalu harus dipertemukan dengan keto...