Part 17

9 0 0
                                    

Happy Reading
.
.
.

Hujan belum juga reda. Remima semakin menempelkan tubuhnya pada Tommy. Dingin bukan modus, Remima mana mau modus keburu kena gengsi gede.

“Oh cewek itu! “ jawab Tommy

“Iya.”

“Makhluk hidup,“ jawab Tommy enteng.

“Bukan itu maksudnya Tommy!! “ Remima marah kesal dengan Tommy. Remima juga tau tuh cewe makhluk hidup, tapi lebih tepatnya iblis berwujud manusia. Kenapa Remima nyimpulin gitu? Ya karena Remima tuh cewe, hapal banget sama tatapan dan tingkah tuh cewe, alias suka sama pacarnya.

“Jadi? “ tanya Tommy.

“Cewek itu apa hubungannya sama lo?“ tanya Remima mempertegas perkataannya.

“ Dia temen gue.” Tommy langsung tanggap.

“ Jangan deket-deket! “ larang Remima.

“ Kenapa? “ tanya Tommy.

"Gue cemburu lah anjir." Ingin sekali Remima berteriak di depan wajah Tommy supaya peka. Tapi ya gimana? Ikutin alurnya aja dah. “Pokoknya jangan”

Tommy diam, dia lebih memilih diam daripada menjawab ia, dia punya alasan untuk itu.

Remima sedikit ragu dengan Tommy. Melihat diamnya Tommy seolah itu menampar Remima ke dunia nyata bahwa  belum memiliki Tommy seutuhnya.

****

Remima menatap laptop yang menampilkan sosok yang dirindukannya. Senyumnya yang memancarkan kebahagiaan membuat Remima ingat seberapa menderitanya dia saat di sisi Remima.

Remima tidak benar-benar tidur saat digendongan Tommy. Tidurnya terganggu saat Remima bermimpi Tommy meninggalkannya.

Air matanya meluruh begitu saja setelah beberapa lama ditahan. Ingatannya melayang begitu saja pada pertanyaan Tommy saat menunggu hujan reda.

Flashback on

“Rem kenapa lo pacaran sama gue? “ tanya Tommy tiba-tiba, aneh.

“ lo masih nanya? “Remima heran sama Tommy. Dia nggak sadar apa gue suka sama dia tu gara-gara apa.

“Apa yang lo ambil dari gue?
“Bukannya lo benci sama gue?“ tanya Tommy lagi.

“Lo ganteng! “singkat.

“Itu doang? “ Tommy penasaran.

“Kepo amat sih lu tumben! “

Flashback off

Remima tersenyum getir dan menyekat air matanya. Jemarinya menyusuri layar laptot. "Kalo seandainya gue bilang, gue jadiin lo pacar karena mirip Daffa, apa lo bakal marah?" Remima bermonolog.

"Gue kangen banget sama lo," lirih Remima. "Kalo misalnya lo balik dan gue masih sama Tommy, lo bakal marah ga?" tanyanya. "Gue sayang lo, tapi gue juga sayang Tommy," lanjutnya.

Remima mematikan laptopnya. Menyandarkan tubuhnya pada kursi dengan menghela nafas lelah.

"Gue sayang lo, Tom. Ini ga sesuai apa yang gue pikirin Tom, seharusnya gue ga ngejerat lo dalam hubungan ini."

****

Remima berdecak untuk kesekian kalinya. Mata pandanya begitu jelas apalagi gara-gara bekas menangis semalam. Semoga tidak ada yang peka.

"Tumben bangun pagi," sindir Rama.

"Bacot!" Remima langsung duduk untuk sarapan pagi. "Mamih Papih kapan pulang?" tanya Remima basa-basi. Sebenarnya Remima gak peduli-peduli amat toh udah biasa.

"Minggu depan," jawab Rama acuh.

Suara bel terdengar dengan tidak sabarnya.

"Bang, bukain gih!" suruh Remima.

"Lo aja sana," ucap Rama.

Remima berdecak kesal.  Kalo Rama lagi mode acuh gini harus nurut aja kalo ga mukanya lebih nyeremin.

“Assalamu’alaikum, Rem” sapa Tommy pagi-pagi sekali

“ Waalaikumsalam, siapa? Pagi banget! “ tanya Remima.

Remima membukakan pintu, dan dia terkejut bukan main, kenapa tu dedemit datang di sini. Remima merasakan aroma-aroma tak enak dari kedatangannya si Tommy.

“Bang gue numpang mau ngawasin adek lo bang, biar nggak bolos lagi! “ ucap Tommy to thepoint untuk melancarkan aksinya.

Nah, benerkan? Emang susah kalo pacaran sama ketos. Susah diajak happy-happy masa sekolah.

“Wah bagus Tom, silahkan silahkan” Rama tersenyum senang.

Entah mengapa Remima merasa Rama itu sekarang pilih kasih. Apa-apa Tommy, selalu Tommy padahal adeknya itu Remima.
“Bangghh!!!! “ Remima sungguh jengah dengan kedua cowo ini.

“Apa? “  tanya Rama.

“Gue gak mau bareng Tommy! “ protesnya.

Yang dipikirkan Remima hanya cara untuk kabur dari Tommy. Remima menyelesaikan makanannya dengan cepat.

“Mau lari kemana lo? “ Tommy memegang tangan Remima, lebih tepatnya menariknya. 

“Lepasin!“ tegas Remima.

“Gue gak nerima penolakan! “ ancam Tommy. Singkat padat jelas.

“Pagi-pagi bikin emosi aja! “ wajah Remima sudah seperti api membara-bara.

“Lo mau ikut gue sekarang atau gue seret lo? “ ancam Tommy lagi.

“Yaudah ayok cepetan” Remima hanya pasrah.

Tommy tersenyum menang.
“Lo bawa bekal? “ tanya Tommy di perjalanan.

“Tumben lo nanya, ” ucap Remima. Sebenarnya bukan buat dia tapi buat Denis yang kadang tuh anak ga pernah sarapan. Remima sebagai temannya ga mau Denis tuh sakit.

“Ga boleh ? Yaudah ralat gue tarik omongan gue barusan.”

Baperan amat sih nih cowok.

“Eh nggak gitu Tom.“

“Terus apa? “

“Udah pegangan! “ perintah Tommy.

“Gak mau! “

“Terserahh lo aja kalo lo mau jatuh lagi! “ ancamnya.

“ Iya iya deh!! “

Sesampai di sekolah. Semua langsung heboh melihat kedatangan dua insan bertolak belakang yang tiba-tiba seperti alis dan mata. Saking berdekatan dan bersama.

“Pagi semuanya!, ucap Tommy “
“Pagi kak! Tumben kak ngucapin duluan? “ ucap adek kelas cempreng itu.

“Wah kak Tommy kok cocok sih sama Remima, gue jadi iri hueeee” ucap adek kelas satunya lagi.

"Iyalah, gue kan pacarnya," batin Remima.

“ Kak jangan deket-deket sama Remima, dia tu playgirl! “ tambah adek kelas jutek itu.

“Kalian nasihatin gue? “ tanya Tommy.
“Eh engga kak ampunnn, kami mau balik ke kelas kak daaahh! “

“Udah kamu gausa didengerin, ada aku di sini.”

Sebenernya Remima ga masalah sama ucapan adik kelas itu toh udah biasa. Tapi,  gapapalah kalo ujungnya dibelain Tommy apalagi pake aku-kamu.

“Ngomong apa barusan? Aku? Kamu?“ tanya Remima terheran.

“Gue ga nerima komentar lo! Makasih!“ balas Tommy.

“Jutek amat lo sekarang!“

Tommy mengelus rambut Remima.
“Engga sayang! “ Tommy tersenyum ramah.

Sial! Remima merasakan pipinya memanas. Kenapa Tommy jadi berubah drastis banget?

“Mau gue anter ke kelas? “tawar Tommy.

“Gausah gue bisa sendiri!“

“Lo lupa? Gue ga nerima penolakan.“

Kalo dia ga nerima penolakan kenapa pake nanya? Astaga!
“Lo gitu amat sih!“

“Awas kalo lo bolos lagi! Gue ga segan nyebarin nih foto ke semua orang!“ ancam Tommy.

“Foto? Foto apa?“

“Tuh!“ Tommy menunjukan foto di hp Tommy yang Tommy ambil semalam.

“Huee itu foto gue lagi tidur, ngiler pula.“ Sebenarnya mah ga ngiler, tapi tetep aja itu aib banget.

“ jadi?“

“Jangan sebarin plisss, mohon malu banget gueee sumpah!“ Remima merengek.

“Sadar juga kan lo! “ Tommy merasa menang lagi.

“Tapi lo imut! “

"Tommy sialan!" jerit Remima dalam hati.

“Udah ayok cepetan!“ tegas Tommy.

“Iya iya! “ jawab Remima.

“Lo istirahat ke kantin?“

“Iya bareng sama Miyyami”

“Sama gue aja! “ tawarnya.

“Lo kenapa aneh sih hari ini?! “

“Lo beneran Tommy kan? “

“Oooog jangan jangan lo Tommy versi putri salju. Aneh lo! “

“Istirahat lo harus ikut gue titik! “ Tommy mengeluarkan jurus andalannya.

TBC

Jangan lupa vote dan komentarnya, ya!

Remima [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang