BAB 9

17 3 1
                                    

Happy Reading:)
.
.
.

Ruangan gelap tanpa adanya secelah cahaya. Dengan suasana dingin menembus pori-pori yang mengerut. Seorang gadis dengan kondisi mengenaskan  duduk di tengah-tengah ruangan dengan tangan dan kaki terikat.

"Shh...," ringis Remima. Rasanya tulang lehernya serasa patah dan kepala yang berat. Menggerakan lehernya ke kiri dan kanan berharap meredakam pegal. "Siapa yang ngiket sih?!" ucap Remima dalam hati karena mulut yang diperban Remima menggerak tangan dan kaki agar talinya terbuka, tapi hasilnya nihil.

Tiba-tiba muncul percahayaan lampu redup tepat di atas kepala Remima. Remima mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menstabilkan pencahayaan.

Sebuah tangan besar menyentuh wajahnya. "Ratih," ucapnya lirih. Remima menggelengkan kepalanya agar tangan menjauh. Lelaki itu membuka lakban di mulut Remima dengan perlahan.

"SIAPA LO?!" teriak Remima.

Lelaki itu terkekeh. "Gue Alex."

"Mau apa lo brengsek?! Gue aja ga kenal lo!" ucap Remima menggebu.

Alex terkekeh remeh dan menyentuh wajah Remima. Alex yang kesal karena Remima selalu menghindar langsung mencengkeram rahangnya kuat. "Lo mirip banget sama Ratih pantes dia suka."

Remima menatap sinis Alex. "Lo lagi main drama? Mau lo apa?! Gue ga kenal lo, Ratih atau siapapun."

"Lo kenal Tommy," ucap Alex cepat.

Remima menegang.

Alex semakin mengeretkan cengkramannya dan terkekeh. "Gue bawa lo ke sini karena gue dendam sama Tommy. Dan lo ... lo harus mati" ucap Alex penuh penekanan.

"Biadap lo!" umpat Remima. "Urusan lo sama Tommy kenapa bawa-bawa gue?!"

"Tommy udah ambil seseorang yang gue sayang, jadi sekarang gue harus ambil lo dari dia supaya dia tau gimana frustrasinya gue. Gue akan ambil lo ... lebih tepatnya nyawa lo!"

Remima tertawa kencang. "Lo lucu. Tommy sama gue itu gaada apa-apa, apalagi saling sayang ... itu mustahil," jelas Remima.

Alex menarik rambut Remima hingga wajahnya mendongak menatap cahaya lampu hingga matanya menyipit. "Awalnya Ratih juga bilang gitu, tapi apa? DIA CINTA SAMA TOMMY!" teriak Alex.

Remima meringis dan menutup matanya saat Alex teriak tepat di wajahnya. Tubuhnya rasanya gemetar hebat, sakit di kepalanya berkecamuk. Tanpa disangka setetes air meluncur membelah pipi kanan dan kiri diikuti tetesan yang lain. "Plis ... lepasin," ucap Remima memohon.

Alex tertawa seram. "Lo harus mati Remima! Tommy harus hancur!" tekan Alex. Alex membuka ikatan tangan dan kaki Remima. Langsung menyeret tubuh lemah dan linglung Remima.

"Gue ga akan bunuh lo dengan senjata karena gue pengen nikmatin ritihan kesakitan dari bibir lo," ucap Alex ketika berhenti di sebuah tangga.

Remima berusaha melepaskan genggaman erat Alex tapi tidak bisa. "Gue sama Tommy gadaa apa-apa," ucap Remima berusaha menyakinkan Alex.

"Gue ga percaya." Alex mendorong tubuh Remima dari atas tangga dan menatap santai tubuh Remima yang terjatuh.

Duk

"Ahh...." Remima merasakan tubuhnya remuk dengan pandangan yang semakin buram. "Plis lepasin gue," mohon Remima saat Alex menarik rambut nya kuat agar dia berdiri.

Duk

Duk

Duk

Alex terus menghatamkan kepala Remima dengan sangat kencang sampai darah di dahi Remima mengalir deras. Alex terus melakukan seolah itu kepuasannya tersendiri.

Brak

Alex menghentikan aksi ketika pintu gudang terdobrak hebat sampai mengeluarkan suara keras. "Tommy," ucap Alex dan langsung mendorong tubuh Remima hingga menghantam anak tangga.

Dug!

Remima memejamkan mata menahan rasa sakit dan aliran yang keluar dari kepalanya. Mulutnya pun sudah tidak ada gunanya mengeluarkan ringisan walau hanya sepintas.

"Remima!"

Kepala Remima terasa diangkat  dan tepukan di pipinya. Remima membuka matanya perlahan dan sedikit tertegun melihat Miyyami. Mungkin jika Remima sedang tidak sakit dia akan menertawakan Miyyami sekarang juga. Bagaimana tidak tertawa, sekarang Miyyami sedang sesegukan dan ingus yang ditarik ulur. Remima sedikit terkekeh. "B-bad gi-rl kok na-ngis," ucap Remima terpotong-potong karena sulit sekali berbicara.

Miyyami memukul bahu Remima pelan. "Berisik... hiks... lo," ucap Miyyami diikuti isakan. "Gue ga nyangka banget lo bakal gini, Rem. Sialan emang tuh cowo. Bakal gue habisin juga!" ucap Miyyami kesal dan emosi yang tersulut.

Remima berusaha mengangkat tubuhnya agar duduk. "Bantu gue duduk," pinta Remima.

"Lo mendingan gini aja. Pasti kepala lo sakit," ucap Miyyami.

Remima menatap Miyyami serius.

"Oke. Gue bantu." Miyyami sedikit mengangkat tubuhnya Remima dan meyandarkan pada dinding.

Remima menatap kearah perkelahian sengit. Matanya terpusat pada Tommy dan Alex yang sepertinya sudah memiliki dendam tersendiri. Mata Remima membola saat Alex berhasil membuat Tommy tersungkur dan menarik kerah bajunya, langsung menghantamkan dinding kencang.

Otak Remima seolah berputar beberapa saat. Semua kejadian terjadi sama persis ketika tiga tahun yang lalu. Remima menggelengkan kepalanya kuat. Tommy ga boleh terluka, selalu itu yang tertanam diotaknya.

"Daffa," ucap Remima lirih. Remima langsung berlari dengan langkah terseok dan sesekali terjatuh.

Remima berusaha mengumpulkan tenaga walau itu tidak mungkin. Remima mendorong tubuh Alex agar menjauh dari Tommy.

Setelah Alex mundur Remima langsung menahan pundak Tommy yang agar tidak terjatuh. Pandangan Remima jatuh terhadap mata elang Tommy yang selalu menatapnya tajam. "Daffa? Kamu ga kenapa-kenapa 'kan?" Remima mengusap darah di pelipis Tommy.

Tommy yang baru saja ingin membuka mulut terkejut kala Alex menarik Remima dan langsung mendorong tubuh Remima hingga terbentur meja rusak yang berada di sana.

***

Remima mengerjapkan matanya beberapa kali dan meremas rambutnya karena serasa diremas abis. Mata buramnya sedikit menatap jam dinding yang menujukkan pukul 3 pagi. Remima bukan pemain FTV yang ketika pingsan menanyakan di mana, itu bodoh.

Remima menghela nafas lelah. Matanya menatap langit-langit ruangan yang berbau obat. Kini dirinya hanya sendiri di ruangan.  Pikirannya melayang ke kejadian tiga tahun lalu.

Remima terkekeh sendiri. "Lo udah gila, Rim."

***

Jangan lupa vote dan komentarnya!

Remima [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang