Part 25

7 0 0
                                    

HAPPY READING!
.
.
.

Setelah dirasa penampilan tak begitu hancur Remima memantapkan hatinya untuk masuk ke dalam.

Menarik napas dalam-dalam dan kembali membuka pintu dengan perlahan. Menampilkan sosok Tommy yang tengah berbaring. Remima masuk dan kembali menutup pintu.

Remima tersenyum miris melihat kondisi Tommy. Lebam, luka, dan sepertinya ada sedikit sayatan.

" Yang sabar Rem, Tommy belum sepenuhnya sadar tuh! " Ucap Emely mencoba menenangkan Remima.

Remima mengangguk seadanya. Tubuhnya bersandar pada dinding dengan tatapan lurus. Alex. Satu nama yang terus berkeliling. Remima tidak akan diam saja. Alex terlalu banyak bermain.

"Makasih Mel, lo udah nolongin Tommy , hiks ... Hiks ... Hikss .... " Remima kembali menangis.

Sial!

Kenapa Remima begitu cengeng hari ini? Seharusnya Remima sadar bahwa tangisnya tak akan mengubah apapun.

" Iya Rem. Kita bisa menjadi teman?" tanya Emely.

Remima menatap mata Emely untuk memastikan ucapan yang terlontar tadi. " Tapi.... " Remima menggantung ucapannya.

" Udah lo ga usah takut, gue bisa move on kok dari Tommy," ucapnya tersenyum ramah.

Remima bernapas lega dengan sedikit senyum. Ada perasaan lega menjalar begitu saja.

" Lo beneran Mel?" tanya Remima memastikan

"Iya gue serius, Rem. Lagian kayaknya gue mulai tertarik sama Alvian, dia lucu suka bercanda, nggak kayak Tommy diem-diem es batu. " Ucap Emely menjelaskan kepada Remima.

"Lo kenapa cerita ke gua? Ini kan privasi lo? " Tanya Remima sedikit tidak percaya.

" Karena lo teman gue, Satu-satunya selain Tommy," Ucap Emely. "Makasih udah percaya dan mau berteman sama gue!  Tambahnya lagi.

"Oh iya Rem, acara Alvian apa kabar? Dia nggak datang ke sini?" Tanya Emely.

" Oh tadi gue nyuruh dia nyelesaiin acaranya dulu, baru datang kesini, karena ya lo tau kan itu acaranya kan ngundang hampir seluruh siswa SMA RAZARDA, " Jelas Remima.

" Rem.... " Tommy memanggil.

Remima segera bergerak cepat menghampiri Tommy yang sedikit mulai membuka matanya. Remima mengelus rambut Tommy yang halus dan wangi. Remima semakin menyukai Tommy. Dia tak salah menjadikannya seorang pacar walau secara paksaan.

Namun dia yakin bahwa suatu saat hati Tommy akan benar-benar terbuka untuknya.  Namun di hati Remima yang lain berkata bahwa dia takut kehilangan Tommy.

"Si... Siapa yang nolongin gue? " Tanya Tommy.

"Oh iya elo Mel, makasih ya Mel." Tommy berterima kasih kepada Emely karena sudah membawanya ke rumah sakit.

" Lo siapa? " Tanya Tommy kepada Remima.

Remima menatap Tommy cengo. Apa-apain ini?! Mengapa ada adegan lupa ingatan segala. Astaga, apa yang harus Remima lakukan jika Tommy melupakannya? Remima sudah siap jika Tommy ingin mengakhiri hubungan, tapi tidak melupakannya!

" Gue Remima, pacar lo" Jelas Remima.

" Remima siapa, gue ga kenal sama lo!" ucap Tommy.

Tangan Remima yang mengelus rambut Tommy berhenti kaku.

" Tom lo lupa ingatan? " Tanya Remima.

" I don't know,"  jawab Tommy singkat.

"Beneran Tom... Lo nggak inget gue? Hiks hiks hiks.... " Remima menangis kembali.

Remima [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang