Part 21

5 0 0
                                    

HAPPY READING!
.
.
.

Setelah menjalani hari yang melelahkan, sekarang saatnya mereka kembali ke rumah masing-masing. Termasuklah Tommy, Remima, dan Andy.

Remima cukup mudah beradaptasi dengan teman-teman Tommy yang memiliki jiwa receh. Mengikuti tertawa jika mereka ketawa dan berakhir Remima juga ikut receh.

“ Rem, jangan lupa besok ya! “ teriak Tommy keras.

“ Iya Tommy lope," ucap Remima menggoda.

Ngapain di belakangnya dikasih begituan di nama gue?.” Protes Tommy.

Alay sih, sadar kok. Tapi gimana ya? Remima tuh lagi cari nama kesayangan yang pas buat yayang Tommy.

“Protes mulu, nurut aja ngapa sih!“ Remima ngegas.

“ Cih ngambek!”

“Kalian kok ribut-ribut di luar, sini masuk!“ suruh Letta.

Remima menoleh menatap Mamihnya yang baru keluar dari rumah. Suara mereka kedengaran sampe dalam kali ya?

“ Eh iya tan mau langsung pulang aja tan, udah sore hehehe.”

“ Gitu Tom, bawa pulang Remima ga kesorean. “ ucap bang Rama.

Ini lagi pake dateng segala. Susah emang kalo mau pacaran di rumah ada aja gitu orang ketiga.

“Ya jelas lah bang! Ni bang buat abang sama tante Letta!“ Tommy menyuguhkan makanan yang dibelinya tadi.

Remima mendelik tak percaya. Remima loh yang jadi pacarnya bukan Bang Rama atau Mamihnya, ini ngapa Tommy perhatian sama mereka berdua ketimbang Remima.

“Wuihh apaan ni? Mantap Tom hahaha.” Bang Rama girang.

Cih, kayak ga pernah ketemu makanan.

“ Bang itu buat kalian berdua ya, Remima jangan di kasih ya bang! “

Wah makin ngajak ribut nih orang. Gatau apa Remima bisa berubah jadi singa kalo lagi marah.

“ Wah itu mah gampang tom! “ ujar bang Rama.

Tolong beri Remima kesabaran.

“Suruh dia makan sayur aja bang, biar jadi moooooo.“

“Tommy!!!!! Julid banget sih lo, sini lo jangan lari!!!! “ Remima sudah sangat kesal, dia mengejar Tommy dengan penuh tenaga, walau terengah-engah.

“Bodo amat gue mau pulang dadahhh!“ Tommy pulang.

“Bang pulang Assalamu’alaikum”

“Waalaikumsalam.“

“ Jangan coba-coba lari lo! Masalah kita belom selesai!“ Remima teriak kencang. Aura singanya keluar begitu saja.

“Yaudah gih beli sendiri!“

“ Tommy!!!!!“ pekik Remima kesal

Remima menatap motor Tommy yang menjauh. Rasa kesalnya masih mengendap, mungkin besok Remima akan membalasnya.

****

Remima menatap layar handphone nya yang menampilkan sebuah e-mail.

Remima memijat pangkal hidungnya. Rasa peningnya kembali menusuk. Baru saja Remima selesai mandi setelah di antar Tommy pulang, dia langsung dikagetkan saat melihat sebuah e-mail masuk.

"Astaga, kenapa gini?" Remima melempar handphone ke samping tempat tidurnya. Langsung merebahkan tubuhnya dan menutupi wajahnya dengan bantal. "Shh...," ringis Remima.

"Gue gatau kalo akhirnya bakal kaya gini, gue minta maaf sama kalian berdua," lirih Remima.

****

Remima sudah siap dengan pakaian santainya. Mungkin kalo dulu Remima akan jadi kaum rebahan seharian, tapi sekarang beda... udah ada yang ngajak jalan dong.

Jomblo harap sabar.

Sebenarnya semalam Remima tak bisa tidur. Rasa terkejutnya menguras abis rasa kantuknya. Karena Remima mengalami sakit kepala, jadi Remima meminum obat dan berakhir dia bisa tertidur, untung saja Remima bisa bangun tepat waktu.

Remima mencek handphonenya.  Menghela nafas lega saat tak ada lagi e-mail aneh yang masuk. Berarti dugaannya sedikit membenarkan prasangkanya.

Segera Remima turun ke bawah untuk menunggu Tommy di ruang tamu. Dahinya mengernyit saat mendengar sayup-sayup suara yang dikenali. Remima sedikit berlari kecil menuju pintu utama.

“Mau jalan sama adek abang, hehehe,“ jawab Tommy cengengesan.

“Jalan terus nie, awas nggak inget pulang!“ Bang Rama memasang muka galaknya.

“Yaiyalah bang santai aja haha.”

Benar dugaannya bahwa Tommy telah datang.

“ Kenapa lo bang? Iri sama gue? Lo kan jomblo!” timpal Remima. 

“Gausah ngejek lo, lo pacaran juga lo yang maksa! “ ucap bang Rama menang.

Jleb

Lagi-lagi Remima mengingat kejadian beberapa minggu lalu yang sempat terlupakan karena perubahan Tommy yang drastis. Remima cukup bingung harus bersikap senang atau apa? Semuanya terasa tanggung.

“ Tapi Tommy kan uga sayang sama gue, wlekkkk.”

“Pamit bang, “pamit Tommy.

“ Iya. “

Remima cukup terkejut saat Tommy mengajaknya ke mall. Ini di luar dari list tempat yang Remima terka-terka. Tapi, yasudahlah. Mall juga tempat banyak orang berpacaran.

Sudah lama Remima tidak datang ke mall walau sekedar mencuci mata. Miyyami juga sibuk dengan kehidupannya, mau mengajak Lui pasti sulit, mengajak Denis harus disogok, atau mengajak Mocca itu cukup mustahil jika Mocca ingin.

Kesempatan ini tidak boleh Remima anggurkan. Remima menarik Tommy ke sana ke mari.

“ Lo mau warna apa Tom,” tanya Remima.

“Gue mood warna biru navy aja gimana?“

“Boleh juga tuh, tapi kayaknya silver juga bagus.“

“Yaudah lo coba dulu, gue mah gampang, pilih yang benar-benar cocok.“

“Siap boss!”

TBC

Jangan lupa vote dan komentarnya ya!

Remima [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang