Happy Reading:)
Tommy mengantar Remima sampai ke rumahnya.
“ Masuk dulu yuk kak Tommy! “
“ Emh... Itu... “
“ Eh nak Tommy, sini nak masuk dulu, tante bikin makanan enak-enak lho” tawar Mamih.Ini Remima anaknya bukan sih?! Kok yang disapa Tommy duluan? Ini anaknya baru balik dari rumah sakit loh bukan dari liburan. Sambut dikit gitu kek.
“ Eh iya tante hehehe.”
Remima menggerak-gerakan bibirnya meniru gaya Tommy berbicara tanpa suara. Remima mendengus. “Giliran sama mama aja baik, sama gue cueknya kayak bebek nggak mandi! “
“Ngomong apa lo barusan?“
Emangnya pribahasa ga pernah salah. Kata orang-orang kalo mau narik perhatian laki-laki dari perut naik ke hati, sesuai kelakuan Mamihnya bukan? Ini ceritanya Tommy mau baek-baek'in orngtuanya biar dapet restu biar deketin anaknya atau Tommy yang malah jatuh hati ke Mamih Remima?
Gila.
“Nggak nggak papa nggakkkk!!“
“ Oh”
“ Ngeselin banget sih tu anak, pengen gue buang ke rawa-rawa aja hueee! “
“ Lo ngapain rem? Mau gue tinggal di luar? “
“ Iya iya!! Udah cepetan dorong gue!! “
Sekarang Tommy sedang duduk di meja makan bersama keluarga Remima.
“ nak Tommy, silahkan pimpin doa nya nak hehehehe”
“ Baiklah tan”Tommy memimpin doa dengan serius m, sedangkan Remima menatap Tommy sambil tersenyum bangga.
Ga salah pilih gue brouh.
Suasana makan ini sedikit mencekam bagi Remima. Karena sifat Tommy kembali lagi.
Selesai makan Tommy memimpin doa dan membantu beres-beres.
“ Wah gausah nak Tommy, biar tante aja! ‘
“Gapapa tan, Tommy sanggup kok! “remima menatap tak percaya. Bagaimana bisa Tommy begitu rajin? Atau cuma topeng? Heh! Remima tuh pemales. Yang ada kalo disuruh beres-beres seluruh umpatan keluar dalam hatinya.
“ Menantu idaman!“
“ Apaan sih mah!“
Tommy hanya senyum di bibirnya saja. Sedikit.
“Nggak tadi ada lalat! “
“Lo nggak balik Tom? “
“Ngusir gue? Ok! “
Tommy menuju ke belakang dan berpamitan kepada tante.
“Eh tom bukan gitu, ah lo mah! “ raut wajah Remima berubah.
Tommy tak menggubris ocehan Remima. Dia berlalu pulang dan menjalankan mobilnya.Nih anak ngapa dah? Serius nanya. Dari awal gue balik ke rumah sakit mukanya kagak ada seneng-senengnya. Apa jangan-jangan Tommy ga suka kalo Remima balik?
***
"Halo."
"Sorry gue lagi kumpul sama temen, kalo mau ngajak ngedate besok gue free," ucap Alvian diujung sana.
Remima memutar bola matanya malas. "Lagu lu pede. Tau anjrit ga lu? Muka lu tuh anjrit!"
"Gue emang cakep. Tapi kayaknya gue kenal suara lo."
"Gue Remima. Lo lagi sama Tommy?"
"Remima badgirl itu? Kaget anjir. Tommy ga ada di sini."
"Gue mau ngomong sesuatu, bisa ketemu?"
"Anjir lo suk—"
"Gak!"
"Iye-iye cuma punya Tommy lo mah. Mau kapan?"
"Nanti gue kabarin lagi."
Tut
Remima menutup telefon sepihak. Matanya meneliti kakinya yang masih di gips. "Gue harap cepet sembuh," gumamnya.
"Rem," panggil Rama dari balik pintu kamar Remima.
"Masuk ajaa bang."
Rama masuk dengan membawa tampan yang berisi makan malam, obat, dan air. "Makan dulu." Rama duduk dipinggir tempat tidur.
Remima menerima nampan yang diberikan Rama dan menaruh di atas paha. "Lo abis dari mana bang?"
"Keluar bentar."
Remima mengangguk. "Papih udah pulang?" tanya Remima dengan mulut menguyah.
"Makan dulu," ucap Rama mengalihkan topik pembicaraan.
Remima meneguk air setelah menelan beberapa butir obat.
"Sekarang tidur ya." Rama membantu Remami berbaring dang mengusap lembut surai hitam panjang adiknya.
***
Remima tersenyum saat melihat pantulan cermin yang sama dengan dirinya. Kali ini dia memutuskan sekolah karena bosan. Rambut yang diikat satu dan menyisakan beberapa helai poni, seragam yang ketat dipadukan cardigan abu-abu. Matanya mendengus menatap kakinya. "Pake sepatu ga ya?"
"Lo sekolah de?" tanya Rama yang tiba-tiba masuk.
"Ketok dulu kek," ucap Remima kesal.
"Gue kira masih tidur tadi. Gue pinjem laptop ya, laptop gue ngeblank ga jelas."
"Tapi lo anterin gue ke sekolah."
"Lo masih sakit ngapa dipaksa? Biasanya kalo bolos sekolah seneng," ledek Rama.
"Kangen aja sama sekolah."
"Kangen sama sekolah atau sama ketosnya?" Rama menatap adiknya jahil. Soal Tommy, bagi Rama dia cowo bertanggung jawab. Liat aja bentuknya adiknya yang gaada bagus-bagusnya kecuali wajahnya.
"Ba.cot," tekan Remima.
"Yaudah ayuk gue anter, tapi kalo ada apa-apa hubungin gue."
"Iya. Pakein sepatunya." Remima menyodorkan kakinya.
"Dikira gue babu," ucap Rama kesal, tapi walaupun kesal dia tetap memasangkan sepatunya hanya sebelah karena kakinya yang satu memakai gips. "Mau pake kursi roda?"
"Kalo gue pake kursi roda sapa yang dorong bambang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Remima [END]
Teen FictionRemima Fiyeena memang terkenal dengan sosok badgirl di SMA Razarda. Semuanya mengenal Remima dengan tingkah jahil dan topik paling utama jika para guru sedang bergibah. Remima, sosok gadis yang terjerat cinta masalalu harus dipertemukan dengan keto...