HAPPY READING!
Kondisi ruangan Remima dipenuhi oleh teman-temannya Tommy dan kedua orangtuanya. Remima hanya tersenyum tipis jika Andy dan Alvian menggodanya. Tatapan kosong terlihat sejak tadi.
Rama yang ingin menanyakan keadaan Remima secara langsung hanya bisa menatap Remima.
Daffa yang sedaritadi duduk di sebelah Remima hanya memilin-milin jemari lentik Remima. Sedangkan, Tommy duduk di sebelah Rama melakukan hal yang sama seperti Rama.
Devan dan Liona yang duduk di sofa berdua dengan mata fokus ke Remima. Rasa bersalah terus hinggap di kedua hati orangtua itu.
"Daf," panggil Remima.
"Iya?"
"Bisa tolong suruh mereka keluar, gue mau tidur."
Daffa mengangguk. Beranjak dari duduknya menghampiri Rama untuk membisikan sesuatu dan melakukan hal yang sama kepada Devan. Semuanya keluar termasuk Daffa.
Remima menghela napas. Rasa sesak di dadanya membuat Remima merasakan ingin mati. Remima menyambar handphone Daffa yang tertinggal di nakas. Mengetikan sesuatu dan kembali menyimpannya.
Remima beranjak dari tidurnya dan pergi ke kamar mandi.
"Seharusnya kamu saya biarkan mati waktu bayi! Nyesel saya ngehamburin uang demi nyelamati anak kayak kamu! Kamu ga pernah buat saya bangga, yang ada kamu terus nyusahin!"
Remima memundurkan tubuhnya dan bersandar pada dinding. Infusnya mengeluarkan banyak darah karena tertarik. Rasa nyeri di kepalanya begitu menyerang kuat. Remima menangis terisak rasa sakitnya semakin menjadi-jadi.
"Hiks... hiks... sa-kit... hiks." Remima memukul-mukul kepalanya yang terasa tertusuk dari berbagai arah.
Infusnya terlepas membuat darah mengalir. Perban di dahinya juga mulai mengeluarkan darah kembali.
Bruk
Remima terjatuh.
****
"Dia ngomong apa aja sama lo, Daf?" tanya Rama.
"Ga ada bang," jawab Daffa sekenanya. Daffa merogoh sesuatu di saku celananya. "Astaga handphone gue ketinggalan."
"Mau ngapain Daf?" tanya Devan.
"Ambil handphone, om."
Devan mengangguk.
Daffa mengernyit dahinya bingung saat tidak menemukan Remima di hospital bed. "Bukannya tadi Remima bilang mau tidur?" gumam Daffa. Daffa menghiraukan tujuan utamanya dan mencari Remima.
"Rem," panggil Daffa. "Toilet kali ya?"
Tok
Tok
Tok
"Rem," panggil Daffa sambil terus mengetuk pintu toilet. "Gue masuk ya?" ijin Daffa.
Ceklek
Krek
"Remima!" pekik Daffa saat melihat lumuran darah dan Remima yang tertidur di lantai. Daffa langsung menghampiri dan menepuk-nepuk pipi Remima. "Rem, plis bangun!" panggil Daffa memohon. "Plis Rem!"
Daffa langsung menggendong Remima ala bridal style dan menidurkan kembali di hospital bed. Memencet tombol untuk memanggil dokter. "Bang panggilin dokter!" teriak Daffa.Teriakan Daffa membuat seluruhnya masuk. Semuanya terkejut atas apa yang terjadi pada Remima.
Liona menangis histeris di dekapan Devan yang sudah ingin menangis. Rama yang jatuh terduduk, sedangkan Tommy menatap kosong Remima. Andy dan Alvian yang berlari terburu-buru untuk memanggil dokter.
Daffa membersihkan darah di wajah Remima dengan tisu yang tersedia. Air matanya perlahan keluar. Daffa tak pernah menyangka bahwa Remima akan berakhir seperti ini.
Dokter masuk diikuti suster, Alvian dan Andy di belakangnya. Suster mempersilakan semuanya keluar. Mereka keluar secara paksa. Semuanya terasa hampa. Tak ada yang menyangka gadis nakal seperti Remima akan berakhir seperti ini.
Dokter keluar dan langsung disambut oleh mereka yang menunggu berharap kabar baik datang. Dokter itu menggeleng lemah.
****
Kehidupan akan terasa hidup jika kebahagiaan dan kesedihan seimbang. Tidak ada yang lebih dan kurang.
Nyawa hilang karena sebuah perkataan itu bukan hal biasa, tapi sering terjadi. Perkataan yang manis menimbulkan kesan manis dan semangat hidup begitupun sebaliknya.
Dan, bagi orangtua. Jangan pernah mengeluarkan kata menyesal menyangkut anak kalian ntah itu di dalam hati sekali pun. Jika kalian menyesal memunculkan seorang anak, maka anak akan lebih menyesal hadir di antara kalian.
Remima dinyatakan koma. Dia mengalami pendarahan cukup hebat bahkan dari awal dibawa ke rumah sakit. Sudah dua minggu bahkan tidak adanya kehidupan di dalam diri Remima selain jantung yang berdetak lemah.
Daffa yang berakhir menjadi anak baru di Razarda karena ingin terus berada di samping Remima. Saat pulang sekolah Daffa akan masuk ke kelas 11 IPS 1 yang kosong dan duduk di bangku Remima.
****
Kini, semuanya telah berkumpul di depan ruangan Remima tanpa ada lelucon receh yang dikeluarkan oleh Andy dan Alvian.
Hening.
"Bang," panggil Daffa.
Rama mendongak. "Ya?"
Daffa menyerahkan handphonenya ke arah Rama. "Baca!"
Rama menerima handphone milik Daffa yang menampilkan layar note.
Gue emang punya obat itu. Gue juga sempet hampir coba, tapi gue takut kalian kecewa. Jadi, gue memutuskan buat minum obat tidur saat rasa sakit itu menyerang.
#Remima F.
Rama memberikan handphone dan beranjak pergi. Mungkin hari ini Rama harus menghukum dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remima [END]
Teen FictionRemima Fiyeena memang terkenal dengan sosok badgirl di SMA Razarda. Semuanya mengenal Remima dengan tingkah jahil dan topik paling utama jika para guru sedang bergibah. Remima, sosok gadis yang terjerat cinta masalalu harus dipertemukan dengan keto...