Happy Reading:)
.
.
.Cekrek
Remima tersenyum puas saat melihat hasil fotonya barusan. "Tuhkan makin cantik," ucap Remima lalu mengelus perban yang berada di dahinya.
Remima meneliti ruang UKS yang sangat nyaman. Senyum muncul semakin lebar kala melihat pantulan cahaya matahari di jendela. "Cahaya ilahi," ucap Remima dan langsung berdiri didepan jendela dekat lemari obat. "Mumpung sepi," kekeh Remima.
Cekrek
Cekrek
"Udah banyak." Remima kembali duduk di brankar sambil mengecek hasil fotonya.
Remima mendengus. "Lama banget sih," kesal Remima. Remima tersenyum kala mendengar pintu yang ingin dibuka.
“Nih makan!“
Remima menerima dengan senang hati apalagi kalo yang Tommy–ketos Razarda yang dipandang oleh banyak orang. “Oke thank you!“ Remima merasakan lidahnya terbakar.
“Wagelasehhhhh pedes amat Tom!!“
“Mana gue tau.”
Remima menatap tak percaya kearah Tommy yang jawab dengan santai. Remima yakin ini pasti ulah Tommy.
“Ish, lo sengaja kan mesen batagor yang pedes buat gue?““Ngga tuh!”
“Halah jujur aja lo Tom! Lo dendam sama gue?“ desak Remima.
“Gue suka pedes.”
Terus kalo dia suka pedes batagor Remima ngapa ikut pedes? Ngeselin sumpah nih anak pengen banget Remima ceburin di gorong-gorong.
“Lo ga tau gue punya sakit lambung?“ Sumpah nih lambung bakal nyeri parah dan yang pasti Remima ga akan hidup tenang abis ini.
Tommy hanya menggeleng kepala. Dan melanjutkan makan batagornya.
“Woy minumnya mana woy!!“ teriak Remima. Sumpah ini pedes banget. Nih orang ngasih berapa sendok sambel.“Mbak Semi, minta minum!“
“Bukan itu Tom en jeri! “ kesal Remima.
Tommy menatap kearah Remima dengan penuh tanda tanya.
“Maksudnya es gitu kek!“ jerit Remima.
“Oh.”
Sumpah nih orang bikin jiwa psikopat Remima muncul, kalo aja Remima lagi ga kepedasan sudah dipastikan kursi yang diduduki Tommy sudah melayang tepat di wajahnya. “Lo tuh ya udah bikin gue sakit begini, masih bikin naik darah juga!“
“Oh.”
“Semua ini salah lo! Lo harus traktir gue selama seminggu titik!“
“Ogah!“
“Kalo ogah gue bakalan bilang di tengah lapangan kalo Tommy nggak gentleman! Dan gue bilang Tommy bikin gue sakit saraf!“ Remima sedikit ragu dengan acamannya sendiri. Secara acamannya yang awal aja malah buat dia makin terkenal.
“Lo gue traktir seminggu!“
“Hah luluh juga lo! Awas ya kalo ga nepatin! “
“Iya, bawel."
Remima antara takut dan bahagia. Takut kalau sakit maghnya kambuh dan bahagianya karena ditraktir. Sebenarnya mah soal traktir Remima ga butuh-butuh amat, tapi soal Tommy si batu ini takut 'lah dengan acamannya yang membuat Tommy senang.
***
"Astaga Dek! Lo kenapa?" tanya Rama khawatir saat melihat Remima yang baru pulang sekolah melewati ruang tamu.
"Gue ... magh gue kambuh Bang," jawab Remima dengan lesu karena menahan nyeri di perutnya.
Tanpa banyak pikir Rama langsung menggendong Remima ala bridal style. Rama mengobrak-abrik isi lemari Remima, tapi hal yang dicarinya tak ada. "Lo taro di mana obatnya?" tanya Rama.
"Gue lupa," jawab Remima.
Rama menatap Remima kesal. "Yaudah tunggu. Gue ambil air anget sama telfon dokter dulu." Rama langsung keluar dari kamar adik satu-satunya itu.
"Saya sudah peringatin kamu jangan makan pedes?!" ucap Dokter Farhan. "Lambung kamu itu bermasalah," sambungnya.
"Operasi lambung aja dok," celetuk Rama sambil menatap sinis Remima.
"Lambung mana bisa dioperasi tolol," ucap Remima emosi.
Rama tidak menyauti protes Remima. "Ganti lambung sapi aja dok," usul Rama.
"Lambung lo aja donorin buat gue terus lo pake lambung sapi," ucap Remima semakin emosi.
Dokter Farhan hanya menatap dua kakak beradik yang selalu beradu argumen meski salah satu dari mereka sakit.
Setelah meminum obat dan beristirahat sebentar Remima kembali seperti biasa walau wajahnya pucat. Remima tersenyum puas kal melihat post foto terbaru di instagram yang diserbu banyak pengikutnya.
Remima teeingat sesuatu bahwa dahinya masih di perban. "Untung Bang Rama ga liat."
Tok
Tok
Tok
Remima mendengus saat mendengar ketukan pintu tak sabaran. "Apaan sih Bang?!"
"Gue lupa nanya," sahut Rama.
"Nanya paan?!"
"Itu jidat lo kenapa dilit gitu?" tanya Rama.
"Kecakar kucing," jawab Remima asal.
"Halah ngibul lo. Gue cari tau siapa yang udah nyakitin adek gue," ucap Rama tegas.
Remima menyerengit. "Ngapain sih elah?" tanya Remima.
"Mau bilang makasih."
"Sialan lo Bang!" teriak Remima.
Remima menatap tubuhnya yang sudah terbalut seragam di cermin. "Kok jelek sih." Remima melepaskan perban di dahinya dan hanya memakai plester. "Nah ini baru cantik," ucap Remima percaya diri.
Remima menyambar tas dan kunci mobilnya. Remima menuruni tangga sambil bersenandung.
"Rem!" panggil Rama.
Remima menoleh kearah meja makan yang sudah dikelilingi oleh Rama, Papih, dan Mamihnya yang mungkin baru pulang dari perjalanan bisnisnya.
"Paan?" tanya Remima cuek.
"Sarapan dulu, nanti magh lo kumat lagi," jawab Rama.
"Magh kamu kambuh sayang?" tanya Mamih.
Remima hanya menatap datar Mamihnya. "Di sekolah aja," ucap Remima dan segera pergi.
***
Bagaimana?
Jangan lupa Vote dan Komentarnya ya? Terima kasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
Remima [END]
Teen FictionRemima Fiyeena memang terkenal dengan sosok badgirl di SMA Razarda. Semuanya mengenal Remima dengan tingkah jahil dan topik paling utama jika para guru sedang bergibah. Remima, sosok gadis yang terjerat cinta masalalu harus dipertemukan dengan keto...