Happy Reading
Sudah hampir lima hari Remima tinggal di Rumah Sakit begitu juga dia tidak masuk sekolah selama hari itu. Ruangan Remima sekarang hanya dihadiri oleh Rama yang sedang merapihkan barang Remima lebih tepatnya cemilan dan Tommy yang duduk diam.
Remima lebih sibuk dengan handphone yang di genggamannya dengan sekali-sekali menerawang langit-langit ruangannya seperti sedang berfikir.
"Lo ngapain de? Kayak daritadi lagi mikir, emang lo punya otak?" tanya Rama karena tak biasanya Remima tidak bacot. "Pacar lo tuh kasian garing banget," ucap Rama saat melihat Tommy yang hanya diam.
"Udah gede ini," ucap Remima acuh dan kembali fokus pada handphone.
Rama duduk di sebelah Tommy setelah membereskan semuanya. "Sabar Tom, emang kadang dia gitu."
Tommy menghela nafas. "Iya, Bang."
"Jadi mau balik kapan?" tanya Rama.
"Sekaranglah," jawab Remima cepat. "Gue balik bareng Tommy aja," sambung Remima.
"Lo bawa mobil Tom?" tanya Rama.
"Bawa Bang," jawab Tommy.
****
Tommy dan Remima lebih dulu jalan menuju parkiran meninggalkan Rama yang masih menebus obat.
"Gue make kursi roda untuk yang pertama dan terakhir kali pokoknya," ucap Remima.
Sedangkan Tommy yang mendorongnya hanya berdehem sebagai jawaban.
Remima mendongak menatap Tommy. "Lo bisu lagi?" tanya Remima nyeleneh.
Tommy tetap diam dan hanya mendorong kursi roda saja.
Remima mengusap lembut tangan kekar Tommy walau sedikit sulit. "Lo masih marah gara-gara kejadian kemarin?" tanya Remima pelan.
Akhirnya Tommy menunduk menatap kedua mata hazel Remima. "Gue gapapa." Tommy mengusap lembut pucuk kepala Remima.
"Kalo beneran gue selingkuh gimana?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja.
Tommy menatap menghunus Remima dengan kedua tangan menggenggam kuat dorongan pada kursi roda.
Tawa Remima tiba-tiba membucah. "Hahaha canda zheyang."
****
Remima menghela nafas untuk kesekian kalinya. Suasana mobil Tommy yang hening hanya diisi oleh musik yang sama sekali Remima tidak tahu dan tidak mengerti.
Remima memandang Tommy yang fokus menyetir tanpa berbalik menatap Remima. "Tom," panggil Remima.
"Hmm."
"Tommy!"
"Gue lagi nyetir Rem."
"Gue bosen."
"Terus?"
"Bodoamat." Remima mengalihkan tatapannya ke jendela. "Nyesel gue semobil sama dia," gumam Remima.
Remima teringat tujuannya meminta semobil dengan Tommy. Kalo tanpa tujuan mana mau Remima duduk dengan es kutub. Katanya kalo pacaran sama cool boy itu dingin-dimgin manis karena romantis, lah ini? Dingin-dingin sepet.
"Tom, minjem hp lo," ucap Remima sambil menjulurkan telapak tangannya.
"Buat apa?"
"Minjem aja pengen liat."
"Apa yang perlu diliat?"
Remima berdecak kesal. "Minjem aja napasih pelit amat," sewot Remima.
"Ya buat apa?"
"Mau minta no Alvian," jawab Remima kesal.
"Minta aja ke orangnya," jawab Tommy cuek.
"Gaada orangnya. Yaudah minjem hp lo nanti gue wa Alvian biar ketemuan buat minta no gue.
"Gak," sentak Tommy.
****
Ternyata pulang atau tidaknya Remima sama saja, sama-sama bosan. Tapi lebih enak di rumah sakit dan diurus dokter ganteng, sedangkan di rumah hanya ada Rama si manusia jadi-jadian.
Tommy tetap tidak memberi nomor Alvian. Saat mengantar Remima ke rumah pun Tommy diam dan hanya menjawab singkat dan itu membuat Remima sebal.
Remima mengeluarkan dua liontin yang tertutup baju. Keduanya Remima pakai karena mempunyai alasan masing-masing. Yang satu karena Remima gaakan lepasin sampai dia punya jawaban yang jelas, sedangkan yang pemberian Tommy karena sebagai bentuk menghargai.
"Banyak banget teka-teki di otak gue. Gue harus nanya siapa?!"
Ting
Lagi-lagi handphone Remima berbunyi menandakan chat masuk dari nomor yang akhir-akhir ini sering memberi pesan tak jelas.
"Dia sapa sih?!"
Remima menyambar handphone yang berada di sebelahnya. Seketika muncul nama seseorang. "Coba deh."
Telfon bersambung hingga muncul suara cempreng yang sudah beberapa hari tidak Remima dengar.
"Astaga Remima lo nelfon gue? Tumben banget, kangen gue ya?" cerocos Miyyami.
Remima sedang tidak mod pecanda atau apalah. "Punya nomor Alvian ga?"
"Nyebut Rem nyebut! Lo punya Tommy ya kali mau ngeduain sama temennya ... temennya woi! Cari yang lain aja. Lagian lo tega banget ngeduain babang Tommy gue, kurang apa coba dia? Ganteng, cool, kaya, pinter—"
"Kurang bacot," potong Remima.
"Kalo itu sih iya, tapi lo ga boleh gitulah. Tobat Rem tobat. Kalo lo bosen sama Tommy kasih ke gue, gue siap nampung."
Remima menghela nafas jengah. "Ada ga?"
"Tommy gaada di rumah gue, lagian ngapain Tommy di rumah gue?"
"SIAPA YANG NANYAIN TOMMY?! GUE MINTA NOMOR HP ALVIAN, MIYYAMI!" teriak Remima kesal.
"Ada kok ada, gausah teriak lagi ya."
"Kirim lewat chat aja, oke."
Tut
"Akhirnya gue dapet juga seenggaknya masalah nih terang dikit kagak abu-abu."
TBC
Jangan lupa vote dan komentarnya, ya!?
KAMU SEDANG MEMBACA
Remima [END]
Teen FictionRemima Fiyeena memang terkenal dengan sosok badgirl di SMA Razarda. Semuanya mengenal Remima dengan tingkah jahil dan topik paling utama jika para guru sedang bergibah. Remima, sosok gadis yang terjerat cinta masalalu harus dipertemukan dengan keto...